16/06/2025
𝗠𝗲𝗻𝗱𝗲𝗯𝗮𝘁 𝘀𝗶 𝗡𝗲𝗻𝗲𝗸 𝗗𝘂𝗸𝘂𝗻
Namanya Langit Pipis. Sebuah kain dengan aneka warna yang dihiasi koin berlubang. Koin-koin itu terlilit dan terhubung dengan benang/tali ke kain bersegi empat tersebut.
Benda yang dikeramatkan turun temurun ini baru saja diantar oleh seorang nenek-nenek (hajah/haji) yang tadi malam saya debat dan ceramahi di sebuah rumah yang saya kunjungi. Semalam itu, saya menyebutkan bhw ini harus dilepas, saya ruqyah dan harus dibuang.
Pasalnya, setiap ada orang sakit, setiap ada acara sunat anak-anak, acara penganten, benda ini harus ada. Air rendaman benda ini harus dipakai utk cuci muka bahkan dimandikan. Kalau tidak, akan ada orang keras**an. Orang-orang yang datang utk mengekeramatkan ini tidak hanya dari desa kami. Namun, juga dari desa lain yang jauh. Mereka meminta robekan kain ini dengan tujuan yang kami sebutkan.
Nenek-nenek yang bergelar hajah yang membawa ini ke rumah dialah yang melakukan ritualnya. Mungkin di Jawa, dialah kuncen. Kalau bahasa terkait ular, dialah pawangnya. Kalau mungkin terkait gunung, dialah juru kuncinya.
Semalam itu, saya sedikit mendebat hajah bhw memelihara benda semacam ini banyak mudharatnya.
“𝗛𝗮𝗷𝗮𝗵, 𝗯𝗮𝗻𝘆𝗮𝗸 𝘀𝗲𝗸𝗮𝗹𝗶 𝗸𝗲𝗹𝗲𝗻𝗴𝗲 (𝗻𝗲𝗴𝗮𝘁𝗶𝗳) 𝗵𝗮𝗹 𝗶𝗻𝗶. 𝗞𝗲𝗹𝗲𝗻𝗴𝗲 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗸𝗲𝗹𝘂𝗮𝗿𝗴𝗮 𝘀𝗶𝗮 (𝗦𝘂𝗺𝗯𝗮𝘄𝗮: 𝗔𝗻𝗱𝗮). 𝗕𝗲𝗴𝗶𝘁𝘂 𝗽𝘂𝗹𝗮 𝗸𝗲𝗹𝗲𝗻𝗴𝗲 𝘂𝘁𝗸 𝘁𝗲𝘁𝗮𝗻𝗴𝗴𝗮 𝗱𝗮𝗻 𝗽𝗶𝗵𝗮𝗸 𝗹𝗮𝗶𝗻. 𝗝𝗶𝗻 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗮𝗱𝗮 𝗱𝗶 𝗯𝗲𝗻𝗱𝗮 𝗶𝗻𝗶 𝗮𝗸𝗮𝗻 𝗰𝗮𝗿𝗶 𝗺𝗮𝗸𝗮𝗻. 𝗠𝗮𝗸𝗮𝗻𝗮𝗻𝗻𝘆𝗮 𝗯𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗻𝗮𝘀𝗶 𝗸𝘂𝗻𝗶𝗻𝗴, 𝗯𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗿𝗼𝗸𝗼𝗸, 𝗯𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗴𝗶𝗻𝗴 𝗮𝘆𝗮𝗺 𝗱𝗮𝗻 𝗹𝗮𝗶𝗻-𝗹𝗮𝗶𝗻 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗺𝗲𝗻𝗷𝗮𝗱𝗶 𝘀𝗲𝘀𝗮𝗷𝗲𝗻 𝗱𝗮𝗻 𝗱𝗶𝗽𝗲𝗿𝘀𝗲𝗺𝗯𝗮𝗵𝗸𝗮𝗻 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴-𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝘂𝘁𝗸 𝗷𝗶𝗻-𝗷𝗶𝗻 𝗶𝘁𝘂.
