
29/07/2025
HAL INI YANG TIDAK DITERIMA “ Sang Atma “, Penyebab Kadek Meninggal Melik
Kini Dalang Samirana, Jro Dalang “Diburu” Orang Tua Korban
Informasi Kami Kembali Mengadakan Penebusan Segala Jenis Melik, Duasa Pinih Mautama TUMPEK WAYANG 16 AGUSTUS 2025.
Upacara atma pratista/warak keruron 25 Agustus 2025. Upacara ini untuk yang pernah keguguran/mikeret usia seminggu dan seterusanya.
Informasi/Daftar Tlp WA 081231899594 / 081339765505
Kisah Nyata, sebut saja namanya kadek, beberapa tahun lalu datang ke Gedong Suci Usadha Agung Bali Niskala mewacakan meliknya.
Ia datang bersama orang tuanya, bertemu Guru Nabe Perguruan Siwa Budha Maha Sidhi & Pengusada Tunggal di Gedong Suci Usadha Niskala, Jro Mangku Dalang Badra,S,Sn
Ia Mempunya 3 Jenis Melik
1. Melik Apit Wangke, Ada Kadengan Di Kelaminya
2. Melik Adnyana, Sering Mimpi Kepura, Mimpi mesiat, mimpi dicari ular, mimpi bersenggama,dll
3. Lintang Bade, karena ia lahir Wuku Watugunung.
Waktu Itu Jro Dalang sarankan untuk segera metebusan melik, karena melik nya sudah lebih dari satu, ila ila dahat.
Orang tuanya menjawab " tiang rebungan dumun, yening sampun ingkup tiang matur malih".
Waktu itu Jro Dalang mengira sudah jadi metebusin melik, karena tidak inget, terlalu banyak wajah baru tiap hari datang metebusin melik.
Tpi beberapa bulan lalu orang tuanya datang, untuk konsultasi metebusin melik." Jro tiang niki tiang jagi nebusin melik anak sane cewek. Panak tiang sane kadek sane ajak tiang dumun meriki, sampun ngalahin.
Sedih...tiang ipun meninggal tabrakan. Saat tiang mepeluasan, nikang nebusan meliknya durung polih Penglukan Sudhamala Dalang Samirana".
"Driki di tebusin dumun Pak?" tanya Jro Dalang merasa sedih dan penasaran.
Sambil merasa malu dan sedih, dijawab" tiang driki ngewacakan ring Jro Dalang. Sakewaten bakat tiang tebusin ring genah tiosan. Nenten seorang Dalang nika ".
Jro Dalang menjawab" Ngih nenten napi. Yang penting sampun ketebusin ".
Sambil menangis, bapaknya menjawab " nunas iwang tiang Jro Dalang, manut tutur anak tiang ring mepelusan. Banten bayuh sane karyanin tiang sampun gede, sakewaten durung polih Penglukatan Sudamala Saking Dalang Samirana. Nika mawinan ipun keambil, anak tiang meninggal Jro , Kedek ".
Mendengar semua Jro Dalang ikut sedih. " Ngih...bapak iklaskan manten. Minab nika sampun pejalane I Kadek.
Taler mangda bapak uning manut tutur leluhur anak kepingit/melik, nika yening metebusin, umat pada umumnya meyakini mangda polih Penglukatan Sudamala Asta Pungku Saking Dalang Samirana. Kadi anak sane lahir Wuku Wayang.
Nika mawinan driki tiap hari wenten semeton saking seluruh Bali & Luar Bali Rawuh Metebusan Melik. Karena kebetulan tiang ngemargiang Taksu Mpu Leger Dalang Samirana."
Jawabnya sambil menangis " nika sampun iwang tiang Jro Dalang. Ulian belog tiange panak tiang ngemasin mati ulian melik".
Semoga kisah ini memberikan pengalaman dan pengetahuan. Urusan niskala nika cicih, wenten istilah bisa kelawan dadi yening ngemargiang hal hal niskala. Yadiastun bisa/wikan yening sampun nenten patut, sinah baya kepanggih.
Berbicara mengenai melik tentu sudah tidak asing lagi dengan Jro Mangku Dalang Badra, yang merupakan seorang Dalang Samirana. Setiap hari kediaman Beliau, selalu didatangi oleh umat dari seluruh Bali & luar Bali untuk melaksanakan penebusan melik.
Tentu tersirat pertanyaan dalam hati semeton pembaca, kenapa Beliau dicari untuk melaksanakan penebusan melik ?
Apa Sebenarnya melik itu ?
