02/05/2016
RAHASIA SUAMI
AKHIRNYA TERBONGKAR::
Pernikahan itu telah berjalan empat (4)
tahun, namun pasangan suami isteri itu
belum dikurniai seorang anak. Dan mulailah
kanan kiri berbisik-bisik: “Masih belum
punya anak juga ya, masalahnya pada siapa
ya? Suaminya atau isterinya ya?”. Dari
berbisik-bisik, akhirnya menjadi buah
mulut .
Tanpa sepengetahuan siapa pun, suami
isteri itu pergi ke salah seorang doktor
untuk konsultasi, dan melakukan
pemeriksaaan. Hasil ujian makmal
mengatakan bahwa sang isteri adalah
seorang wanita yang mandul, sementara
sang suami tidak ada masalah apa pun dan
tidak ada harapan bagi sang isteri untuk
sembuh dalam arti tidak peluang baginya
untuk hamil dan mempunyai anak.
Melihat hasil seperti itu, sang suami
mengucapkan: inna lillahi wa inna ilaihi
raji’un, lalu menyambungnya dengan
ucapan: Alhamdulillah.
Sang suami seorang diri memasuki ruang
doktor dengan membawa hasil ujian
makmal dan sama sekali tidak memberitahu
isterinya dan membiarkan sang isteri
menunggu di ruang tunggu perempuan
yang terpisah dari kaum laki-laki. Sang
suami berkata kepada sang doktor: “Saya
akan panggil istri saya untuk masuk
ruangan, akan tetapi, tolong, nanti anda
jelaskan kepada isteri saya bahwa
masalahnya ada pada saya, sementara dia
tidak ada masalah apa-apa.
Terus saja sang doktor menolak dan
terheran-heran. Akan tetapi sang suami
terus memaksa sang doktor, akhirnya sang
doktor setuju untuk mengatakan kepada
sang isteri bahwa masalah tidak datangnya
keturunan, ada pada sang suami dan bukan
ada pada sang isteri.
Sang suami memanggil sang isteri yang
telah lama menunggunya, dan tampak pada
wajahnya kesedihan dan kemuraman. Lalu
bersama sang isteri ia memasuki ruang
doktor. Maka sang dokter membuka sampul
hasil ujian makmal, lalu membaca dan
mentelaahnya, dan kemudian ia berkata: “…
Oooh, kamu –wahai fulan- yang mandul,
sementara isterimu tidak ada masalah, dan
tidak ada harapan bagimu untuk sembuh.
Mendengar pengumuman sang doktor, sang
suami berkata: inna lillahi wa inna ilaihi
raji’un, dan terlihat pada raut wajahnya,
wajah seseorang yang menyerah kepada
qadha dan qadar Allah SWT.
Lalu pasangan suami isteri itu p**ang ke
rumahnya, dan secara perlahan namun
pasti, tersebarlah berita tentang rahasia
tersebut ke para tetangga, kerabat dan
sanak saudara.
Lima (5) tahun berlalu dari peristiwa
tersebut dan sepasang suami isteri
bersabar, sampai akhirnya datanglah detik-
detik yang sangat menegangkan, di mana
sang isteri berkata kepada suaminya:
“Wahai suami ku , saya telah bersabar selam
sembilan (9) tahun, saya tahan-tahan untuk
bersabar dan tidak meminta cerai darimu,
dan selama ini semua orang berkata:”
betapa baik dan shalihah-nya sang isteri itu
yang terus setia mendampingi suaminya
selama sembilan tahun, padahal dia tahu
kalau dari suaminya, ia tidak akan
memperoleh keturunan”. Namun, sekarang
rasanya saya sudah tidak dapat bersabar
lagi, saya ingin agar engkau segera
menceraikan saya, agar saya boleh menikah
dengan lelaki lain dan mempunyai
keturunan darinya, sehingga saya dapat
melihat anak-anakku, menimangnya dan
mengasuhnya.
Mendengar emosi sang isteri yang
memuncak, sang suami berkata: “isteriku,
ini cubaan dari Allah SWT, kita mesti
bersabar, kita mesti …, mesti … dan mesti …”.
