24/11/2016
SUAMI DAN ISTRI WAJIB BACA !!!!!!
Catatan saya kali ini dikhususkan untuk para laki-laki baik yang sudah menikah maupun yang masih bujang. Bosen ah nulis tentang perempuan mulu, ntar saya dikira feminis lagi, tapi tenang bapak-bapak nggak usah ngerasa disudutin, ntar dibagian akhir saya mau ngobrol dikit sama ibu-ibunya huehehe
Judulnya bikin cetar membahana nggak tuh? Jika cetar, jawaban apaan yang kudunya dijawab para bapak-bapak sekalian? Iya apa nggak? *CEPAT KATAKAN!*
Kalau bagi saya pribadi, dan dari pandangan saya selama ini, laki-laki harus bisa membekali dirinya dengan semua pekerjaan rumah tangga, sebab ketika menikah, rumah yang ditinggali adalah milik bersama. Kalau cuma istrinya saja yang kerja membereskan rumah berarti itu rumah milik istrinya doang d**g. Lah iya, kalau milik bersama pasti ngerasa punya tanggung jawab juga buat ngebersihin itu rumah. Lagi pak, jangan dengan dalih dan predikat Istri Shalehah yang anda sematkan pada diri sang istri lalu anda beralibi malas membersihkan rumah. Kalau gitu kita balikin, bukan suami Sholeh kalau nggak mau bantuin istrinya dirumah. Ya secara.. Rasulullah aja bantuin istri-istrinya dirumah. Masak yang udah ngaji dan merasa panutannya Rasulullah nggak mau nyontoh beliau. :D, *aduuuh tolong saya dikeroyok bapak-bapak*
Lalu apa sajakah manfaat bagi laki-laki jika bisa telaten mengurus rumah ?
Yang pertama. Ketika istri sakit semua pekerjaan pasti terbengkalai, jika suami tidak bisa membersihkan rumah sudah bisa dipastikan rumah kayak kapal pecah dan semakin menjadi-jadilah sakit si istri karena stress mikirin rumah yang berantakan. Ya pak, istri Anda bukan robot yang bisa sehat terus. Dia juga bisa sakit karena kelelahan mengurus rumah, dan dia juga bisa stress atau depresi karena kurang hiburan. Dengan membantu apa yang perlu dibantu *walaupun cuma nyapu atau ngepel* berarti Anda turut menyehatkan jiwa dan raga istri Anda. Sebaliknya dengan membiarkannya bekerja bak robot berarti anda juga turut membantunya sakit, nggak hanya raganya tapi juga jiwanya.
Yang kedua. Jika istri ada keperluan mendadak, suami bisa langsung turun tangan menggantikan. Misalnya istrinya ada pertemuan orangtua murid, atau ada acara lain yang harus dihadiri misal ikutan kajian, seminar, dll.
Mungkin ini kali ya sebab banyak lelaki mengekang istrinya untuk keluar rumah, karena nggak bisa mengerjakan pekerjaan rumah jadi istrinya jadi tumbal *eh maaf kalau bahasa saya kasar*. Ya udah sih pak teriak dan ngaku aja "Maa, kalau mama pergi siapa yang beberes rumah, ngurusin anak-anak dan masakin aku" ga usah gengsi ngerasa butuh istrinya padahal nggak bisa ngapa-ngapain dirumah, beda banget kan sama suami yang udah telaten ngurus rumah " Udah mama pergi aja, rumah biar saya yang ngurus, mama p**ang rumah beres. Sesekali istri juga perlu menambah ilmunya diluar” bantuan yang menyenangkan nggak merasa gengsi membantu istrinya dirumah.
Kalau bapak-bapak bilang, “Ya udah istri harus bangun lebih pagi, agar semuanya terlaksana” ya pak, kalau istri bangun lebih pagi sekalipun ia pasti akan kelelahan sampai menjelang malam, atau sekalipun ia berusaha bangun pagi, nggak semua pekerjaan rumah bisa dia handle dengan baik. Solusi terbaik adalah bapak harus membantunya.
