Pelangi Insani Therapy Center For Special Needs Children

Pelangi Insani Therapy Center For Special Needs Children Untuk memenuhi kebutuhan Orang Tua yang memiliki Anak Berkebutuhan Khusus yang menginginkan Terapi berkualitas dari Tenaga Kesehatan yang profesional.

Untuk memenuhi kebutuhan Orang Tua yang memiliki Anak Berkebutuhan Khusus yang mengingingkan Terapi berkualitas dari Tenaga Kesehatan yang profesional.

Chronologic Progression of gross motor development
16/11/2016

Chronologic Progression of gross motor development

05/09/2016

Therapy Center for Special Needs Children "PELANGI INSANI" currently looking for Occupational Therapist/ Speech Therapist with requirements as follows:
- Male or Female, age min 21 and max 35 years old
- Having experience in related field for minimum 1 year(s), Fresh Graduate are welcome to apply
- Preferably have a valid Letter of Registration for Occupational Therapist (STR OT/ STR Speech Therapist)
- Have a Certificate of Completion (Diploma/Advanced Diploma Degree) in Occupational Therapy from University and/or Polytechnic in Indonesia with a minimum GPA of 3.00
- Have the attitude and work ethic of professional, committed, and responsible
- Able to work well in teams or individually
- Creative and able to work with minimum supervision
If you are interested to join PELANGI INSANI, please send your Resume and Personal Data to the following email address: herry.yanto@pelangiinsani.com

05/09/2016

www.pelangiinsani.com
Terapi Perilaku (Behaviour Therapy) bermanfaat bagi anak yang menderita :
- Gangguan kegelisahan (anxiety disorder)
- Gangguan obsesif kompulsif (obsessive Compulsive disorder /OCD)
- Gangguan stres pasca trauma (post-traumatic stress disorder/PTSD)
- Fobia sosial
- Penyakit bipolar
- Skizofrenia
- Depresi
- Gangguan kepribadian (personality disorder)
- Gangguan pola makan (eating disorder)
- Gangguan pemusatan perhatian & hiperaktif (attention deficiency hyperactivity disorder/ ADHD)
- Tekanan Emosional
- Autisme

Ciri Utama Autisme(M-CHAT : Modified Checklist For Autism In Toddlers) (Ya/Tidak)1. Apakah anak anda memiliki rasa terta...
01/09/2016

Ciri Utama Autisme
(M-CHAT : Modified Checklist For Autism In Toddlers) (Ya/Tidak)
1. Apakah anak anda memiliki rasa tertarik pada anak-anak lain?
2. Apakah anak anda pernah menggunakan telunjuk untuk menunjukan rasa tertariknya pada sesuatu?
3. Apakah anak anda meniru anda?Misalnya,bila anda membuat raut wajah tertentu, apakah anak anda menirunya?
4. Apakah anak anda mau menatap mata anda lebuh dari 1 atau 2 detik?
5. Apakah anak anda memberi reaksi bila namanya dipanggil?
6. Bila anda menunjuk sebuah mainan/apapun disisi ruangan,apakah anak anda melihat pada mainan/benda tersebut?
7. Apakah anak anda pernah bermain "Sandiwara" misalnya berpura-pura menyuapi boneka, berbicara ditelepon dan sebagainya?
Seorang anak berpeluang menyandang AUTIS jika minimal 2 dari pertanyaan diatas dijjawab TIDAK.
Tidak semua anak yang berpeluang menyandang autis memenuhi kriteria autis.
7 Ciri utama autis ini digunakan agar orang tua dan guru waspada untuk segera memeriksa dan mendiagnosa anak yang berpeluang autis kepada dokter terdekat dilingkungan anda.
www.pelangiinsani.com

01/08/2016

Behaviour Therapy/Terapi Perilaku

28/06/2016

Terapi Behaviour/Terapi Perilaku

28/06/2016

Terapi Behaviour/Terapi Perilaku

Terapi perilaku merupakan salah satu terapi yang diberikan kepada Anak Berkebutuhan Khusus dimana terapi ini difokuskan kepada kemampuan anak untuk merespon terhadap lingkungan dan mengajarkan anak perilaku-perilaku yang umum. Terapi perilaku yang dikenal secara umum adalah Applied Behavioral Analysis yang diciptakan oleh O.Ivar Lovaas, PhD dan University of California Los Angeles (UCLA).