Ketika kita berkaca pada tutur/nasehat leluhur terdahulu, “ Cening Yening Pemanudian Cening Medaging Melik, Gelisin Tunasin Penglukatan Sudhamala Lan Asta Pungku, Mangda lantang Tuwuh Ceninge”.
Selain itu jika kita menyaksikan pergelaran Wayang Sapuh Leger, dalam sebuah lakon kawi dalang, sering juga diceritakan bahwa orang yang melik terlahir wuku wayang dan melik lainnya, akan tidak dimangsa oleh Ida Bhatara Kala ( Tidak Umur Pendek ) ketika sudah melaksanakan Pengruwatan oleh Seorang Dalang Samirana.
Karena merupakan sebuah Bisama Dari Ida Bhatara Kala, begini ceritanya dalam sebuah pertujukan kawi dalang Wayang Sapuleger “ Ehh..Pwa Kita Dalang Samirana, apan ingulun pisalah anadah yeki saji, tetadah ingulan, penugran Bhatara Siwa,
kesujatian jatma manusa pemanumadian wuku wayang muang melik, mangke ane bisama ingulan, maring dalang samirana.
Yan ana manusa pemanumadian wuku wayang muang melik maring mercapada, yan sida angelaraken pengruatan maring dalamg samirana, natan ingulun ketadah, gentosange ikanang saji”.
Artinya : “ Ih..engkau Dalang Samirana, saya tersadar salah karena sudah memakan upakara Dalang Samirana ini, sesungguhnya makanan saya adalah orang lahir wuku wayang dan melik, atas anugrah Bhatara Siwa.
Untuk menebus dosa/kesalahan ini, sebagai gantinya siapapun nanti yang terlahir wuku wayang dan melik, kalau sudah mendapatkan Pengruatan oleh dalang samirana, tidak akan saya makan lagi, ia akan jadi manusia yang berbudi dan panjang umur”.
Kalau dihitung dari tahun 2008 beliau sudah rutin mengadakan penebusan melik bersama tiap bulannya untuk meringankan biaya.
Kalau dihitung cloternya sudah mencapai 204 cloter, rata rata peserta yang ikut 250 peserta – 500 peserta.
Jadi kalau dipikir pikir, jam terbang Beliu menangani kasus orang melik sudah tidak perlu diragukan.
Selain itu tiap hari juga banyak umat datang untuk melaksanakan penebusan meliki secara pribadi. Ketika hari baik datang,
Beliau sudah terbiasa mumput puluhan kali, dari jam 6 pagi sampe jam 5 :30 pagi dini hari besoknya.
Umat yang sudah pernah mebayuh di Purnama, Tilem, Wuku Wayang dan hari baiknya pasti sudah pernah merasakan mendapat giliran jam 5 pagi.
“
Umat sering bilang begini “ Padelam Jrone Pasti Leleh Gati, Sakewale Yensing Mula Titah Niskala, sing ada jatma normal sekuat nika. Pasti suba sakit dan menyerah”
Tapi sekarang sudah banyak tempat tempat yang melaksanakan penebusan melik massal, namun terkadang mendatang cerita baru di Puri Yadnya.
1. Sebut saja nama nya Gusde, sudah pernah metebusan melik ditempat lain/bukan seorang Dalang Samirana.
Namun datang lagi ke Jro Dalang Badra. Ketika ditanya, begini jawaban orang tuanya, “ anak tiang niki dumun sampun pernah metebusan melik Jro Dalang.
Sakewanten dugas niki tabrakan sampai niki tangannya patah, titiang mepeluasan, katanya penebusan melik anak tiang durung ketrima/temus ring niskala, duaning durung polih Penglukatan Asta Pungku & Sudhamala ring Dalang Samirana. Nika mawinan tiang jagi ngulang meriki metebusan, soalnya semeton di desa tiange sami metebusan melik driki”.
2. Sebut saja namanya Kadek Ratih, datang dari pengujung barat Pulau Bali, perjalanan kurang lebih 4 jam sampai di Puri Yadnya, dan dapat waktu penebusan melik, kebetulan rainan Purnama dapat jam 5 pagi.
Ketika ditanya “ Dados saking joh metebusan melik meriki ? Polih jam 5 pagi ?
Jawabnya begini “ Jarak ten dados halangan, polih seger nika sane paling utama. Pang ten kadi semeton tiange, takut ngetel payu mekebyos, lebihan hitungan ajak metebusan mriki dumun akhirne batal, mangkin anaknyane sampun melinggih ring Dewa Hyang ( Sudah meninggal dan diaben ).