𝗠𝗮𝗸𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗿𝗲𝗸𝗮 𝗮𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗻𝗰𝗮𝗿𝗶 𝗱𝗮𝗿𝗮𝗵 𝘀𝗲𝗸𝗮𝗹𝗶𝗴𝘂𝘀 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗴𝗮𝗻𝗴𝗴𝘂 𝗺𝗮𝗻𝘂𝘀𝗶𝗮. 𝗞𝗲𝗹𝘂𝗮𝗿𝗴𝗮 𝘀𝗶𝗮 (𝗮𝗻𝗱𝗮) 𝗺𝗲𝗻𝗷𝗮𝗱𝗶 𝘁𝘂𝗺𝗯𝗮𝗹. 𝗕𝗶𝘀𝗮 𝗷𝗮𝗱𝗶 𝗽𝗮𝘀𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝘀𝗶𝗮, 𝗮𝗻𝗮𝗸 𝘀𝗶𝗮, 𝗮𝗱𝗶𝗸 𝗸𝗮𝗸𝗮𝗸 𝘀𝗶𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗺𝗮𝘁𝗶 𝘁𝗮𝗸 𝘄𝗮𝗷𝗮𝗿 𝗱𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗻𝗱𝗮𝗱𝗮𝗸 𝗶𝘁𝘂 𝗮𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 𝘁𝘂𝗺𝗯𝗮𝗹 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝗷𝗶𝗻 𝘀𝘆𝗲𝘁𝗮𝗻 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗮𝗱𝗮 𝗱𝗶 𝗟𝗮𝗻𝗴𝗶𝘁 𝗣𝗶𝗽𝗶𝘀 𝗶𝗻𝗶. 𝗕𝗶𝘀𝗮 𝗷𝗮𝗱𝗶. 𝗞𝗶𝘁𝗮 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗯𝗶𝘀𝗮 𝗺𝗲𝗺𝗮𝘀𝘁𝗶𝗸𝗮𝗻.”
Jadi, ketika ada anak-anak sakit, atau misalnya ada keluhan BAB berdarah, mereka akan ke sandro/dukun. Setelah discaning oleh dukun, kata dukun, wah ini jin penghuni Langit Pipis yang cari makan.
Lantas orang sakit itu akan menemui hajah guna meminjam si Langit Pipis. Namun, sebelum orang sakit ini menemui hajah, malamnya, hajah akan selalu bermimpi bhw mertua hajah (si mertua sudah meninggal) hadir memberi tahu bhw besok akan ada yang datang utk berurusan dengan si Langit Pipis. Dengan itu, hajah biasanya menunda pergi ke sawah atas dasar mimpi tsb. Hari itu, hajah akan sibuk menyiapkan daru reka (bahan ritual) sembari menanti kedatangan si sakit yang butuh si Langit Pipis.
Dalam mengobati sakit bab darah, bentong (benjolan-benjolan aneh di bagian tubuh), atau penyakit lain, si Langit Pipis ini akan diusapkan ke badan dan ditempelkan di leher si sakit. Detik itu p**a penyakit-penyakit itu hilang. Hajah tentu senang karena dengan itu ia mendapat amplop dari klien.
Tadi malam, saya benar-benar mendebat hajah, nenek tsb. Beliau bersikukuh bhw benda ini lumrah adanya dan merupakan warisan leluhur, walaupun ia sendiri yang menyulamnya.
“𝗛𝗮𝗷𝗮𝗵, 𝗔𝗹𝗾𝘂𝗿𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗻 𝗵𝗮𝗱𝗶𝘁𝘀 𝗸𝗮𝗺𝗶 𝗽𝗲𝗹𝗮𝗷𝗮𝗿𝗶. 𝗣𝘂𝗹𝗮 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗯𝗮𝗵𝗮𝘀𝗮 𝗔𝗿𝗮𝗯. 𝗕𝗮𝗵𝗸𝗮𝗻 𝗠𝗮𝗱𝗶𝗻𝗮𝗵 𝗸𝗮𝗺𝗶 𝗹𝗮𝘆𝗮𝗿𝗶 𝘂𝘁𝗸 𝗯𝗲𝗹𝗮𝗷𝗮𝗿. 𝗞𝗮𝗺𝗶 𝗯𝗲𝗿𝗷𝘂𝗺𝗽𝗮 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗽𝗮𝗿𝗮 𝗴𝘂𝗿𝘂 𝗱𝗮𝗻 𝘂𝗹𝗮𝗺𝗮. 𝗗𝗶 𝗸𝘂𝗹𝗶𝗮𝗵 𝗱𝗮𝗻 𝗷𝘂𝗴𝗮 𝗱𝗶 𝗺𝗮𝘀𝗷𝗶𝗱 𝗡𝗮𝗯𝗮𝘄𝗶. 𝗕𝗮𝗻𝘆𝗮𝗸 𝗸𝗶𝘁𝗮𝗯 𝗱𝗶𝘁𝘂𝗻𝘁𝗮𝘀𝗸𝗮𝗻. 𝗦𝗲𝗺𝘂𝗮𝗻𝘆𝗮 𝗯𝗲𝗿𝗸𝗲𝘀𝗶𝗺𝗽𝘂𝗹𝗮𝗻 𝗯𝗵𝘄 𝗮𝗽𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘀𝗶𝗮 (𝗯𝗮𝗵𝗮𝘀𝗮 𝗵𝗮𝗹𝘂𝘀 𝘂𝘁𝗸 𝘀𝗲𝗯𝘂𝘁𝗮𝗻 𝗮𝗻𝗱𝗮) 𝗹𝗮𝗸𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗶𝗻𝗶, 𝗷𝘂𝗴𝗮 𝘁𝗲𝗿𝗸𝗮𝗶𝘁 𝗟𝗮𝗻𝗴𝗶𝘁 𝗣𝗶𝗽𝗶𝘀 𝗶𝗻𝗶 𝗮𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗸𝗲𝘀𝘆𝗶𝗿𝗶𝗸𝗮𝗻. 𝗗𝗲𝘁𝗶𝗸 𝗶𝗻𝗶 𝘀𝗶 𝗟𝗮𝗻𝗴𝗶𝘁 𝗣𝗶𝗽𝗶𝘀 𝗺𝗲𝘀𝘁𝗶 𝘀𝗮𝘆𝗮 𝗿𝘂𝗾𝘆𝗮𝗵 𝗱𝗮𝗻 𝘀𝗶𝗮 𝗵𝗮𝗿𝘂𝘀 𝗺𝗲𝗹𝗲𝗽𝗮𝘀𝗸𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗺𝘂𝘁𝘂𝘀𝗸𝗮𝗻 𝗽𝗲𝗿𝗷𝗮𝗻𝗷𝗶𝗮𝗻 𝗷𝗶𝗻 𝘀𝘆𝗲𝘁𝗮𝗻 𝗟𝗮𝗻𝗴𝗶𝘁 𝗣𝗶𝗽𝗶𝘀 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗯𝗲𝗿𝘀𝗲𝗸𝘂𝘁𝘂 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗯𝗮𝗹𝗼 𝘁𝗼𝗹𝗼 (𝗹𝗲𝗹𝘂𝗵𝘂𝗿) 𝘀𝗶𝗮.”
Saya sedikit menyebutkan latar belakang belajar agar egonya tunduk. Sebab dari tadi, wajah hajah terlihat angkuh. Sulit dan berat utk melepaskan itu semua. Orang kampung tidak akan mendengar petuah siapapun kecuali jika memang berlatar belakang Mekkah/Madinah. Bahkan, saya menjanjikan hajah, jika si Langit Pipis tsb diberikan ke saya, saya akan hadiahkan uang Rp. 200.000. Sebuah nominal tinggi di kampung😁
“𝗕𝗮𝗵𝗮𝘆𝗮 𝗹𝗮𝗶𝗻, 𝘀𝗶𝗮 (𝗮𝗻𝗱𝗮) 𝗮𝗸𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗻𝗷𝗮𝗱𝗶 𝘁𝗮𝗿𝗴𝗲𝘁 𝘀𝗲𝗿𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗽𝗮𝗿𝗮 𝗱𝘂𝗸𝘂𝗻 𝗹𝗮𝗶𝗻. 𝗡𝗮𝗺𝘂𝗻, 𝗽𝗮𝗹𝗶𝗻𝗴 𝗽𝗮𝗿𝗮𝗵 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝗶𝘁𝘂 𝘀𝗲𝗺𝘂𝗮 𝗮𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗮𝗽𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘀𝗶𝗮 (𝗮𝗻𝗱𝗮) 𝗯𝗼𝗮𝘁 𝗶𝗻𝗶 𝗮𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗸𝗲𝘀𝘆𝗶𝗿𝗶𝗸𝗮𝗻. 𝗛𝗮𝘁𝗶 𝗺𝗮𝗻𝘂𝘀𝗶𝗮 𝗮𝗸𝗮𝗻 𝘀𝗮𝗻𝗴𝗮𝘁 𝗯𝗲𝗿𝗴𝗮𝗻𝘁𝘂𝗻𝗴 𝗽𝗮𝗱𝗮 𝘀𝗶 𝗟𝗮𝗻𝗴𝗶𝘁 𝗣𝗶𝗽𝗶𝘀.” Tambah saya.
“𝗧𝗮𝗽𝗶 𝗵𝗮𝘁𝗶 𝘀𝗮𝘆𝗮 𝗷𝘂𝗴𝗮 𝘁𝗲𝗿𝘁𝘂𝗷𝘂 𝗸𝗲𝗽𝗮𝗱𝗮 𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵 𝘀𝗮𝗮𝘁 𝗺𝗲𝗹𝗮𝗸𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗿𝗶𝘁𝘂𝗮𝗹 𝗶𝗻𝗶.” Tolaknya.
“𝗕𝗲𝘁𝘂𝗹. 𝗡𝗮𝗺𝘂𝗻, 𝘁𝗮𝘂𝗵𝗶𝗱 𝗶𝘁𝘂 𝗮𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵 𝘀𝗮𝘁𝘂-𝘀𝗮𝘁𝘂𝗻𝘆𝗮. 𝗛𝗮𝗻𝘆𝗮 𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵. 𝗧𝗮𝗸 𝗯𝗼𝗹𝗲𝗵 𝗮𝗱𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗹𝗮𝗶𝗻. 𝗧𝗮𝗸 𝗯𝗼𝗹𝗲𝗵 𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵 𝗱𝗶𝘀𝗮𝗻𝗱𝗶𝗻𝗴𝗸𝗮𝗻 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗷𝗶𝗻 𝗱𝗮𝗻 𝘀𝘆𝗮𝗶𝘁𝗮𝗻.” Hajah terdiam usai kalimat ini.
Akhirnya setelah debat cukup alot, dengan menyebutkan dalil Alquran dan hadits ttg konsep kesyirikan dan juga haramnya memiliki sekutu/hubungan/minta tolong/minta perlindungan dengan jin, beliau mengalahi. Saya meminta beliau utk memutuskan semua ikatan perjanjian jin syetan.
Pagi ini hajah datang sesuai janjinya membawa Langit Pipis.
“𝗧𝗮𝗱𝗶 𝗺𝗮𝗹𝗮𝗺 𝘀𝗮𝘆𝗮 𝗯𝗲𝗿𝗺𝗶𝗺𝗽𝗶 𝗮𝗱𝗮 𝘄𝗮𝗻𝗶𝘁𝗮 𝗻𝗮𝗻𝗴𝗶𝘀. 𝗜𝗮 𝘀𝗲𝗱𝗶𝗵 𝗯𝗲𝗿𝗱𝗶𝗿𝗶 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝗸𝗲𝗷𝗮𝘂𝗵𝗮𝗻 𝗵𝗲𝗻𝗱𝗮𝗸 𝗯𝗲𝗿𝗽𝗶𝘀𝗮𝗵.” 𝗞𝗮𝘁𝗮 𝗵𝗮𝗷𝗮𝗵. “𝗦𝗲𝗽𝗲𝗿𝘁𝗶𝗻𝘆𝗮 𝗶𝗮 𝘁𝗮𝗵𝘂 𝗯𝗵𝘄 𝘀𝗮𝘆𝗮 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗺𝗮𝘂 𝗹𝗮𝗴𝗶 𝗯𝗲𝗿𝘂𝗿𝘂𝘀𝗮𝗻 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗱𝗶𝗮 (𝗷𝗶𝗻).” Lanjutnya.
“𝗜𝗻𝗶 𝘀𝗮𝘆𝗮 𝗿𝗲𝘀𝗺𝗶 𝗯𝗲𝗿𝗶𝗸𝗮𝗻 𝗸𝗲 𝗽𝗮𝗸 𝘂𝘀𝘁𝗮𝗱𝘇 𝘀𝗮𝗷𝗮. 𝗧𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗮𝗽𝗮-𝗮𝗽𝗮 𝗷𝗶𝗻𝗻𝘆𝗮 𝗶𝗸𝘂𝘁 𝗽𝗮𝗸 𝘂𝘀𝘁𝗮𝗱𝘇 𝘀𝗮𝗷𝗮.” Katanya kembali.
“𝗦𝗮𝘆𝗮 𝘁𝗲𝗿𝗶𝗺𝗮 𝗟𝗮𝗻𝗴𝗶𝘁 𝗣𝗶𝗽𝗶𝘀 𝗶𝗻𝗶 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝘀𝗮𝘆𝗮 𝗿𝘂𝗾𝘆𝗮𝗵, 𝗵𝗮𝗻𝗰𝘂𝗿𝗸𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗻 𝗯𝘂𝗮𝗻𝗴. 𝗕𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗮𝗴𝗮𝗿 𝗷𝗶𝗻𝗻𝘆𝗮 𝗶𝗸𝘂𝘁 𝘀𝗮𝘆𝗮.” Senyum saya di hadapan nenek hajah.
Usai memberi beliau amplop isi 200 rb, sesuai janji semalam, hajah langsung pamit dan lanjut pergi ke sawah. Alhamdulillah binimatihi tatimmu shalihat.
Ust Yani Friansyah