Terapi Perilaku merupakan suatu teknik terapi yang bertujuan untuk menghilangkan perilaku-perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial dan membangun perilaku-perilaku baru yang secara sosial bermanfaat dan dapat diterima. Terapi Perilaku juga bertujuan untuk menumbuhkan perilaku baru berupa komunikasi secara spontan dan kemampuan melakukan interaksi sosial dengan orang lain. Terapi perilaku biasanya dilakukan oleh seorang Terapis dengan sistem one on one (satu Terapis satu Anak) dengan memberikan instruksi-instruksi singkat yang spesifik, secara jelas dan terus menerus. Meskipun demikian, mengingat perilaku merupakan sesuatu yang ditunjukkan mulai dari seseorang bangun tidur hingga ia tidur lagi di malam harinya, maka sebaiknya apa yang sedang dibangun oleh seorang Terapis terkomunikasikan kepada semua pihak yang berhubungan dengan anak, mulai dari orang tua, keluarga di rumah, hingga guru di sekolah agar setiap aktivitas yang dijalani anak dimanapun mendukung keberhasilan dari Terapi Perilaku yang dilakukan.

Ada tiga jenis terapi perilaku, yaitu:

Terapi perilaku kognitif – Terapi perilaku kognitif, yang juga dikenal sebagai modifikasi perilaku, adalah metode pengobatan yang disasarkan pada pikiran dan perasaan yang menyebabkan perilaku tertentu dan gangguan jiwa. Terapi ini sering digabungkan dengan pengobatan psikoterapi.
Analisis perilaku terapan – Analisis perilaku terapan adalah metode pengkondisian (conditioning) yang menggunakan cara positif untuk mengubah perilaku pasien. Terapi ini berdasarkan pada teori pengkondisian klasik dari Ivan Pavlov dan teori conditioning operant milik B.F. Skinner.
Terapi pembelajaran sosial
Siapa yang Perlu Menjalani Terapi Perilaku & Hasil yang Diharapkan

Terapi perilaku merupakan proses pengobatan yang penting bagi pasien yang memiliki kelainan perilaku tertentu, misalnya kebiasaan buruk yang membahayakan keselamatan dan kesehatannya. Tujuan dari terapi ini adalah untuk membantu dan mempersiapkan pasien untuk menghadapi berbagai tantangan tanpa harus beralih ke kebiasaan buruk sebagai mekanisme pertahanan.

Beberapa contoh penyakit yang dapat diobati dengan terapi perilaku adalah:

Gangguan kegelisahan (anxiety disorder)
Gangguan obsesif kompulsif (obsessive compulsive disorder/OCD)
Gangguan stres pasca trauma (post-traumatic stress disorder/PTSD)
Fobia sosial
Penyakit bipolar
Skizofrenia
Depresi
Gangguan kepribadian (personality disorder)
Gangguan pola makan (eating disorder)
Gangguan pemusatan perhatian & hiperaktif (attention deficiency hyperactivity disorder/ADHD)
Terapi perilaku juga bermanfaat bagi pasien yang menderita:

Autisme dan/atau Anak dengan Kebutuhan Khusus lainnya
Penyalahgunaan zat mis. penyalahgunaan obat terlarang atau alkohol
Nyeri kronis, seperti nyeri yang disebabkan oleh penyakit atau pengobatan untuk penyakit lain
Tekanan emosional.
www.pelangiinsani.com

27/06/2016

Terapi Snoezelen

27/06/2016

Terapi Snoezelen
Snoezelen berasal dari 2 kata: snoeffelen (to sniff): mencium bau, aktif, dinamis; dan dozelen (to doze) tidur sebentar, nyaman rileks. Atau dengan kata lain, pengertian Snoezelen adalah lingkungan atau tempat yang mengembangkan multisensoris dengan cara relaksasi. (Hulsegge, 1979)

Terapi Snoezelen adalah suatu aktifitas yang dirancang untuk mempengaruhi Sistem Saraf Pusat melalui pemberian stimulus yang cukup pada sistem sensori primer dan sensori sekunder. Stimuli primer atau reseptor sensori eksternal yaitu visual (penglihatan), auditori (pendengaran), olfactori (penciuman), gustatori (perasa/pengecapan), tactile (peraba). Stimuli sekunder atau reseptor sensori internal yaitu vestibular (keseimbangan) dan proprioseptif (kesadaran diri akan lingkungan sekitar atau kesadaran orientasi spasial).