3. Lain ceritanya dengan Pak Wayan Rudi, semua anaknya dari bayuh oton penebusan melik, menek kelih dilaksanakan di Puri Yadnya.
Ketika ditanya, “sampun sami anak alit mebayuh ?
Bwih… anak tiang sami keupekaren driki. Semeton ring desa akhweh taler ajak tiang mriki, duaning nakenan, cingake fotone di Fb.
Bagi tiang pribadi, tiang sangat semangat ikut upacara driki, duaning “ JEG NYUSUP MANTRANE” Mantu tiang 3 tahun mandul, wusan mebayuh sampun hamil mangkin. Mebukti nika sekala niskala, artinya tak sekedar seremonial manten”.
Banyak lagi kisah tentang hal seperti ini yang sudah sering ditulis di media sosial untuk menyadarkan dan memberikan pencerahan. Ini semua merupakan realita dan fakta, jika teman2 berkujung ke Puri Yadnya bisa di cek di buku tamu pendaftaran penangkilan Beliau, dan bisa juga di lihat di fb & Tikt0k “ Puri Yadnya”.
Pesan kami : urusan niskala, punya etika dan sesana masing masing, terkadang tidak bisa ditawar dengan ego manusia. Sebuah mantra bisa dihapalkan dan pakaian putih bisa dibeli.
Namun Taksu itulah yang tidak bisa diberikan kepada sembarangan orang.
Makanya ada istilah “ Tusing Karuan Ane Bisa Dadi “, artinya walaupun kita sepinter apapun kita dengan hal hal niskala, kalau tidak “keicen taksu” dan tugas dari niskala, biasanya itu tidak akan menghasilkan apa apa.
Jro Dalang Badra, yang merupakan sarjana Pedalangan yang lulus dengan come laude ini, sebenarnya tidak ingin dan punya angan angan untuk menjadi pengusadha niskala. Beliau merupakan seorang pegawai negeri, yang harus pensiun dini di tahun 2019 untuk mengemban tugas niskala.
Beliau tidak memilih, tapi dipilih oleh “alam nis” ini untuk mengemban tugas ini. Beliau sudah berusaha menolak, tpi apa daya 10 hari Beliau pernah sekarat, hidup terasa mati, kalau minta mati juga tak mau mau meninggal.
Akhirnya Beliau menyanggupi tugas ini, untuk memberi pengruwataan Asta Pungku & Sudhamala, Taksuning Mpu Leger, Gegelaran Dalang Samirana.
Itu sebabnya taksunya tidak putus putus, terbukti dari banyaknya umat yang selalu datang untuk berkonsultasi tentang hal hal niskala.
APA ITU MELIK ?
MELIK ADNYANA/WIDHI, Orang melik adnyana, biasanya diawali dengan mimpi mimpi ke Pura, Ketemu orang Pakain Putih, Ketemu Petapakan Bhatara ( Rangda atau Barong ), Mimpi bersenggama dengan orang tak dikenal/keluarga, Mimpi Mesiat dengan Leak.
Celakanya kalau dia ( orang melik ) kalah dalam mesiat lawan LIak, besok ia akan sakit dan bahkan meninggal saat tidur.
Orang melik adnyana biasanya berpotensi jadi Balian atau mangku kalau dia punya keturuan/waris mangku/balian dan senang belajar spiritual.
Kalau meliknya sudah keras, lama ditebusin orang melik adnayana ini akan bisa merasakan, atau bisa melihat Roh Halus, dan bahkan bisa berkominikasi dengannya.
TANDA TANDA MELIK CECIREN
1.MELIK CAKRA, Artinya Ada berupa salah satu sanjata dewata nawa sanga dalam tubuhnya, kadang hanya bisa dilihat tokoh spiritual atau kelihatan nyata di kulit.
2. Kadengan Apit Wangke, ada kadengan di kelamin/disekitaranya. Kadengan Celedung Nginyah ada di tengah tengah alis.
3.Sujenan Di Bokong, 4. Rambut Putih Hanya Beberapa Helai Tak Bisa Hilang, 5. Rambut Gimbal, 6 Jari Tangan/Kaki Lebih, 7. Lidah Poleng, 8.Isuan Lebih dari satu dll.
