15/09/2025
Maaf, orang yang gila gilaan mau jadi no 1 di industrinya biasanya bakal paling miskin seumur hidupnya & jadi paling ga bahagia waktu jalanin bisnis 🙏
Dulu saya pikir bisnis itu harus selalu jadi nomor 1 tapi ternyata saat 18 tahun jatuh bangun jalanin bisnis jadi nomor 1 malah bikin saya makin miskin ketimbang jadi no 2 atau 6 tapi lebih kaya.
Saya pernah :
- Jadi no 1 top sales di tiktok sampai didatengin tim china tiktok (2 bus) ke kantor
- Jadi top affiliate marketer indo
- Jadi top views business konten di youtube wawancara konglomerat & orang sukses
Apakah jaminan saya sukses terus? tidak ! semua FANA dan ujung-ujungnya saya JATUH juga karena ga punya arah yang jelas.
Jadi nomor 1 di sebuah industri itu menyakitkan, liat omset kompetitor naik dikit jadi gampang panas karena kalah. Habis kalah takut konsumen jadi direbut, alhasil bukannya mikirin apa yang benar-benar konsumen butuhin malah fokus naikin omset tanpa mikir cara yang efisien. Cara yang ga efisien itu disebut vanity metrics atau metrics yang semu.
misal seperti :
- bikin diskon
- flashsale
- turunin harga
- naikin budget marketing
- bikin produk baru (padahal belum diriset tau laku tau engga)
- ekspansi gudang, stok barang
- nambah karyawan tanpa mikir fix cost jebol atau engga
- campaign artis besar dengan eksekusi buru-buru
semua dilakukan karena HATI PANAS kesalip kompetitor yang jadi nomor 1.
Padahal dari zaman dulu sejarah sudah membuktikkan :
- hp nokia bangkrut disaat sudah jadi no 1 di industrinya bukan karena dia kalah saing secara jumlah penjualan tapi karena tidak ada inovasi yang dilakukan sehingga orang lari ke smartphone.
- tv, radio, koran pernah jadi no 1 di industri. Orang rela ngabisin waktu & attention buat mereka tapi sejak munculnya sosmed & streaming digital. Si nomor 1 mati juga, karena ga ada inovasi.
Pattern ini terus berulang dalam banyak aspek & ada begitu banyak contoh konkrit dari bisnis lain yang sepanjang sejarah bakal mati juga termasuk bisnis suplemen saya kalau ga ada inovasi meski pernah jadi nomor 1.
Sedangkan kalau lagi asyik mempertahankan tahta jadi no 1, mana sempet sih mikirin inovasi wong tiap bulan omset harus naik, karyawan harus banyak, iklan harus makin kenceng, diskon ga boleh kendor. Mana kepikiran buat research & develop hal-hal baru yang konsumen butuhin.
Mana ada waktu kosong buat ngelamun ngambil keputusan yang matang? sibuk bos.
Makanya bisnis yang fokusnya jadi no 1 ke numbers yang fana akan jadi bisnis yang mengganggu jiwa ownernya paling dalam.
Karena waktu jadi no 1 mereka tuh dapat dopamine, cairan yang diproduksi tubuh sama seperti waktu kita makan gula, fast food atau makanan yang kita s**a banget tapi ga sehat.
Sama juga seperti orang yang ngerokok, nyalain api, narik nafas, buang asapnya terus rileks. Itu dopamine.
Atau seperti orang yang habis menang judi, dipuji temannya & happy banget itu dopamine.
Ga pernah tuh orang rela nunda kesenangan sementara & nunda ga jadi nomor 1 untuk bener-bener fokus sama arah bisnisnya. Karena lama dapat dopamine nya, capek !
Kan lebih asik dipuji orang, lebih asik dihargai orang, lebih asik liat vanity metrics karena dapat dopamine nya. Padahal ada banyak cara buat dapat dopamine tanpa merusak prinsip - prinsip bisnis yang digunakan oleh pengusaha bijak.
Entah itu dengan olahraga, ngajar, nulis ya kayak saya gini. Jadi ga gatel ngotak ngatik karena kalah saing.
Semoga hal ini ga terjadi sama kamu karena orang yang rela nunda kesenangan semu & fana demi hal-hal fundamental di bisnisnya adalah the real championnya.
Rezeki sudah ada yang ngatur. Bukan kompetitor yang ganggu rezeki, tapi konsumen & bagaimana kamu nentuin cara & arah bisnismu.
Ga perlu jadi nomor 1 di industri, jadilah nomor 1 di mata konsumen.
Sekian