STIMULASI DALAM TERAPI SNOEZELEN

Penglihatan / Sight

Penglihatan tergantung pada terang dan gelap, bentuk dan sudut. Warna dan bayangan akan menyediakan stimulasi dan kesenangan. Dalam hal ini tidak dibutuhkan gambar untuk pemahaman, kecuali untuk program learning. Warna dasar yang bergantian dirasa akan cukup bagus. Kombinasi pencahayaan dan image visual yang ditampilkan akan menghasilkan efek yang bervariasi untuk membantu terciptanya sensasi warm dan cool. Sehingga Anak Berkebutuhan Khusus tersebut memiliki ketertarikan, merasa senang dan rileks serta ter-stimuli.

5 Warna dibagi menjadi menjadi 2 kategori, yaitu:

Warm Color: merah, orange, dan kuning. Warna merah merupakan warna yang bersemangat, dapat meningkatkan aktivitas otak dan tonus otot serta dapat memberikan rasa hangat. Warna orange efeknya sama dengan merah tetapi lebih ringan, aktivasi, energis dan dapat menurunkan efek depresi. Warna kuning efeknya sama dengan merah dan orange tapi paling ringan, warna yang stabil, meningkatkan performa diri dan konsentrasi. (Ada penelitian bahwa ayam lebih banyak bertelur di bawah lampu kuning. [Nasrullah, 1998])
Cool Color: hijau, biru dan warna-warna lembut. Warna Biru akan memberikan efek menurunkan denyut jantung, tekanan darah, dan frekuensi nafas sampai dengan 20 persen serta untuk relaksasi dan meditasi. Warna hijau akan memberikan efek rasa damai, tenang, dan sejuk, dan menurunkan hormon stress dalam darah serta menurunkan tekanan/tegangan pada otot.
Pendengaran / Hearing

Pitch, Tone, Rhythm dan Silence sangatlah penting. Musik untuk relaksasi adalah suatu hal yang menyenangkan. Rhythm yang simpel, dibutuhkan oleh anak dengan kemampuan intelektual yang rendah sehingga Anak Berkebutuhan Khusus lebih rileks.

Hearing stimuli terdiri dari:

Soft music: rasa hangat, nyaman, aman dan rileks
Cheerfull music: riang, mem-provokasi gerak aktif dan dinamis.
Musik bergantung p**a pada ritme, harmoni, dinamisasi, keras-lembutnya. Dari Hasil Penelitian diketahui bahwa Corpus Callosum (serat putih besar yang menyatukan dua bagian dari otak besar pada manusia) para pemusik lebih tebal.

Sensor Sentuhan/Peraba / Tactile

Menyediakan permukaan yang berbeda untuk menstimuli sensor sentuhan/peraba sangatlah penting: kasar, lembut, basah, kering, hangat, dan dingin. Kontak melalui sentuhan (sensor peraba) antara Terapis dan anak sangatlah diperlukan. Meskipun Terapis tidak berbicara, namun sentuhan akan menjadi suatu bentuk kontak antara Terapis dan anak. Dengan sentuhan terapis akan menunjukkan rasa peduli pada anak dan anak merasa aman dan nyaman.

Penciuman / Smell

Stimulasi pada sensor penciuman sangat berpengaruh pada hasil Terapi Snoezelen meskipun kadang merupakan sensor yang jarang digunakan. Bebauan atau aroma ditengarai mampu menciptakan memori yang sangat kuat.

Stimulasi penciuman antara lain:

Peppermint dapat merangsang inspirasi lebih panjang (bernafas dalam-dalam dengan rileks).
Mawar dapat menekan rasa takut dan memberi rasa positif.
Patchouli (sejenis minyak tumbuh- tumbuhan) dapat memperbaiki sikap cuek, dan memudahkan anak untuk dikendalikan/dikontrol.
Camelia dapat menenangkan.
Lavender juga dapat menenangkan dan mempertahankan fokus/perhatian.
Eucalyptus dapat meningkatkan kesiagaan.
Melati dapat mencegah perubahan dari undersensitive ke oversensitive dan sebaliknya.
Basilika (kemangi/selasih) dapat memperbaiki rasa percaya diri.
Terapi Snoezelen umumnya dilakukan di suatu ruangan tersendiri yang di desain khusus untuk membentuk suasana yang ramah, menyenangkan, rekreasional bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Lingkungan Terapi Snoezelen haruslah aman dan tidak mengancam. Anak dan orang dewasa yang menjalani Terapi Snoezelen dapat menikmati stimulasi yang lembut dari sistem sensori primer dan sekundernya. Mereka akan mengalami kontrol diri yang lebih baik, peningkatan rasa percaya diri, dan penurunan tekanan/stress.

Manfaat Terapi Snoezelen Bagi Anak:

peluang untuk relaksasi, eksplorasi dan ekspresi diri.
memperoleh stimulasi dasar yang kadang-kadang tidak didapatkan.
sebagai aktifitas bagi anak yang kesadaran terhadap lingkungannya menurun.
perhatian secara individual.
membangun kepercayaan antara terapis dan anak.
Manfaat Terapi Snoezelen Bagi Terapis:

observasi anak secara lengkap dalam lingkungan dan situasi yang berbeda.
tidak adanya keharusan untuk memenuhi aturan normal perilaku sosial secara lengkap.
bebas dan tidak ada stress.
dapat digunakan sebagai “imbalan” sebelum, selama atau setelah terapi.
Tujuan Snoezelen antara lain:

anak merasa senang/menyenangkan diri sendiri.
anak relaksasi secara fisik dan mental.
meningkatkan kesadaran/perhatian.
anak menunjukkan inisiatif untuk beraktifitas.
anak menjadi lebih percaya diri.
hubungan anak dan terapis menjadi lebih baik.
kemampuan anak lebih berkembang. (Wind, 2001)
Sasaran Target Terapi Snoezelen:

Cerebral Palsy
Autisme
Autism Spectrum Disorder
ADHD / ADD
Spina Bifida
Down Syndrome
Gangguan Taktil
Mental Retardasi, dsb..
Kondisi anak yang dianjurkan untuk memperoleh Terapi Snoezelen:

Implusif / dorongan dari diri yang kuat
Distract / mudah teralihkan perhatiannya
Sulit konsentrasi
Takut
Kesulitan berinteraksi
Defensif/hipersensitif
Kesulitan mengidentifikasi sensori
Sulit memulai aktifitas
Kurangnya kontak mata
Sulit berekspresi
Sulit memberikan reaksi pada lingkungan
Tidak Percaya Diri pada kemampuannya
Kondisi anak yang tidak dianjurkan untuk memperoleh Terapi Snoezelen:

Anak yang sangat cemas dan takut
Anak sangat marah dan agresif
Snoezelen justru membuat anak jengkel dan risih. (Van Dijk & Wind, 2001).
Pelaksanaan Terapi Snoezelen Dasar umumnya menggunakan teori ‘humanistic psychology’ oleh Carl Roger, yakni:

client centre (berpusat pada klien)
perhatian tidak tergantung kondisi
tidak mengkritik pasien
memberi pilihan
memahami perilaku pasien.
www.pelangiinsani.com

25/06/2016

Terapi Sensori Integrasi

25/06/2016

Terapi Sensori Integrasi (“SI”) sebagai salah satu bentuk Terapi Okupasi dan treatment pada Anak Berkebutuhan Khusus yang juga seringkali digunakan sebagai cara untuk melakukan upaya perbaikan, baik untuk perbaikan gangguan perkembangan atau tumbuh kembang atau gangguan belajar, gangguan interaksi sosial, maupun perilaku lainnya. Sensori Integrasi merupakan suatu proses mengenal, mengubah, membedakan sensasi dari sistem sensori untuk menghasilkan suatu respon berupa “Perilaku Adaptif Bertujuan”.

Terapi Sensori Integrasi menekankan stimulasi pada tiga indra utama, yaitu taktil, vestibular, dan proprioseptif. Ketiga sistem sensori ini memang tidak terlalu familiar dibandingkan indera pengelihatan dan pendengaran, namun sistem ini sangat penting karena membantu interpretasi dan respon anak terhadap lingkungan.

Sistem Taktil

Sistem taktil merupakan sistem sensori terbesar yang dibentuk oleh reseptor di kulit, yang mengirim informasi ke otak terhadap rangsangan cahaya, sentuhan, nyeri, suhu, dan tekanan. Sistem taktil terdiri dari dua komponen, yaitu protektif dan diskriminatif, yang bekerja sama dalam melakukan tugas dan fungsi sehari-hari. Hipersensitif terhadap stimulasi Taktil yang dikenal dengan tactile defensiveness, dapat menimbulkan mispersepsi terhadap sentuhan, berupa respon menarik diri saat disentuh, menghindari kelompok orang, menolak makan makanan tertentu atau memakai baju tertentu, serta menggunakan ujung-ujung jari, untuk memegang benda tertentu.