Ketiga. Sesekali istri juga perlu me time, pak. Bayangin aja gimana kalau bapak disuruh ngerjain pekerjaan yang sama setiap harinya, monoton. Pasti bosen? Iya, nah sama halnya dengan kaum hawa yang sudah berumah tangga. Mungkin banyak mendengar hadist-hadist yang jika mengerjakan pekerjaan rumah akan banyak dapat pahala, atau pekerjaan yang dilakukan istri itu tanda cinta buat suami, saya mau tanya, bapak-bapak dari hati atau cuma beralibi ngomong gitu? Perempuan juga pengen punya waktu santai untuk dirinya sendiri, ketika perempuan nyantai saat itulah otot-otot dalam tubuhnya ingin relaksasi. Tau kah jika perempuan merasa bugar kembali? Anda akan lebih dicintai dari sebelumnya, anak-anak tidak mendapat bentakan akibat kelelahan yang ditimbulkan ibunya, masakan yang disajikan enak, dan mungkin service malam-malam ibadah akan membuat anda menemukan sensasinya. Serius! Nggak sekali dua kali saya membaca keluhan ibu-ibu di media sosial, “Cape.. kerjaan numpuk. Anak-anak rewel. Pengen pikniiiiiik!”
“Seandainya punya seribu tangan buat ngerjakan ini semua,”, “Disaat bantal dan guling memanggil, cucian belum dijemur, mainan bertebaran, dan saya belum mandi” seandainya suami mau turun tangan pasti status-status mereka nggak kayak gitu, yakin saya..
Keempat. Bapak juga perlu belajar ketrampilan mengurus anak-anak. Kenapa? Sebab anak-anak juga butuh bapaknya. Kata suami saya, "Sebetulnya mudah jika bapak mau dekat dengan anaknya" mandiin aja mereka, ajak ngobrol, suapin. Nggak susah, anak-anak akan ngerasa kalau bapaknya juga berjuang merawatnya. Saya mikir, iya juga ya. Anak saya sampai umur 2 tahun dia pisah sama bapaknya, karena bapaknya kuliah waktu itu, dan saya tinggal sama orangtua. Tapi kenapa pas kita akhirnya ngumpul lagi, Naqib tidak asing dengan bapaknya. Ya karena itu tadi, bapaknya punya kesempatan untuk merawatnya walaupun sekedar nyuapin, jalan sore atau mandiin. Dan taukah pak, walaupun hanya sekedar mandiin atau nyuapin, anda memberikan kesempatan pada istri untuk sekedar meluruskan kaki, atau mengerjakan pekerjaan lain yang bisa dikerjakan saat itu. Sungguh istri sangat membantu uluran tangan Anda.
Kelima. Istri perlu aktualisasi diri. Halah bahasa saya ketinggian. :D Jadi perempuan juga perlu mengembangkan bakat dan keahliannya ya pak dirumah. Misalnya, istri Anda jago bikin kue, ya udah atuh fasilitasi si ibu, dibelikan alat masak yang oke, misalnya oven atau alat masak yang lainnya. Mungkin dengan bikin kue, istri anda bisa terbebas setidaknya satu masalah stress. Sambil masak dengan penuh rasa cinta, bisa tercipta kue-kue enak yang disajikan dirumah. Kan Anda juga yang makmur.
Nah misalnya istri Anda lagi masak, coba jaga si kecil, ajak dia main, ajak dia jalan-jalan sekedar mengitari kompleks, biarkan dia deket sama bapaknya. Biarkan anak tau kalau dia punya bapak, bukan bapak yang sekedar ngasih dia mainan tapi juga mau ngajak main. Istri yang dirinya berkembang dan didukung perkembangannya oleh suami, dia akan merasa rumah tangga tidak sekedar, kasur, sumur, dapur. Tapi ada peran suami dibaliknya.
Coba seandainya tiba-tiba istri Anda sukses sebab aktualisasi dirinya, kan Anda juga yang seneng, siapa tau Anda ikutan top *swit…swiiit* dan rumah tangga semakin tercukupi ekonominya. Istri hadir bukan untuk menyaingi suami ya pak, anda nggak usah takut sebab istri Anda bisa lebih sukses. Rumah tangga dibangun atas dasar kesuksesan bukan persaingan. Nah ketika istri mengembangkan bakatnya inilah saatnya suami turun tangan membantu pekerjaan rumah. Saya pernah datang di suatu seminar bisnis, jadi si teteh ini sebut saja namanya Teh Indari Mastuti beliau ini seorang penulis sukses, pebisnis dan waktunya sibuk banget ngurusin semuanya. Dalam sebuah sesi Teh Indari bilang, “Kenapa banyak ibu-ibu berbisnis tidak sempat mengurus rumahnya. Atau kenapa banyak ibu-ibu enggan melakukan bisnis dan kesibukan lainnya, ini karena suaminya nggak mau bantuin dia dirumah. Ya udah atuh kalau istrinya sibuk mah bapaknya yang bantuin masak, bapaknya yang bantuin nyapu dan ngepel, apa yang bisa dibantu dirumah ya kerjain. Ini bukan masalah kesetaraan gender, tapi jika ingin semuanya berjalan sebagaimana mestinya dan normal, bapak juga harusnya bantuin istrinya. Kalau nggak sempat juga bantuin, ya udah atuh cari ART.” Intinya kalau pengen sukses ya harus bersatu nggak bisa jalan sendiri-sendiri. Insya Allah jika bapak-bapak mendidik istrinya sesuai kodratnya, walaupun istri sukses dia nggak akan lupa bahwa dirinya adalah seorang istri. Serius..
