
18/06/2025
siapa Guru sejati.”
Kutipan proses guru sejati :
Ritual Aktivasi Catur Sanak & Batara Guru
(Untuk Membuka Aura, Rezeki, dan Perlindungan Spiritual)
1. Mandi Bunga Empat Arah, Campurkan bunga sesuai arah
energi:
Timur (Kakang Kawah): Melati + pandan
Barat (Ari-Ari): Kenanga + bunga kamboja
Selatan (Getih): Mawar merah + kayu manis
Utara (Puser): Kemangi + serai
Doa saat siraman: “Wahai Kakang Kawah, Adi Ari-Ari, Getih lan
Puser,
lindungilah aku, sambungkan aku marang pancerku,
bukakna rejeki saka sakabehing arah.”
Urip iku kawula kalawan papat sadulur,
pancering urip yaiku sang atma — Batara Guru sejati.”
✓✓✓Selanjutnya bisa hub WAtap 087719730917
SEMUA ORANG
Konsep ==>Filsafat Sedulur Papat Limo Pancer (Islam – Kejawen – Syiwa
– Buddha)
Filsafat “Sedulur Papat Limo Pancer” adalah inti pemahaman
spiritual dalam Kejawen, yang juga memiliki padanan dalam
tradisi Syiwa, Buddha Tantrayana Nusantara, dan Islam Jawa
(Tasawuf kejawen). Filsafat ini menjelaskan struktur jiwa dan
eksistensi manusia yang tak hanya terdiri dari tubuh, tetapi juga
empat unsur ruhani (sedulur papat) dan satu pusat kesadaran
Ilahi (pancer).
Dalam pengolahan jiwa Jawa kuno, pemurnian dan aktivasi
"papat limo" dilakukan melalui ritual bunga 7 rupa, penggunaan
batu akik & kristal alam, serta mantra-mantra Jawa yang menyatu
dengan dzikir Islam & doa leluhuru
Batara Guru: Representasi Pancer atau pusat kesadaran ruhani
manusia.
Dalam pewayangan, Batara Guru adalah manifestasi Tuhan
(Syiwa) yang bersemayam di Gunung Mahameru (pusat
semesta), dan dalam tubuh manusia ia mewakili Atman / Ruh /
Sirr.
2. Sedulur Papat Limo Pancer: Versi Terapan Rakyat
Sedulur Papat = Kakang Kawah, Ari-Ari, Getih, Puser
Limo (Pancer) = Ruh Sejati / Batara Guru
Filosofi ini mengajarkan bahwa manusia tidak pernah benarbenar
sendiri — selalu didampingi oleh 4 penjaga ruhani
(kiri-kanan-depan-belakang) dan satu pusat ruhani (dalam
dada).
“Urip iku kawula kalawan papat sadulur,
pancering urip yaiku sang atma — Batara Guru sejati.”
Relief Candi & Pewayangan Era Majapahit
Berikut adalah daftar candi-candi di Nusantara yang
menggambarkan atau mengandung simbol dan filosofi Catur
Sanak & Batara Guru, beserta peran spiritualnya dalam
kehidupan manusia, khususnya dalam aspek kemakmuran,
rejeki, dan keselarasan jiwa.
Banyak relief menggambarkan manusia dalam posisi meditasi di
tengah empat penjaga atau dewa penjuru.
Ini melambangkan Catur Sanak sebagai penjaga arah dan
elemen dalam diri manusia.
Di puncak tangga Cetho/Sukuh terdapat lingga dan padma –
lambang Pancer (kehadiran Tuhan dalam manusia).
Pewayangan Jawa:
Batara Guru digambarkan bertakhta di Kayangan Jonggring
Saloka, namun juga disebut sebagai yang “bersemayam dalam
jiwa para ksatria”.
Tokoh seperti Arjuna dan Yudistira yang mencapai
"kesempurnaan batin" disebut telah menyatukan sedulur papat
lan pancer.
Wayang sebagai simbol tubuh, dengan Batara Guru sebagai
"dalang batin" — yang mengatur gerak kehidupan manusia dari
dalam.
1. CANDI SUKUH (Karanganyar, Jawa Tengah)
Ciri:
Candi punden bertingkat — bentuk piramida (simbol naiknya
jiwa dari dasar ke Pancer).
Relief kelahiran, hubungan manusia dengan empat unsur, dan
upacara pensucian jiwa.
Ada simbol lingga–yoni, kura-kura, dan relief tokoh dalam pose
ritual.
Simbol Catur Sanak:
Empat penjuru candi dihubungkan dengan prosesi ritual
penyucian dan pengenalan asal mula manusia, melambangkan:
Kakang Kawah, Ari-ari, Getih, dan Puser sebagai penjaga hidup
dan pelengkap ruhani.
Peran untuk Kemakmuran:
Ritual di Candi Sukuh dahulu dilakukan untuk ruwatan,
pemurnian, serta permohonan hasil bumi dan keseimbangan
daya dalam diri petani & raja.
Dasar Sastra Majapahit – Wilwatikta (Kitab Pararaton,
Sutasoma, Kakawin)
Manusia lahir membawa warisan karma, baik dari orang tua,
leluhur, bahkan bangsa.Gunungan dalam pewayangan mewakili
pintu masuk dan keluar takdir, serta lambang alam semesta
(kosmos) yang harus diselaraskan.
Hasil bumi, bunga, dan bebatuan adalah wujud tirta kehidupan
yang digunakan untuk menyembuhkan jiwa yang miring dari
kodratnya.
“Rahayu datang dari harmoni:
Bumi, rasa, niat, dan cahya.”
Dasar Islam (Qur'an, Hadis, Tasawuf)
Ruwatan = Tazkiyah al-Nafs (penyucian jiwa)
Dalam Islam, pembersihan sengkala adalah lewat doa, dzikir,
sedekah, dan pembersihan batin.