Alguskha Nalendra

Alguskha Nalendra Professional Life Coach & Clinical Hypnotherapist

Executive Director of Resource Therapy (RT) for Indonesia &Malaysia

Certified Trainer of Resource Therapy & Advanced Clinical Resource Therapist, by Resource Therapy International (RTI) - Australia

Certified Trainer of Neuro-Linguistic Hypnotherapy, by The National Federation of Neuro-Linguistic Programming (NFNLP) - USA

Certified Trainer of Neuro-Linguistic Programming, by The National Federation of Neuro-Linguistic Programming (NFNLP) - USA

Certified Trainer of Business Neuro-Linguistic Programming, by The National Federation of Neuro-Linguistic Programming (NFNLP) - USA

Certified Hypnotherapist by The National Guild of Hypnotists (NGH) - USA

Licensed Master Practitioner of Neuro-Linguistic Programming, by The Society of Neuro-Linguistic Programming - USA

Bertepatan dengan usulan dari para peserta pertemuan dan latihan meditasi rutin malam minggu di kantor praktik saya untu...
03/10/2025

Bertepatan dengan usulan dari para peserta pertemuan dan latihan meditasi rutin malam minggu di kantor praktik saya untuk mengangkat tema kajian khusus setiap 2 minggunya, acara Sabtu malam besok akan memulainya dengan mengangkat tema yang "tidak biasa".⁣

Begitulah, selepas saya membagikan artikel di website saya hari Senin lalu yang membahas fenomena akar masalah yang bersumber dari "beban" leluhur lintas generasi (intergenerational) dan "kehidupan lampau" (past-life), bermunculan berbagai pertanyaan dan permintaan untuk saya membahas tema ini lebih jauh.⁣

Menjadi tema yang kerap kali tidak terhindarkan muncul dalam sesi terapi atau konseling, tidak dipahaminya lika-liku fenomena ini akan menjadikan munculnya kebingungan dan kegelisahan tersendiri.⁣

Bagaimana bisa berbagai permasalahan di masa kini, mulai dari masalah kesehatan, perilaku, hubungan, dan bahkan keuangan, dipengaruhi oleh "beban yang tidak terselesaikan" dari leluhur lintas generasi (intergenerational) dan kehidupan lampau (past-life)?⁣

Di satu sisi, tema ini bukan tema ringan biasa. Di sisi lain, tema ini juga yang sering kali "dipelintir" oleh para oknum yang bermodus "jualan" tema ini untuk nafsu kepentingan gelap pribadinya.⁣

Maka demikianlah, diputuskan untuk mengangkat tema yang satu ini di acara besok malam. Harapannya, agar masyarakat semakin cerdas dalam memahami fenomena ini secara logis dari berbagai sudut pandang keilmuan ilmiah modern.⁣

Menjadi bagian dari acara pertemuan rutin malam minggu di kantor praktik saya, acara ini bersifat gratis tanpa biaya. Namun karena acara ini diadakan secara "lesehan", peserta diharapkan membawa alas duduk masing-masing.⁣

Catatan bagi para peserta latihan meditasi rutin, atau yang akan turut berlatih meditasi: latihan akan dimulai di pukul 19:00 agar pukul 20:00 sesi kajian sudah bisa dimulai.⁣

🙏🙏🙏

𝘼𝙠𝙖𝙧 𝙈𝙖𝙨𝙖𝙡𝙖𝙝 𝘿𝙞 𝙂𝙚𝙣𝙚𝙧𝙖𝙨𝙞 𝙇𝙚𝙡𝙪𝙝𝙪𝙧 𝙙𝙖𝙣 𝙆𝙚𝙝𝙞𝙙𝙪𝙥𝙖𝙣 𝙇𝙖𝙢𝙥𝙖𝙪 (𝙋𝙖𝙨𝙩-𝙇𝙞𝙛𝙚)Ada kejadian menarik di salah satu sesi demonstrasi tek...
30/09/2025

𝘼𝙠𝙖𝙧 𝙈𝙖𝙨𝙖𝙡𝙖𝙝 𝘿𝙞 𝙂𝙚𝙣𝙚𝙧𝙖𝙨𝙞 𝙇𝙚𝙡𝙪𝙝𝙪𝙧 𝙙𝙖𝙣 𝙆𝙚𝙝𝙞𝙙𝙪𝙥𝙖𝙣 𝙇𝙖𝙢𝙥𝙖𝙪 (𝙋𝙖𝙨𝙩-𝙇𝙞𝙛𝙚)

Ada kejadian menarik di salah satu sesi demonstrasi teknik perubahan berbasis garis waktu (time line) di program pembelajaran dan sertifikasi Neuro-Linguistic Programming (NLP) dengan pendalaman tema khusus transformational coaching yang diadakan beberapa minggu lalu di Bandung.