Singkatnya, bagi sang isteri, suaminya malah
berceramah di hadapannya.
Akhirnya sang istri berkata: “OK, saya akan
tahan kesabaranku satu tahun lagi, ingat,
hanya satu tahun, tidak lebih”. Sang suami
setuju, dan dalam dirinya, dipenuhi harapan
besar, semoga Allah SWT memberi jalan
keluar yang terbaik bagi keduanya.
Beberapa hari kemudian, tiba-tiba sang
isteri jatuh sakit, dan hasil ujian makmal
mengatakan bahwa sang isteri mengalami
gagal ginjal. Mendengar keterangan
tersebut, jatuhnya psikologis sang isteri, dan
mulailah memuncak emosinya. Ia berkata
kepada suaminya: “Semua ini gara-gara
kamu, selama ini aku menahan
kesabaranku, dan jadilah sekarang aku
seperti ini, kenapa selama ini kamu tidak
segera menceraikan saya, saya kan ingin
punya anak, saya ingin membelai dan
menimang bayi, saya kan … saya kan …”.
Sang istri pun terlantar di hospital.
Di saat yang genting itu, tiba-tiba suaminya
berkata: “Maaf, saya ada tugas keluar negeri,
dan saya berharap semoga engkau baik-
baik saja”. “Haah, pergi?”. Kata sang isteri.
“Ya, saya akan pergi kerana tugas dan
sambil mencari donatur ginjal, semoga
dapat”.
Kata sang suami.
Sehari sebelum pembedahan , datanglah
sang donatur ke tempat pembaringan sang
istri. Maka disepakatilah bahwa besok akan
dilakukan operasi pemasangan ginjal dari
sang donatur.
Saat itu sang isteri teringat suaminya yang
pergi, ia berkata dalam dirinya: “Suami tak
berguna dia itu, isterinya dibedah , eh dia
malah pergi meninggalkan diriku terkapar
dalam ruang pembedahan”.
Pembedahan berhasil dengan sangat baik.
Setelah satu minggu , suaminya datang, dan
tampaklah pada wajahnya tanda-tanda
orang yang kelelahan. Ketahuilah bahwa
sang donatur itu tidak ada lain orang
melainkan sang suami itu sendiri. Ya,
suaminya telah menghibahkan satu
ginjalnya untuk istrinya, tanpa
sepengetahuan sang isteri, tetangga dan
siapa pun selain doktor yang dipesannya
agar menutup rapat rahsia tersebut.
Dan subhanallah …
Setelah sembilan (9) bulan dari pembedahan
itu, sang isteri melahirkan anak. Maka
bergembiralah suami istri tersebut, keluarga
besar dan para tetangga.
Suasana rumah tangga kembali normal, dan
sang suami telah menyelesaikan studi S2
dan S3-nya di sebuah fakulti syari’ah dan
telah bekerja sebagai seorang panitera di
sebuah mahkamah di Jeddah. Ia pun telah
menyelesaikan hafalan Al-Qur’an dan
mendapatkan sanad dengan riwayat Hafs,
dari ‘Ashim.
Pada suatu hari, sang suami ada tugas out
station, dan ia lupa menyimpan buku
hariannya dari atas meja, buku harian yang
selama ini ia sembunyikan. Dan tanpa
sengaja, sang isteri mendapatkan buku
harian tersebut, membuka-bukanya dan
membacanya. Hampir saja ia terjatuh
pingsan saat menemukan rahsia tentang
diri dan rumah tangganya. Ia menangis
meraung-raung. Setelah agak reda, ia
menelefon suaminya, dan menangis sejadi-
jadinya, ia berkali-kali mengulang
permohonan maaf dari suaminya. Sang
suami hanya dapat membalas suara telefon
isterinya dengan menangis p**a.
Dan setelah peristiwa tersebut, selama tiga
bulan sang isteri tidak berani menatap
wajah suaminya. Jika ada keperluan, ia
berkata dengan menundukkan mukanya,
tidak ada kekuatan untuk memandangnya
sama sekali