Keenam. Jangan jadi suami ATM ya pak :D tau kan ATM, iya alat buat ngambil duit itu loh. Coba bayangin ATM. Dibutuhkan cuma saat penggunanya pengen ngambil duit. Nah jangan sampe bapak kayak gini, dibutuhkan cuma saat istri atau anak anda butuh duit. Bagaimana perasaan Anda jika anda dibutuhkan hanya saat mereka butuh uang saja. Ini sebenernya harga diri suami udah rendah banget dimata keluarga. Betul suami tugasnya mencari nafkah untuk kebutuhan keluarga, tapi jangan sampai gara-gara uang ‘lagi-lagi uang, uwoowoooo uaaang’ anda mengabaikan peran sebagai ayah dan suami. Tetap mencari rezeki tapi dekatkan diri dengan anak, anak kan juga butuh bapaknya. Masak bapaknya taunya cuma bikin anak aja ieeeuh dan interaksi yang intens dengan istri, masak suami taunya cuma minta ‘jatah’ aja sama istri.
Jadi jika senggang mainlah dengan anak, atau jika senggang bantulah istrinya walaupun hanya nyapu-ngepel. Istri juga bakalan seneng banget walaupun cuma satu-dua pekerjaan yang dibantu. Jadi pun jika anda lelah mencari rezeki, anak nggak segan mijitin bapaknya, bikinin kopi, ngasih prestasi di sekolah, nyium hangat. Istri juga nggak segan ngasih service yang memuaskan untuk suami. Coba bayangin kalau Anda hanya menjadi ATM dirumah, ketika Anda sakit nggak bisa nyari uang, istri dan anak akan ngomel “Papa kok sakit sih, gimana sih, kan papa harusnya di kantor. Nyari uang!” bagaimana perasaan anda jika dibeginiin, sakit cyyyyyn…
Coba kalau misalnya bapak oke kerjaan oke juga dirumah, ketika sakit anak dan istri akan berkata, “Papa, udahlah jangan kerja terlalu keras. Papa istirahat aja dulu dirumah ya, mau dimasakin apa? Dipijetin? Disayang, dipeluk..” :p *lebay istrinya*
Ketujuh. Kenapa bapak harus bisa pekerjaan rumah? Pernah ada lomba masak nggak pas tujuh belasan, misalnya lomba masak nasi goreng. Nah sebenernya panitia itu mau nguji Anda pak, bapak-bapak ini kalau dirumah bantuin istrinya nggak :D menjebak yah, tapi serius ini beneran. Coba misalnya ada bapak-bapak yang masakannya enak dan juara 1 wah pasti disanjung-sanjung kan sama peserta, “Wii, pinter banget masak, pasti istrinya seneng kalau lagi sakit dimasakin enak tuh” “Wi, pak pinter masak. Kalau istri males masak bapaknya aja suruh masak” asal jangan ada komen pedes aja, “Wiii pinter masak, kayaknya istrinya kalah enaknya” Plaaak! Tampol aja bu wkwk..
Ada lomba lain ketika tujuh belasan misalnya, ‘sebutkan urutan mencuci pakaian’ sebenernya ini sepele kan ya, tapi coba kalau bapak-bapak nggak pernah bantuin ibunya, pasti bakalan nggak ngerti urutan ini. Ih bikin malu dan akhirnya kalah.
Seandainya anda sering membantu istri dirumah, hasilnya pasti nggak akan begini. Serius :D jadi nggak usah sungkan untuk membantu istri dirumah, selain bisa mengasah kemampuan diri, anda pasti akan lebih disayang istri dan anak, dan yang pasti kalau ada lomba-lomba semacam gini anda pasti bakalan maju duluan buat ngedaftar, karena ngerasa dirinya kompeten ngurus rumah hehehhe :D *betul apa betul?*
Saya punya role model di Ambon sini, tetangga saya. Jadi keluarga ini pembagian kerja dirumah bagus, Ayah beberes rumah, rapi-rapi, ngepel dll bahkan si bapak ini ngepel rumah sampai 2x sehari. Rumahnya masya Allah rapi banget. Sedangkan istrinya fokus mengurus anak, memasak, menyetrika dll. Nah jika pembagian tugas rumah seperti ini, saya rasa ga ada istri-istri yang stress mikirin tugas rumah yang numpuk dan selalu jd pr buat esoknya. Role model selanjutnya adalah bapak saya, beliau ini setiap pagi selalu nyempetin nyapu, ngepel dan nyapu teras sebelum berangkat ngantor *padahal kantornya di Jakarta loh, pergi dari Bekasi, bayangin!*, dan padahal kami punya pembantu dirumah. Kalau malam bapak saya nyempetin cuci piring. Kalau hari libur lebih lagi, apaaa aja dibersihkan. Bersihkan AC, melap meja tamu, mengantar seprai ke loundryan dan bapak selalu belum mandi sampai siang karena kesibukannya. Dan saya nggak pernah dikasih kesempatan buat beres-beres. *ya udah nonton aja :p* Saya rasa kerjaan bapak lebih rapi dari kerjaan ibu saya *ampuuuun mi*, karena saya sering dengar dari bapak saya, “Rumah milik berdua, jadi bersihkan berdua”, bapak saya nggak pernah gengsi melakukan pekerjaan rumah, sehingga berkali-kali ibu saya masuk rumah sakit, bapak nggak pernah terlihat stress dengan pekerjaan rumah.
Kalau dirumah karena suami saya workaholic hahah., jadi tugasnya hanya mencuci piring, setiap sabtu dan minggu Naqib saya serahin sama bapaknya, dia juga ngepel dan nyapuin rumah. ini juga ngebantu pakai bangeeet dan dia berubah semenjak kami memiliki anak. Dulu awal menikah dia mana mau bantuin saya, karena menganggap kerjaan rumah itu tanggung jawab istri dan suami tugasnya hanya kerja di kantor. Tapi karena sering saya sindir, "Rasulullah itu ya, sampe jahit baju aja beliau lakuin sendiri. Bahkan sahabatnya, dimarahi istrinya diem aja karena ngerasa pekerjaan rumah tangga itu nggak semudah yang dibayangin" dan akhirnya suami berubah. Ya manusia butuh proses untuk jadi lebih baik kan? Dan Alhamdulillah karena role modelnya Rasulullah akhirnya dia mencontoh *proud of you honey :-*
Nah jika bapak-bapak merasa tidak bisa membantu istrinya walaupun hanya sekedar nyuapin bocah, coba distop hanya sampai di bapak saja. Ajarkan pada anak-anak laki-laki tugas rumah dan wajibkan pada mereka, tugas yang wajib dikerjakan dirumah sehingga mereka terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah jika besar nanti. Hal ini berpengaruh untuk masa depannya juga, disaat nanti mereka akan ngekost atau hidup sendiri mereka nggak akan kaget mengurus semuanya sendirian bahkan jika menikah nanti. Mau ya pak?
Dan Ibu-ibu jika suami Anda tidak mau membantu dirumah, coba terus sindir :D, mudah-mudahan mereka mau berubah hehe..
By Catatanamanda
Note : Catatan buat istri biar suami mau diajak bantu2 dirumah ada baiknya anda sebagai istri yang cerdas berikanlah pelayanan yang memuaskan,buat dia semakin terpikat dengan anda,jangan sampai anda meminta bantuan tapi anda tidak becus menyenangkanya...
Suami itu s**a dengan istri yg penurut,pinter masak,pinter mengasuh anak,istri yang bisa merawat diri supaya kelihatan cantik alami ngga usah neko2 dengan minta dibeliin kosmetik dsb cukup tampil apa adanya ,rajin membersihkan diri (alias rajin mandi ) supaya selalu wangi...dan supaya lebih harmonis lagi ada baiknya anda mencoba "Paket Pasutri " yg terdiri dari ABC ,NCX dan HBS...mau tau manfaat dan khasiatnya yuk cari tau disini : pin bb 5a6353ea dijamin makin harmonis dan suami makin terpikat