Komunitas Penyandang Disabilitas Bali - Kpdb

Komunitas Penyandang Disabilitas Bali - Kpdb komunitas penyandang disabilitas di provinsi Bali yang tergabung pada sosial media facebook.

Rumah Berdaya, 'Sekolah' untuk Para Penderita Skizofrenia.Denpasar - Gangguan jiwa atau mental yang tak tertangani denga...
31/07/2024

Rumah Berdaya, 'Sekolah' untuk Para Penderita Skizofrenia.

Denpasar -

Gangguan jiwa atau mental yang tak tertangani dengan baik berpotensi membuat seseorang melakukan tindakan bunuh diri. Salah satu jenis gangguan jiwa adalah skizofrenia. Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar memiliki tempat khusus untuk menangani penderita skizofrenia, yakni Rumah Berdaya Denpasar.

Skizofrenia adalah gangguan mental yang memengaruhi otak dan memicu munculnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku yang tidak biasa. Skizofrenia dapat dijelaskan sebagai kondisi di mana seseorang mengalami keretakan atau perpecahan dalam kepribadian mereka.

Gangguan ini ditandai oleh distorsi dalam proses pikir, afek atau emosi, kemauan, dan psikomotor, serta terjadi disharmoni antara elemen-elemen tersebut. Dampak yang paling parah, skizofrenia bisa menjadi penyebab seseorang bunuh diri.


Rumah Berdaya Denpasar merupakan rumah singgah bagi para penderita skizofrenia di Bali. Orang dengan skizofrenia (ODS) diberikan pelatihan soft skill maupun hard skill agar tetap produktif dan mandiri untuk menjalani kehid**an.

Rumah Berdaya Denpasar bukanlah tempat tinggal permanen bagi penderita skizofrenia. Lebih tepatnya seperti sekolah. Selama kurang lebih delapan tahun lamanya, Rumah Berdaya Denpasar menaungi serta setia menemani para ODS. Rumah Berdaya didirikan pada 2016 oleh dr Gusti Rai Putra Wiguna, seorang psikiater.

Alat yang digunakan penyintas dan pengidap skizofrenia untuk memproduksi baju. (Ramdan/detikBali)

Salah satu tenaga psikologi di Rumah Berdaya Denpasar, Kadek Githa Garsani Pandan Rini, mengatakan psikiater yang akrab disapa Rai tersebut mendirikan Rumah Berdaya berangkat dari pengalamannya menangani banyak pasien.

Setelah pasien-pasiennya pulih, ia menyadari bahwa mereka masih menghadapi stigma yang besar dari masyarakat. Stigma ini membuat mereka rentan menjadi bahan ejekan, sulit diterima di tempat kerja, dan sering kali terisolasi.

Rai pun memiliki keinginan untuk menciptakan sebuah wadah khusus bagi mereka. Tempat mereka bisa berkegiatan dan bersosialisasi tanpa menghadapi stigma. Rumah Berdaya hadir untuk membantu para penyintas gangguan kesehatan mental agar tidak kembali terpuruk setelah keluar dari rumah sakit.

Di Rumah Berdaya, para ODS dapat berinteraksi dengan orang lain dan membuktikan bahwa mereka masih memiliki potensi dan kemampuan. Tujuan utama dari Rumah Berdaya adalah menjadi batu loncatan bagi para penyintas untuk perlahan-lahan berintegrasi kembali ke masyarakat dan mandiri, sehingga mereka berani menjalani kehid**an tanpa rasa takut akan stigma.

"Kalau dari 2016 awal sejak berdiri Rumah Berdaya, ada 105 orang (ODS) yang tercatat. Tahun ini (sejak Januari 2024) ada 25 orang yang kami tangani," tutur Githa saat diwawancarai detikBali di Kantor Dinas Sosial Kota Denpasar, Jumat (21/6/2024).

Rumah Berdaya Denpasar beroperasi dari pukul 07.30 Wita sampai 15.30 Wita pada hari biasa dan 07.30 Wita sampai 13.00 Wita pada Jumat. Fleksibilitas waktu operasional juga disesuaikan dengan suasana hati para ODS yang kunjungannya bisa mencapai 15 orang dalam sehari.