Bagaimana tidak, demonstrasi teknik yang semula diniatkan sebagai peragaan langkah demi langkah praktik berubah menjadi sesi sungguhan. Tidak hanya itu, yang terjadi dalam sesi itu pun tergolong sesuatu yang "tidak biasa", yaitu fenomena terungkapnya akar masalah yang diturunkan dari leluhur dan kehidupan lampau, atau yang dalam Bahasa Inggris kerap disebut "past-life".

Tulisan kali ini akan membahas konsep time line sebagai fungsi pikiran bawah sadar dalam mengorganisir memori secara kronologis dan simbolis dalam bentuk perwujudan garis (line) waktu (time), serta bagaimana keterkaitan dari time line ini dengan memori lintas generasi (transgenerational memory) dan konsep kehidupan lampau (past-life).

Sebagaimana artikel yang biasa saya bagikan bertujuan membagikan insight, demikian juga tulisan kali ini bisa jadi cukup "panjang" dan membahas beberapa hal lain yang tidak berhubungan langsung dengan konten bahasan, namun memberi konteks dan warna tersendiri yang diperlukan untuk memahami konten tersebut dengan lebih baik. Silakan meluangkan waktu seleluasa mungkin untuk membacanya. Tulisan ini juga bisa Anda temukan di halaman khusus artikel di website saya.

Awal kisah. Pembelajaran NLP yang saya adakan beberapa minggu lalu adalah pembelajaran NLP dengan pendalaman tema khusus, yaitu transformational coaching. Maksud dari "transformational coaching" di sini mengacu pada proses transformasi dari kondisi lama menuju kondisi baru melalui proses perubahan berbasis coaching dengan metodologi NLP.

Catatan: tulisan ini tidak menyoroti keberadaan NLP sebagai sebuah teknik "terapi". Hal ini karena memang NLP bukanlah teknik terapi. Dengan esensi "transformasi" yang memungkinkan untuk dihasilkannya, bagi saya NLP menjadi sebuah "teknik perubahan". Mengenai apakah nantinya "teknik perubahan" ini akan diaplikasikan di konteks terapi, konseling, coaching, pengobatan atau apa pun maka itu berpulang pada keleluasaan dan kewenangan praktisi yang mempraktikkannya.

Dengan pendalaman tema khusus ini, konteks dari materi NLP yang diberikan pun sudah tentu berbeda. Sejak awal pembelajaran saja berbagai bahasan NLP yang diangkat terfokus pada praktik NLP untuk memfasilitasi perubahan transformational pada sesama. Hal ini juga yang menjadikan ada banyak sekali muatan praktik NLP yang berbeda di kelas ini. Apa yang dibagikan bukanlah sebatas konsep dan teori NLP yang pada umumnya diajarkan di kelas biasa, melainkan yang memang teruji secara nyata menghasilkan perubahan transformasional, yang diintisarikan dari pengalaman nyata saya membersamai sesi perubahan para klien.

Bagi yang sudah terbiasa mengikuti kelas pembelajaran bersama saya biasanya sudah cukup familiar dengan bahasan yang saya tekankan di kelas bahwa "mempelajari" dan "mempraktikkan" adalah dua hal berbeda. Kita bisa mempelajari berbagai teknik di kelas, namun apakah teknik itu bisa dipraktikkan secara nyata untuk menghasilkan perubahan nyata dalam praktik aslinya? Disinilah justru tantangan sebenarnya terjadi.

Tidak jarang saya mendapati ekspresi keheranan dari para rekan sejawat ketika mereka menanyakan pendapat saya tentang penanganan kasus tertentu dan saya justru menyebutkan teknik sederhana sebagai rujukan penanganan kasus tersebut.

"Masa hanya begitu?" Pertanyaan itu bukan lagi pertanyaan yang asing saya dapati, sampai-sampai saya kemudian bertanya balik, "Memangnya harusnya serumit apa?" Sebagaimana bisa ditebak, pertanyaan itu malah membuahkan ekspresi keheranan berikutnya pada diri para penanya itu.

Bagi saya, bukan rumitnya sebuah teknik yang menjadikannya efektif. Melainkan pelaksanaan yang tepat atas bagaimana sebuah teknik seharusnya dilakukan yang menjadikannya efektif. Saya belajar bahwa teknik sederhana sekali pun sangat berpeluang menghasilkan perubahan revolusioner jika teknik itu dilakukan dengan pemahaman dan pelaksanaan yang tepat.

Dari berbagai pembicaraan itu juga saya mendapatkan kesimpulan bahwa kerap kali ada celah (gap) antara apa yang diajarkan di kelas-kelas pelatihan dan yang dipraktikkan secara nyata bersama klien dalam situasi asli dimana gap inilah yang tidak terbahas secara tuntas dalam pembelajaran yang para peserta lalui bersama instruktur yang mengajarkannya, terlebih jika sang instruktur sendiri dalam kesehariannya ternyata bukanlah seorang praktisi yang berpraktik secara profesional.