MELIK KELAHIRAN:
1. Orang yang lahir di Wuku Wayang
2. Anak Tunggal ( tak bersaudara )
3. Tiba sampir ( anak yang lahir berkalungfkan tali pusar )
4. Tiba Angker ( anak yang lahir berbelit tali pusar/tidak menangis )
5. Jempina ( anak lahir premature )
6. Margana ( anak lahir ditengah perjalanan )
7. Wahana ( anak lahir ditengah keramaian )
8. Julungwangi ( anak lahir tatkala matahari terbit )
9. Julungsungsang ( anak lahir tatkala tepat tengah matahari )
10. Julung sarab / julung macan / julung caplok ( anak lahir menjelang matahari terbenam )
11. Walika ( orang kerdil )
12. Wujil ( orang cebol )
13. Kembar ( dua anak lahir bersamaan dalam sehari )
14. Buncing / Dampit ( dua anak beda jenis kelamin lahir bersamaan dalm sehari )
15. Tawang Gantungan ( anak kembar selisih satu hari )
16. Pancoran Apit Telaga ( tiga bersaurdara – perempuan – laki – perempuan )
17. Telaga Apit Pancoran ( laki – perempuan – laki )
18. Sanan Empeg ( anak lahir diapit saudaranya meninggal )
19. Pipilan ( Lima bersaurdara empat perempuan satu laki )
20. Padangon ( Lima bersaudara empat laki satu perempuan)
21.Lulang ( Bersaudara 2, Keduanya Perempuan )
22. Luluta ( Bersaudara 3, Ketiganya Lelaki )
23. Kedukan ( Bersaudara 3, Ketiganya perempuan )
24. Melik Rangda Tiga, Lahir Wuku Wariga, Warigadian, Pujut, Pahang, Prangbakat
25. Melik Nemu Kala Pati, Wuku Tolu, Dunggulan, Menail, Dukut, Klawu
26. Lintang Bade, Wuku Ukir, Watugunung, & Kamis Pon
27. Melik Waspenganten, Wuku Tolu, Krulut, Dunggulan, Menail, Dukut
Selain kelahiran melik diatas ada juga beberapa kelahiran yang sangat memerlukan ruwatan khusus, untuk menetralisir efek negative kelahiran yang sangat lebih dominan mempengaruhi kelahiran seseorang.
KELAHIRAN MENURUT WUKU :
Diantaranya Wuku Sinta, Ukir, Kulantir, Gumbreg, Wariga, Warigadian, Sungsang, Dunggulan, Kuningan, Langkir, Medangsia, Pujut, Pahang, Merakih, Tambir, Medangkungan, Uye, Perangbakat, Bala, Wayang, Dukut, dan Watugunung.
KELAHIRAN MENURUT SAPTAWARA PANCAWARA
Diantaranya : Redite Umanis, Redite Pon, Redite Kliwon, Coma Paing, Coma Pon, Coma Kliwon, Anggara Umanis, Anggara Wage, Anggara Kliwon, Buda Umanis, Buda Wage, Buda Kliwon, Wraspati Umanis, Wraspati Pahing, Wraspati Pon, Wraspati Kliwon, Sukra Umanis, Sukra Umanis, Sukra Paing, Sukra Pon, Sukra Kliwon, Saniscara Umanis, Sanicara Wage, Sanicara Kliwon.
Dari Kelahiran di atas, menurut Saptawara, Pancawa & Wuku, sebenarnya ada yang indikasi melik, ada yang Lintang Panes, Membuat Rejeki Merosot, Kesakitan, Mandul dll.
Namun tidak bisa kami jelaskan satu persatu, karena terlalu panjang penjabarannya.
Untuk lebih jelasnya silahkan saja, datang ke Gedong Suci Usadha Agung Untuk Mewacakan Kelahiran, sambil Ngelereh Sewitra, Nanti kita bahas bersama sama.
Informasi Kami Kembali Mengadakan Penebusan Segala Jenis Melik, Duasa Pinih Mautama TUMPEK WAYANG 16 AGUSTUS 2025.
Upacara atma pratista/warak keruron 25 Agustus 2025. Upacara ini untuk yang pernah keguguran/mikeret usia seminggu dan seterusanya.
Informasi/Daftar Tlp WA 081231899594 / 081339765505
BISA JUGA DATANG KONSULTASI SAAT JADWAL BUKA
Selasa : Pukul 19 :00 –21 : 00 Wita
Kamis : Pukul 19 :00 –21 : 00 Wita
Sabtu : Pukul 09:00 –12 : 00 Wita
Minggu: Pukul 09:00 –12 : 00 Wita
Informasi/Daftar Tlp WA 081231899594 / 081339765505
ALAMAT : GEDONG SUCI USADHA AGUNG BALI NISKALA
Banjar Pengosekan, Desa Mas, Kecamatan, Ubud, Kabupaten Gianyar. Selatan Pura Desa dan Puseh, LIHAT PAPAN NAMA.