Potret karya lukis buatan para ODS di Rumah Berdaya. (Zheerlin Larantika Djati Kusuma/detikBali)

Para pasien berasal dari berbagai daerah, baik Denpasar, Singaraja, dan Badung. Bahkan, ada yang datang dari Solo, Jawa Tengah. Sejauh ini, sebagian besar pasien adalah laki-laki.

Di Rumah Berdaya, ada banyak pelatihan yang diberikan untuk ODS. Seperti les bahasa Inggris, pelatihan potong rambut, produksi d**a, baju kaus, minyak, lukisan, dan masih banyak lagi. Rumah Berdaya Denpasar menemani para ODS selama kurang lebih delapan tahun lamanya.

Dari Kuli Proyek Jadi Pegawai Kontrak

Sebuah kisah inspiratif datang dari pria bernama I Nyoman Sudiasa. Pria yang akrab disapa dengan Sudiasa ini menceritakan pengalamannya sebagai penyintas skizofrenia sejak 2001.

Diawali dengan ditemukannya Sudiarsa mengamuk di tempat kerja lamanya, membuat pria berusia 50 tahun itu diamankan oleh petugas keamanan. Ia dibawa secara paksa ke RSUP Sanglah (sekarang bernama RSUP Prof. Ngoerah) dan harus dirawat selama empat hari.

Singkat cerita, setelah selesai dirawat di RS Sanglah, Sudiasa kembali ke kampung halamannya di Buleleng. Namun karena stigma masyarakat dan kurangnya edukasi, Sudiasa pun kambuh lagi dan membuatnya harus dirawat di RSJ Bangli.

Sayangnya ia harus p**ang paksa karena keterbatasan biaya. Saat itu keluarganya harus membayar Rp 5 juta pada 2001. Sudiarsa menyebut dia didiagnosis skizofrenia karena faktor genetik dari sang ibu dan juga ekonomi.

"Setelah saya berkeluarga mulai ada tekanan ekonomi. Karena saya hanya kerja kuli, sudah punya anak dan ngekos di Denpasar, tekanan ekonomi tinggi," cerita Sudiarsa ditemui detikBali di Rumah Berdaya, Senin (24/6/2024).

Namun, berkat dukungan keluarga dan edukasi dari komunitas seperti Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI), Sudiarsa mulai menerima kondisinya dan berangsur-angsur pulih melalui terapi rutin dan obat-obatan, hingga akhirnya menemukan hikmah dari apa yang dialami.

Pada 2019, Sudiarsa bergabung ke Rumah Berdaya. Seiring berjalannya waktu, Sudiarsa dipercaya dan diangkat menjadi pegawai kontrak di Dinas Sosial dan dipercaya menjadi Koordinator Rumah Berdaya. Dengan jabatan yang diemban saat ini, Sudiarsa dapat banyak kesempatan untuk berkarya, ikut pameran, diundang ke beberapa kota, dan lainnya.

"Kalau saya tidak skizofrenia, mungkin saya tidak bisa berkarya dan berdaya, saya sampai dibiayai ke Jakarta," ungkap syukur Sudiarsa.

(hsa/nor)

Sumber Berita:

Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar memiliki tempat khusus untuk menangani penderita skizofrenia, yakni Rumah Berdaya Denpasar.

Komunitas Bipolar Bali: Wadah Penyintas Bipolar agar Tak Merasa KesepianNi Wayan Santi Ariani - detikBaliSenin, 29 Jul 2...
31/07/2024

Komunitas Bipolar Bali: Wadah Penyintas Bipolar agar Tak Merasa Kesepian

Ni Wayan Santi Ariani - detikBali
Senin, 29 Jul 2024 17:25 WIB

Foto: Kegiatan Perayaan Hari Bipolar Sedunia bertema Healing With Colour pada, Sabtu (30/3/2024) (Istimewa/Gede Krisna Juliartha Putra)

Denpasar - Ketut Vety Christianthy mendirikan Komunitas Bipolar Bali pada 10 Maret 2019. Komunitas ini lahir dari keresahan Christianthy melihat penyintas bipolar di lingkungannya dilabeli 'gila'.

Stigma buruk ini membuat penyintas bipolar membatasi gerak hingga bisa melakukan upaya bunuh diri. "Padahal, dia (penyintas bipolar) butuh sebuah wadah untuk bisa survive (bertahan hidup) agar tidak merasa sendiri saat menjalani hidup," ujar Ketua Yayasan Komunitas Bipolar Bali Gede Krisna Juliartha Putra kepada detikBali, Kamis (20/6/2024).