Saya merasakan betul keberadaan gap ini di tiga tahun awal berpraktik dulu. Membersamai banyak sesi klien, saya terus menambah referensi pembelajaran dari berbagai sumber, menambah lebih banyak khazanah teknik perubahan demi bisa membantu para klien menghasilkan perubahannya seefektif mungkin.

Yang saya dulu alami adalah "kebingungan". Semakin banyak belajar justru malah semakin bingung. Tak lain dan tak bukan karena apa yang dipelajari tidaklah menghasilkan dampak sebagaimana ketika teknik itu dipelajari dulunya.

Dari proses pembelajaran lanjutan demi memecahkan kebingungan itulah saya menemukan kesimpulan bahwa mempelajari, mempraktikkan dan "menyiapkan-membahasakan" proses perubahan adalah dua hal berbeda.

Ketika kita mempelajari dan mempraktikkan teknik yang diajarkan di kelas, kita mempraktikkannya pada sesama peserta yang sudah familiar dengan bahasan dan teknik tersebut, sehingga prosesnya relatif lebih "mudah". Kemudahan inilah yang hilang dalam proses perubahan membersamai klien asli, karena mereka tidaklah memahami berbagai hal yang kita pelajari di kelas sebagaimana sesama peserta memahaminya.

Klien datang dengan berbagai latar belakang. Disinilah tantangan yang saya sebut sebagai "menyiapkan-membahasakan" proses tadi terletak. Bagaimana kita bisa "menyiapkan" klien agar proses perubahan yang kita akan fasilitasi bisa dilaluinya dengan baik, dimana hal ini mensyaratkan kita untuk mampu "membahasakan" proses perubahan itu agar bisa klien pahami dan menghasilkan perubahan sebagaimana seharusnya.

Dalam berbagai kelas yang saya fasilitasi, saya memberikan atensi khusus pada proses "menyiapkan-membahasakan" proses perubahan, karena tahap inilah yang saya dapati penting sebagai fondasi proses perubahan yang efekif. Itulah kenapa ada banyak sekali aplikasi yang saya contohkan secara nyata agar proses perubahan yang akan kita fasilitasi pada klien bisa menghasilkan dampak transformasi yang ideal sebagaimana seharusnya.

Ketika mendemonstrasikan sebuah teknik, saya terbiasa mempraktikkan teknik itu terlebih dahulu di awal baru kemudian menjelaskannya. Hal ini karena jika teknik itu dipraktikkan setelah dijelaskan maka sama saja teknik itu dipraktikkan pada orang yang sudah paham, sementara tidak demikian yang terjadi pada klien dalam sesi asli.

Begitu juga di pembelajaran NLP yang saya fasilitasi beberapa minggu lalu. Ada banyak sekali penekanan khusus pada materi NLP yang saya bagikan, yang bertujuan memastikan teknik itu benar-benar bisa dipraktikkan secara nyata dan menghasilkan perubahan yang efektif dalam situasi yang sebenarnya. Semua detail itu juga yang kemudian terangkum menjadi satu protokol yang terintegrasi di bawah model "OSCAR" (Outcome, Situation, Choice, Actions & Review).

Di pembelajaran NLP yang saya adakan beberapa minggu lalu, terdapat satu modul khusus bernama "Neuro-Hypnotic Time Line Restructuring (NHTR)", yang menekankan proses perubahan berbasis garis waktu (time line).

Catatan: bahasan NHTR ini sudah saya tuangkan dalam bentuk buku dengan judul yang sama, yaitu "Neuro-Hypnotic Time Line Restructuring", yang diterbitkan tahun lalu. Jika Anda tertarik memahami dan mempelajarinya silakan menemukan informasi buku tentang buku tersebut dan bahkan mengunduh sampel gratis isinya di website saya.

"Time line" atau garis waktu menjadi sebuah konsep dalam NLP yang menyoroti fungsi dari Pikiran Bawah Sadar (PBS) dalam mengorganisir memori secara kronologis dan simbolis (yang dalam NLP disebut sebagai "submodality"). Dalam tulisan ini, saya tetap menggunakan istilah time line dalam Bahasa Inggris, agar berbagai ciri NLP yang terasosiasi dengannya tetap terjaga.

Sebagai satu teknik tingkat lanjut tersendiri dalam NLP, terdapat ragam aplikasi dan pengembangan akan teknik perubahan berbasis time line yang dilakukan oleh para tokoh dalam dunia NLP, seperti Time Line Therapy yang dikembangkan oleh Tad James, Mental Emotional Release oleh Matt James, Re-imprinting dari Robert Dilts, