29/03/2022
Sejarah Perdagangan Kemenyan
Kemenyan telah diperdagangkan di Semenanjung Arab dan Afrika Utara selama lebih dari 5.000 tahun. Sebuah mural yang menggambarkan karung kemenyan diperdagangkan dari Tanah Punt menghiasi dinding kuil Mesir kuno Ratu Hatshepsut, yang meninggal sekitar tahun 1458 SM.
Barus yang sejak abad abad dini (sejak kira-kira abad 5) sudah disinggahi oleh perahu-perahu layar antar benua sebagai pelabuhan pengekspor kemenyan dan Kamper (Kapur barus).
Lewat cerita turun-temurun, masyarakat Tapanuli percaya kemenyan itu dibawa dari Pelabuhan Barus, yang dulu pernah menjadi pelabuhan besar, menuju Timur Tengah, hingga ke Betlehem. Di berbagai daerah penyebutannya berbeda yaitu Kemenjen dalam bahasa Pakpak Dairi, Keminjen dalam bahasa Karo dan Menyan dalam bahasa Jawa. Menurut catatan sejarah, salah satu pusat perdagangan Kemenyan di wilayah ini pada masa lampau adalah pantai Barus (Fansyur), sebuah pelabuhan penting ketika itu di pantai Barat pulau Sumatra. Secara sporadis dalam beberapa buku yang ditulis oleh Heyne disebutkan bahwa pelaut-pelaut Timur Tengah melihat dan mengatakan tanaman Kemenyan tumbuh baik pada ketinggian 900 - 1200 meter di atas permukaan laut, sementara Pinyopusarerk menyebut Kemenyan Laos tumbuh baik pada 800 - 1600 meter dpl. Cina dan India sejak abad pertama telah membawa Kapur Barus dan Kemenyan dari Tapanuli. Kegunaannya adalah untuk bahan pengawet Mummi para raja di Romawi dan Fira'un di Mesir. Disebutkan pada masa itu hingga beberapa abad kemudian, Kemenyan dan Kapur Barus asal Tapanuli ini tergolong barang mahal yang nilainya lebih tinggi daripada emas.
Sebuah legenda yang beredar di masyarakat menyebutkan bahwa pada suatu hari seorang gadis miskin, yang akan dikawinkan dengan seorang laki-laki kaya melarikan diri ke dalam hutan untuk menghindar. Ketika menengadahkan tangannya kearah langit sambil berdoa, dia disambar petir dan menjadi sebuah pohon kemenyan. Getah ini yang dipercayai sebagai susu gadis tersebut, katanya diperuntukkan bagi orang miskin. Sebelum ke kebun juga biasanya petani mempersiapkan nditak, yaitu beras yang ditumbuk bersama gula aren dan kelapa. Mereka berdoa sebelum memakannya supaya pohon kemenyan dapat menghasilkan banyak getah. Jenis upacaranya adalah mekotas (makan bersama) dan meminta izin penguasa kebun / hutan yaitu persintabien. Kemenyan juga dipercayai oleh masyarakat sebagai pohon suci karena pohon-pohon kemenyan tidak akan mengeluarkan getah jika lelaki bersikap buruk terhadap orang tua, isterinya atau jika, sewaktu dikebun mereka bicara kasar, berbohong, menipu atau mencuri. Ada juga para perkemenjen yang masih melakukan tradisi lain yaitu, menyanyikan odong-odong merkemenjen yaitu nyanyian para pencari getah kemenyan.
Kemenyan adalah salah satu ukupan yang disucikan (HaKetoret) dijelaskan dalam Alkitab Ibrani dan Talmud digunakan dalam upacara Ketoret. Kemenyan bagi orang Yahudi, serta orang-orang Yunani dan Romawi, juga disebut Olibanum (dari Arab Al-Lubbān). Referensi lihat Dalam Alkitab. Kemenyan diberikan pada d**a altar khusus di saat Kemah Suci terletak di kuil Pertama dan Kedua di Yerusalem. Ketoret adalah komponen penting dari layanan Bait Allah di Yerusalem. Hal ini disebutkan dalam buku Alkitab Ibrani Keluaran 30:34, di mana ia bernama Levonah (Lebona dalam Alkitab bahasa Ibrani), yang berarti "putih" dalam bahasa Ibrani.[14] ada jenis kemenyan khusus yang "murni" yaitu lebhonah zakkah, disajikan dengan roti sajian. Membakar d**a diterima sebagai praktik dalam gereja Katolik Roma kemudian sementara gereja awal selama zaman Romawi melarang penggunaan d**a sehingga jasa di bidang perdagangan d**a mengakibatkan penurunan sangat cepat."
Kemenyan diperkenalkan kembali ke Eropa oleh Tentara Salib yang dinamakan Frankish, meskipun nama Frankish mengacu pada kualitas, tetapi bukan dengan para Frank itu sendiri. Meskipun lebih dikenal sebagai "kemenyan" bagi orang Barat, getah ini juga dikenal sebagai olibanum, dalam bahasa Arab al-Luban (kira-kira diterjemahkan: "yang dihasilkan dari pemerahan"),acuannya adalah getah susu yang disadap dari pohon Boswellia. Beberapa orang juga mendalilkan bahwa nama ini berasal dari istilah bahasa Arab yaitu "Minyak Lebanon". Kota yang hilang dari kota Ubar, kadang-kadang dikenali dengan Irem di tempat yang sekarang kota Shisr di Oman berada, diyakini telah menjadi pusat perdagangan kemenyan karena kurang lebih baru-baru ini ditemukan kembali "Jalan Kemenyan". Ubar ditemukan kembali pada awal 1990-an dan sekarang di bawah penggalian arkeologi.
Sejarawan Yunani bernama Herodotus yang akrab dengan kemenyan dan mengetahui bahwa kemenyan dipanen dari pohonnya di Arab Saudi bagian selatan. Dia juga melaporkan bahwa getah berbahaya untuk di panen karena ular berbisa juga hidup di pohon-pohon tersebut. Dia juga menjelaskan metode yang digunakan oleh orang-orang Arab untuk mengatasi masalah ini, yaitu dengan membakar getah dari pohon kemenyan sehingga asap akan mengusir ular tersebut pergi. Getah ini juga disebutkan oleh Theophrastus dan Pliny the Elder dalam bukunya Naturalis Historia. Arab Saudi bagian Selatan adalah eksportir utama kemenyan pada zaman kuno, dengan beberapa hal yang diperdagangkan sampai ke Cina.Penulis dan adat orang Cina yang bernama Inspektur Zhao Rugua juga menulis tentang asal usul kemenyan, dan eksistensinya diperdagangkan ke China