Bipolar adalah gangguan mental yang ditandai dengan perubahan emosi yang drastis dari rasa gembira yang ekstrem menjadi depresi yang parah. Penyintas bipolar dapat merasakan gejala mania (sangat senang) dan depresi.

Gejala depresi yang muncul pada penyintas bipolar bisa antara lain merasa sangat sedih dan putus asa, lemas dan kurang energi, merasa kesepian, hingga merasa bersalah. Gejala depresi terburuk bagi penyintas bipolar adalah muncul keinginan untuk bunuh diri.

Menjadi Pendengar untuk Mencegah Mereka yang Ingin Bunuh Diri
Krisna Komunitas Bipolar Bali telah memiliki kurang lebih 90 anggota yang berasal dari seluruh wilayah di Bali dan luar Bali (Jawa). Anggota komunitas didominasi oleh perempuan dengan rentang usia mulai dari 25 tahun ke atas.

Untuk bergabung ke dalam komunitas ini, terdapat mekanisme yang wajib dipenuhi. Salah satunya kelengkapan administrasi berupa bukti diagnosis sebagai penyintas bipolar.

"Sistemnya kami riset dulu. Kami cari tahu orangnya beneran bipolar atau tidak. Syaratnya harus ada surat diagnosis dokter," ujar Krisna.

Selain itu, individu yang ingin bergabung pada komunitas ini juga harus melakukan asesmen tertentu guna memverifikasi kebenaran dari gangguan mental yang diderita. Sebagai ketua komunitas, Krisna mengaku waswas dengan kemungkinan penyalahgunaan mental isu bipolar sebagai kedok untuk mendapatkan privilege.

"Kami perlu kritis juga dalam menilai orang yang mau masuk, karena di lapangan banyak orang yang ingin menjadi bipolar, kayak bipolar dipakai sebagai excuse (dalih)," jelasnya.

Program Komunitas

Kegiatan Perayaan Hari Bipolar Sedunia bertema Healing With Colour pada, Sabtu (30/3/2024) (Istimewa/Gede Krisna Juliartha Putra)
Komunitas Bipolar Bali memiliki dua program yang rutin dilakukan setiap tahunnya oleh para anggota. Kegiatan tersebut meliputi support group dan seminar umum. Mereka dipertemukan untuk saling berbagi dan belajar terkait kesehatan mental, terkhusus pada permasalahan bipolar.

"Bisa dibilang treatment yang cocok untuk para penyintas itu adalah produktif dan jangan sampai dia sendirian," ucap Krisna.

Kegiatan ini dilakukan dengan mengumpulkan para penyintas bipolar di komunitas untuk bertemu, saling bercerita, berkeluh kesah, dan berbagi insight baru terkait bipolar. Biasanya kegiatan ini dilakukan satu bulan sekali dengan membawa topik atau isu menarik seputar bipolar untuk kemudian dibahas dan diberikan edukasi

Membahas masa lalu.

Topik yang dibahas seperti tekanan pekerjaan, keluarga, hingga masa lalu. Dalam hal ini, penyintas bipolar yang sudah pernah mengalami dan berhasil melewati problem tersebut akan menjadi narasumbernya.

"Kami akan memperbaiki stigmanya bahwa bipolar itu adalah penyakit mental dan kami semua harus aware sama hal itu," tegas Krisna.

Kegiatan seminar umum dilakukan setiap satu bulan sekali dengan peserta yang berasal dari penyintas bipolar di dalam komunitas. Pada seminar ini, akan terdapat narasumber yang memberikan edukasi sesuai dengan topik yang dibahas.

Krisna juga sempat menjadi narasumber pada seminar umum yang diselenggarakan tahun lalu dengan topik pola diet bagi penyintas bipolar. "Karena penyintas itu katanya banyak yang berat badannya naik dan menitikberatkan bahwa obat adalah penyebabnya," jelasnya.

Mengingat bahwa kegiatan bersifat sosial dan dalam komunitas, Krisna mengatakan tidak terdapat bayaran khusus bagi narasumber. Meski demikian, komunitas ini tetap memiliki dana operasional yang bersumber dari donasi pihak pengurus, anggota internal komunitas, sisa-sisa sebuah acara hingga sponsor. Dana ini dialokasikan untuk berbagai kegiatan yang direncanakan bersama.