Bentuk lain disfungsi ini adalah perilaku yang mengisolasi diri atau menjadi irritable. Bentuk hiposensitif dapat berupa reaksi kurang sensitif terhadap rangsang nyeri, suhu, atau perabaan suatu obyek. Anak akan mencari stimulasi yang lebih dengan menabrak mainan, orang, perabot, atau dengan mengunyah atau menggigit benda. Kurangnya reaksi terhadap nyeri dapat menyebabkan anak berada dalam bahaya.

Sistem Vestibular

Sistem vestibular terletak pada telinga dalam (kanal semisirkular) dan mendeteksi gerakan serta perubahan posisi kepala. Sistem vestibular merupakan dasar tonus otot, keseimbangan, dan koordinasi bilateral. Tanda anak yang hipersensitif terhadap stimulasi vestibular mempunyai respon fight atau flight antara lain: anak takut atau lari dari orang lain,anak bereaksi takut terhadap gerakan sederhana, peralatan bermain di tanah, atau berada di dalam mobil.

Sistem Proprioseptif

Sistem Proprioseptif terdapat pada serabut otot, tendon dan ligamen yang memungkinkan anak secara tidak sadar mengetahui posisi dan gerakan tubuh. Contoh dari sistem ini adalah gerakan motorik halus, antara lain menulis, mengangkat sendok dan mengancingkan baju. Hipersensitif terhadap sistem propioseptif menyebabkan berkurangnya kemampuan menginterpretasikan umpan balik/feed back dari setiap gerakan dan tingkat kewaspadaan yang relative rendah. Tanda disfungsi sistem proprioseptif adalah clumsiness, kecenderungan untuk jatuh, postur tubuh yang aneh, makan yang berantakan, dan kesulitan memanip**asi objek kecil, seperti kancing. Hiposensitif sistem proprioseptif menyebabkan anak s**a menabrak benda, menggigit atau membentur benturkan kepala.

GANGGUAN PROSES SENSORI

Sensor Integrasi (“SI”) terjadi akibat pengaruh input sensori, antara lain sensasi melihat, mendengar, taktil, vestibular, dan proprioseptif. Proses ini berawal dari dalam kandungan dan memungkinkan perkembangan respon adaptif, yang merupakan dasar berkembangnya ketrampilan yang lebih kompleks, seperti bahasa, pengendalian emosi, dan berhitung. Gangguan dalam pemrosesan sensori ini dapat menimbulkan berbagai masalah fungsional dan perkembangan yang dikenal sebagai disfungsi sensori integrasi. Prevalens gangguan proses sensori makin kecil peluangnya pada anak tanpa cacat 5% sampai 10%, tetapi makin besar peluang terjadi prevalens pada anak dengan kecacatan 40% hingga 88%.

Pada keadaan gangguan proses sensori, input sensori dari lingkungan dan internal tubuh bekerja secara masing-masing, sehingga anak tidak mengetahui apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Tahapan proses sensori meliputi pengenalan, orientasi, interpretasi dan organisasi. Konsep progresi perkembangan, sensori integrasi terjadi saat anak yang berkembang mulai mengerti dan menguasai input sensori yang dialami. Mispersepsi dapat menimbulkan berbagai gangguan perkembangan dan perilaku.

Gangguan pemrosesan sensori terbagi menjadi beberapa tipe, yaitu:

Sensory Modulation Disorder (SMD). Pada SMD anak mengalami kesulitan merespon input sensori sehingga memberikan respon perilaku yang tidak sesuai. Sensory Modulation Disorder terbagi menjadi tiga subtipe, yaitu:
Sensory Over-responive (SOR), respon terhadap sensasi lebih cepat, intens dan lebih lama dari sewajarnya.
Sensory Under-responive (SUR), kurang respon/tidak memperhatikan rangsangan sensori dari lingkungan. Menyebabkan apatis atau tidak memiliki dorongan untuk memulai sosialisasi dan eksplorasi.
Sensory Seeking/Craving (SS), seringkali merasa tidak puas dengan rangsangan sensori, cenderung mencari aktivitas yang sensasional.
Sensory-Based Motor Disorder (SBMD). Pada SBMD, anak memiliki gerakan postural yang buruk. Pada disfungsi ini anak mengalami kesalahan dalam menginterpretasikan input sensori yang berasal dari sistem proprioseptif dan vestibular. SBMD mempunyai dua subtipe, yaitu:
Dyspraxia, anak memiliki gangguan dalam menerima dan melakukan perilaku baru juga memiliki koordinasi yang buruk pada ranah oromotor, motorik kasar dan halus.
Postural Disorder, anak mengalami kesulitan untuk menstabilkan tubuh saat bergerak maupun beristirahat. Anak dengan gangguan postural biasanya tampak lemah, mudah lelah, dan cenderung tidak menggunakan tangan yang dominan.
Sensory Discrimination Disorder (SDD), pada sensory ini anak mengalami kesulitan dalam menginterpretasikan kualitas rangsangan sehingga tidak dapat membedakan sensasi yang serupa. SDD pada sistem visual dan auditory dapat menyebabkan gangguan bahasa dan belajar, sedangkan SDD pada sistem taktil, proprioseptif dan vestibular menyebabkan gangguan kemampuan motorik.


