
10/10/2019
Karena ini adalah hari spesial, yaitu Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2019, maka saya posting yang merupakan irisan dari banyak persoalan.
Tidak benar kalau gangguan jiwa itu dialami karena kita mendapatkan kutuk atau murka dari Allah. Argumen saya sajikan secara cukup lengkap di bawah ini.
ISLAM DAN KESEHATAN JIWA
Benarkah jika kita mengalami gangguan/masalah kejiwaan maka kita tidak boleh berobat secara medis?
(Konvensi naskah merujuk kepada Quran dianggap sudah dimaklumi bersama, "Nomor_Surat[Titik Dua]Nomor_Ayat". Nama Surat [dengan nomor Surat atau tidak] dicantumkan hanya untuk mencegah kekeliruan penyebutan).
(SATU) - Ijtihad atau "upaya penafsiran yang lain" selalu dianggap terlarang, namun adalah umum Quran menyarankan untuk "berpikir, berpikir ulang, dan menganalisa" (think, rethink, and analyze); serta adanya pujian kepada mereka yang menggunakan (akal) pikiran. (Banyak terdapat pada ujung kalimat ayat Quran, seperti pada 12:111 & 3:190-191).
(DUA) - Secara sangat umum:
---- “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (p**a) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. 2:216)
---- “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Alam Nasyrah [Al-Insyirah]: 5-6)
---- “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. 2:286)
---- “Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah ....”. (QS. 12:87)
---- “Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit bersama obatnya, dan menciptakan obat untuk segala penyakit, maka berobatlah, tetapi jangan menggunakan yang haram.” (HR. Abu Dawud)
---- “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu ... dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (QS. 3: 200)
(TIGA)- Masalah/Gangguan Kejiwaan adalah semacam homeostatis (keseimbangan dalam tubuh) dan timbul karena adanya pengalaman/perolehan dalam hidup, Perhatikan kata "jiwa" dalam ayat ini = "Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar". (Al-Baqarah: 155)
(EMPAT) - Hadits menyatakan bahwa orang dengan gangguan jiwa adalah orang yang terkena musibah, oleh karena itu TIDAK layak untuk ditertawakan: (Karena haditsnya panjang maka diuraikan di bawah, paling akhir).
(LIMA) - Hadits-hadits lainnya tidak menyebutkan sakit sebagai siksaan atau karena dosa yang bertumpuk, justru sebaliknya, diuji dengan sakit untuk mengurangi dosa.
---- “Setiap muslim yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti akan hapuskan kesalahannya, sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya” (HR. Al-Bukhari no. 5661 dan Muslim no. 651).
---- “Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau sesuatu hal yang lebih berat dari itu melainkan diangkat derajatnya dan dihapuskan dosanya karenanya.” (HR. Muslim no. 2572).
---- “Cobaan akan selalu menimpa seorang mukmin dan mukminah, baik pada dirinya, pada anaknya maupun pada hartanya, sehingga ia bertemu dengan Allah tanpa dosa sedikitpun.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, dan lainnya, dan dinyatakan hasan shahih oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi, 2/565 no. 2399).
---- “Apabila seorang hamba sakit atau sedang melakukan safar, Allah akan menuliskan baginya pahala seperti saat ia lakukan ibadah di masa sehat dan bermukim.” (HR. Bukhari dalam shahihnya).
(ENAM) - Di dalam Islam tidak ada dosa karena pewarisan keturunan, semua dosa ditanggung oleh individu masing-masing dan tidak dapat dipertukarkan:
---- "Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikitpun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya sendiri ... (Faathir: 18).
(TUJUH) - Quran juga menyebut masalah psikologis lain, sehingga kesehatan jiwa adalah juga kesehatan dalam hal relasi sosial, solusi hendaknya diterapkan dengan mengaplikasikan kedamaian dan perdamaian dalam keluarga -
---- “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat s**a mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah" ((QS. Al-ma’arij: 19-21).
---- “Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampunkan (mereka), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Surah At-Taghabun: 14).
(DELAPAN) - Tidak boleh mendatangi Dukun: “Barangsiapa yang mendatangi dukun, lalu mempercayai apa yang ia ucapkan, maka ia telah kafir terhadap ajaran yang diturunkan kepada nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam” (HR. Ahmad di dalam Al-Musnad (II/429). Al-Hakim (I/8) dari Abu Hurairah secara marfu’).
(SEMBILAN) - [Terakhir sesuai pembahasan di atas] Hadits - Orang gila yang sebenarnya (al-majnuun haqqul majnuun):
Syaikh Abdullah Al-Ghazali dalam Risalah Tafsir menyampaikan sebuah riwayat (hadis) sebagai berikut:
“Pada suatu hari Rasulullah SAW ber-jalan melewati sekelompok sahabat yang sedang ber-kumpul. Lalu beliau bertanya kepada mereka:
“Mengapa kalian berkumpul disini” Para sahabat tersebut lalu menjawab: “Ya Rasulullah, ada orang gila yang sedang mengamuk. Oleh sebab itulah kami ber-kumpul disini.”
Maka Rasulullah SAW lalu bersabda:
“Sesungguhnya orang ini tidaklah gila (al-majnun), tapi orang ini hanya sedang mendapat musibah. Tahukah kalian, siapakah orang gila yang sebenar-benarnya disebut gila (al-majnuun haqqul majnuun) “.
Para sahabat lalu menjawab: “Tidak ya Rasulullah. Hanya Allah dan rasul-Nya jualah yang mengetahuinya.”
Kemudian Rasulullah SAW menjelaskan: “Orang gila yang sesungguhnya gila (al-majnun haqqul majnun) adalah orang yang berjalan dengan penuh kesombongan; yang membusungkan dadanya; yang memandang orang dengan pandangan yang merendah-kan; lalu berharap Tuhan akan memberinya surga; padahal ia selalu berbuat maksiat kepada-Nya. Selain itu orang-orang yang ada di sekitarnya, tidak pernah merasa aman dari kelakuan buruknya. Dan di sisi yang lain, orang juga tak pernah mengharapkan perbuatan baiknya. Nah, orang semacam inilah yang disebut sebagai orang gila yang sebenar-benarnya gila (al-majnuun haqqul majnuun). Adapun orang yang kalian tonton ini hanyalah sedang mendapat musibah dari Allah.”