Lebih Optimistis Menjalani Hidup

Ketua Yayasan Pulih Bipolar Bali Gede Krisna Juliartha Putra ketika diwawancarai detikBali pada Kamis (20/6/2024). (Ni Wayan Santi Ariani)
Dalam pengamatan Krisna, berbagai kegiatan yang sudah berjalan dalam komunitas ini sedikit banyaknya sudah menghasilkan perubahan baik bagi penyintas bipolar. Pria berbadan kekar tersebut dengan semringah menceritakan beberapa anggotanya yang sudah lebih produktif dan optimistis dalam menjalani hidup.

"Dari yang awalnya aktif banget di komunitas untuk mengeluh sekarang udah jarang, tapi lebih ke pamer kesehariannya, sudah lebih positif," ujarnya.

Tidak hanya menyelenggarakan kegiatan edukasi dan sharing bagi anggota-anggotanya, komunitas ini juga memberikan pelayanan rawat inap gratis, pelatihan, konsultasi, asesmen, dan obat-obatan bagi anggotanya, terkhusus bagi yang memiliki keterbatasan anggaran. Pelayanan ini diberikan melalui kerja sama dengan komunitas Bali Bersama Bisa (BBB).

"Dari kami yang bipolar sudah ada satu (penyintas yang mendapatkan pelayanan rawat inap gratis)," sebut Krisna.

Kemudian terdapat p**a psikiater dan psikolog. Layanan psikiater tersedia dari pembina komunitas, sedangkan psikolog terdapat pada klinik kesehatan mental yang telah bekerja sama dengan komunitas ini.

"Kalau memang mereka ada kesulitan untuk konsultasi nanti kami arahkan, karena kadang mereka merasa bingung dan malu untuk periksa," ujarnya.

Perayaan Hari Kesehatan Mental Sedunia pada, Minggu (15/10/2023). (Istimewa/Gede Krisna Juliartha Putra)

Beragam Cara Memulihkan Kesehatan Mental demi Mencegah Ulah Pati
Krisna menyatakan Komunitas Bipolar Bali sudah sempat melakukan kolaborasi beberapa kali dengan berbagai pihak. Seperti komunitas Bali Bersama Bisa (BBB), Bali Mental Health Clinic (BMHC), Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia Simpul Bali (KPSI Simpul Bali), serta Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali.

Kerja sama dilakukan guna memberikan bantuan berupa pengobatan gratis kepada penyintas yang berasal dari internal komunitas. "Untuk para penyintas untuk pengobatan gratis, kayak ada harapan untuk kalian," ujarnya.

Kolaborasi dengan dinas kesehatan dilakukan baru-baru ini yakni pada awal 2024. Kolaborasi dilakukan pada perayaan World Mental Health dengan melakukan kampanye dan edukasi terkait pentingnya ada perhatian khusus terhadap isu kesehatan mental di Bali.

Bagi Krisna, penderita kesehatan mental bukanlah seorang pecundang, melainkan hanya orang-orang yang membutuhkan bantuan orang lain sebagai pendengar untuk mendengarkan keluh kesahnya.

"Depresi itu seperti kita di dalam gua, tidak ada ujung, hanya gelap, nggak bisa melihat tangan sendiri, yang ada cuma keputusan saja. Kita perlu seseorang yang bisa mendengarkan kita," ucapnya.

Krisna menekankan menjadi pendengar yang baik adalah hal langka yang tidak bisa dilakukan oleh semua orang. Kebiasaan merespons sesuatu dengan cepat yang sudah dilatih sejak dahulu menjadikan orang terbiasa untuk membandingkan diri, bukannya hanya mendengarkan tanpa men-judge.

Artikel ini ditulis oleh Ni Wayan Santi Ariani peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.

(nor/hsa)
bunuh diri
kesehatan mental
bunuh diri di bali
bipolar
komunitas bipolar bali

Sumber berita:

Di Bali, ada sebuah Komunitas Bipolar Bali. Komunitas yang telah memiliki kurang lebih 90 anggota ini berperan agar anggotanya tidak merasa kesepian.

21/03/2024

Serba-serbi Hari Down Syndrome Sedunia 21 Maret, Sejarah hingga Cara Merayakan.