EFEKTIVITAS TERAPI SENSORI INTEGRASI

Terapi Sensori Integrasi memperlihatkan adanya manfaat untuk anak dengan retardasi mental ringan, autisme, dan gangguan proses sensori. Meskipun dalam beberapa literatur, efektivitas Terapi Sensori Integrasi dinyatakan tidak lebih baik daripada terapi alternatif, akan tetapi beberapa penelitian membuktikan bahwa efektivitas Terapi Sensori Integrasi dinilai memuaskan pada anak-anak dengan kondisi retardasi mental ringan dan Autism Spectrum Disorder dalam mengoptimalkan pemrosesan sensori dan respon motorik. Penelitian juga menunjukkan Terapi Sensori Integrasi ini juga efektif pada anak ADHD dalam mengurangi kesulitan pada gangguan Sensory Motor Disorder (SMD). Terapi Sensori Integrasi banyak digunakan untuk tata laksana anak dengan gangguan perkembangan, belajar, maupun perilaku.

Terapi Sensori Integrasi umumnya dilakukan dengan pola permainan, namun bukan permainan sembarangan, karena di dalam permainan tersebut terdapat trik-trik khusus untuk melatih anak yang berguna untuk meningkatkan daya kepekaan pada anak. Dalam Terapi Sensori Integrasi terdapat banyak metode di setiap permainan yang berguna dalam pembentukan karakter anak. Terapi Sensori Integrasi juga dapat dilakukan dengan media air di kolam renang (Terapi Sensori Akuatik).

Sebelum orang-orang mengenal apa itu Terapi Sensori Integrasi, banyak orang tua yang membawa anaknya ke Klinik Tumbuh Kembang Anak atau Pusat Terapi untuk memberikan terapi mengeluh dan memprotes tentang metode yang diberikan para Terapis kepada anaknya, karena orang tua menganggap bahwa anak-anak mereka hanya diajak bermain saja, padahal kenyataannya memang seperti itulah cara Terapis memberikan Terapi Sensori Integrasi yang mana di dalam permainan yang diberikan terdapat banyak metode untuk meningkatkan konsentrasi dan kepekaan anak.

Contoh permainan yang seringkali diberikan Terapis antara lain: mencocokan gambar puzzle, berjalan di atas garis atau balok titian dan menyamakan warna. Permainan tersebut berguna untuk melatih daya konsentrasi anak, penglihatan anak dan motorik pada anak. Orang Tua tidak perlu merasa cemas dengan proses terapi yang diberikan oleh Terapis, karena memang seperti itu metode yang dapat diterapkan pada anak untuk melatih tingkat kepekaannya. Berbagai jenis gangguan termasuk gangguan Sensori Integrasi apabila diatasi sejak dini maka dampak positifnya pada anak akan semakin cepat dan hasilnya semakin maksimal.
www.pelangiinsani.com

24/06/2016

Address

Ruko Boston Square RK 3 No. 3 Kota Wisata, Ciangsana, Gn. Putri
Bogor
16968

Opening Hours

Monday 08:00 - 17:00
Tuesday 08:00 - 17:00
Wednesday 08:00 - 17:00
Thursday 08:00 - 17:00
Friday 08:00 - 17:00
Saturday 08:00 - 14:00

Telephone

082282278933

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Pelangi Insani Therapy Center For Special Needs Children posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Practice

Send a message to Pelangi Insani Therapy Center For Special Needs Children:

Share

Share on Facebook Share on Twitter Share on LinkedIn
Share on Pinterest Share on Reddit Share via Email
Share on WhatsApp Share on Instagram Share on Telegram

Category