Pada 21 Maret diperingati Hari Down Syndrome Sedunia setiap tahunnya. Peringatan ini tidak hanya menjadi momen untuk merayakan keunikan individu dengan Down Syndrome, tetapi juga untuk menyuarakan dukungan, inklusi, dan kesempatan yang setara bagi semua orang.

Di balik pemilihan tanggal 21 Maret, ternyata ada makna khusus dan berarti. Berikut serba-serbi Hari Down Syndrome, sejarah dan cara memperingatinya.

Apa Itu Down Syndrome?

Mengutip dari Healthline, Down Syndrome merupakan suatu kondisi apabila seorang anak lahir dengan salinan ekstra kromosom ke-21. Hal ini juga dikenal dengan nama trisomi 21. Keadaan tersebut menyebabkan keterlambatan perkembangan fisik dan mental serta disabilitas.

Tidak sedikit anak dengan gangguan ini mengalami kecacatan seumur hidup, bahkan harapan hidupnya pendek. Akan tetapi, adanya kemajuan medis dan pemahaman lebih baik tentang Down Syndrome membuat peningkatan kualitas hidup anak menjadi lebih baik.

Sejarah Hari Peringatan Down Syndrome Sedunia

Melansir dariworlddownsyndromeday.org, Hari Down Syndrome Sedunia (WDSD) merupakan hari kesadaran global yang secara resmi diperingati oleh PBB sejak 2012.

ADVERTISEMENT

Tanggal peringatan WDSD, yaitu 21 Maret dipilih karena melambangkan ciri penyebab Down Syndrome. Hari ke-21 di bulan ke-3 dipilih karena menandakan keunikan triplikasi (trisomi) kromosom ke-21 yang menyebabkan Down Syndrome.

Pada Desember 2011, Majelis Umum PBB mendeklarasikan 21 Maret sebagai Hari Down Syndrome Sedunia. Akhirnya, pada 2012 PBB memutuskan akan adanya peringatan Hari Down Syndrome Sedunia pada 21 Maret setiap tahunnya. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat akan Down Syndrome.

Cara Memperingati Hari Down Syndrome Sedunia

Peringatan Hari Down Syndrome Sedunia dirayakan secara tahunan tiap 21 Maret. Sebagai bentuk peringatan, kita bisa menunjukkan dukungan dan menyebarkan kesadaran tentang Down Syndrome melalui beberapa cara. Berikut ini adalah beberapa cara memperingati Hari Down Syndrome Sedunia yang dilansir dari laman Perpustakaan Universitas Brawijaya.

1. Pidato atau acara resmi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang Down Syndrome dan mendukung orang dengan Down Syndrome.

2. Menyelenggarakan pameran foto atau presentasi mengenai kehid**an orang dengan Down Syndrome sebagai bentuk edukasi.

3. Pelatihan dan seminar tentang pendidikan dan pekerjaan orang dengan Down Syndrome.

4. Membuat video atau unggahan mengenai kesuksesan dan kehid**an seorang Down Syndrome.

5. Mengajak orang untuk menggunakan pakaian nuansa biru dan kuning atau item lain sebagai simbol dukungan terhadap Down Syndrome.

6. Menyelenggarakan acara amal untuk mengumpulkan dana untuk organisasi yang membantu orang dengan Down Syndrome.

7. Berpartisipasi dalam kegiatan yang mendukung orang dengan Down Syndrome, dengan mengunjungi pusat rehabilitasi, atau melibatkan diri dalam aktivitas sosial.

8. Membuat kampanye sosial media untuk meningkatkan kesadaran tentang Down Syndrome dan mendorong dukungan untuk orang-orang dengan kondisi tersebut.

Nah, itulah informasi mengenai Hari Down Syndrome Sedunia. Semoga bermanfaat!

Artikel ini ditulis oleh Zheerlin Larantika Djati Kusuma, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.

(nor/nor)

Sumber Berita:
https://www.detik.com/bali/berita/d-7251891/serba-serbi-hari-down-syndrome-sedunia-21-maret-sejarah-hingga-cara-merayakan

06/03/2024

Megah, Pura di Klungkung Dilengkapi Lift demi Permudah Umat Sembahyang

Klungkung -

Pembangunan Pura Penataran Agung Catur Parahyangan Ratu Pasek Linggih Ida Betara Mpu Ghana di Dusun Punduk Dawa, Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan, Klungkung, Bali, rampung. Pura yang diempon Semeton Pasek ini dibangun secara bertahap sejak 2016 dan kini sudah dilaksanakan upacara pemelaspasan.

Pura Penataran Agung Catur Parahyangan Ratu Pasek Linggih Ida Betara Mpu Ghana dibangun di atas perbukitan. Pura nampak megah dengan batu padas yang nampak tertata apik dan ukiran ornamen Bali. Pura ini memiliki lift lima lantai dari bawah hingga madya mandala pura.

Pantauan detikBali, Senin (4/3/2024) umat Hindu dari seluruh Bali, khususnya warga Pasek, berdatangan ke Pura Penataran Agung Catur Parahyangan Ratu Pasek Linggih Ida Betara Mpu Ghana untuk bersembahyang di Hari Pemacekan Agung. Pemedek (umat) yang bersembahyang sebagian besar menaiki tangga yang ada di sisi kanan pura.

Lift yang ada di Pura Penataran Agung Catur Parahyangan Ratu Pasek Linggih Ida Betara Mpu Ghana sebenarnya diperuntukkan bagi pemedek lanjut usia (lansia), penyandang disabilitas, dan sulinggih. Namun, pemedek lain juga banyak menggunakan fasilitas lift lima lantai ini.

Foto: Lift di Pura Penataran Agung Catur Parahyangan Ratu Pasek Linggih Ida Betara Mpu Ghana di Dusun Punduk Dawa, Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan, Klungkung. (Putu Krista/detikBali)

Umat Hindu yang akan melaksanakan persembahyangan Pemacekan Agung di Pura Penataran Agung Catur Parahyangan Ratu Pasek Linggih Ida Betara Mpu Ghana sudah berdatangan sejak pagi. Pemacekan Agung merupakan salah satu rentetan Hari Raya Galungan dan Kuningan yang dirayakan setiap enam bulan atau 210 hari sekali. Pemacekan Agung dirayakan lima hari setelah Hari Raya Galungan.

ADVERTISEMENT

Panitia upacara Pandu Prapanca Lagosa mengatakan pembangunan pura di tempat ketinggian ini sudah dirancang sejak lama untuk memfasilitasi umat Hindu, khususnya semeton Pasek, sesuai petunjuk penglingsir sabha pandita (sulinggih). Namun karena harus berjalan di tangga yang terjal, pengurus pura kemudian membuat lift yang sekeliling bangunan dari lantai satu sampai lantai empat berisi tempat penunjang kebudayaan dan ruang peristirahatan bagi sulinggih ataupun pemangku.

"Kapasitas lift bisa memuat 20 orang, baik naik maupun turun. Semua bisa pakai, tapi kami harapkan bagi yang masih kuat berjalan bisa lewat tangga sehingga lift bisa mempermudah akses para pemangku, sulinggih, dan membantu pemedek yang kondisi kekurangan (disabilitas)," kata Pandu kepada detikBali, Senin (4/3/2024).

Pandu mengungkapkan ruangan-ruangan yang ada di bawah pura yang bisa dilalui dari pintu masuk lift digunakan untuk sarana anak-anak, pemuda, dan umat untuk berkegiatan budaya dan beristirahat selama proses persembahyangan dilaksanakan. "Saat antrian panjang, bisa gunakan tempat tersebut, saat ini proses finishing," imbuhnya.

Pandu menjelaskan proses persembahyangan pada pujawali kali ini di Pura Ratu Pasek dilaksanakan mulai Senin (4/3/2024) sampai Kamis (7/3/2024). Upacara dipersingkat karena berikutnya adalah Hari Raya Kuningan dan berbarengan dengan perayaan Nyepi. "Kami imbau kepada umat yang ada agar memilih waktu dari hari ini sampai nyineb Kamis pada Pujawali," pintanya.

Diketahui, pujawali di Pura Penataran Agung Catur Parahyangan Ratu Pasek Linggih Ida Betara Mpu Ghana dipuput oleh tiga belas orang sulinggih untuk di Pura Penataran, pelinggih utama, dan pesimpangan Dalem Ped.

(hsa/gsp)

Sumber Berita:
https://www.detik.com/bali/budaya/d-7224813/megah-pura-di-klungkung-dilengkapi-lift-demi-permudah-umat-sembahyang

Address

Denpasar

Telephone

85220238220

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Komunitas Penyandang Disabilitas Bali - Kpdb posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share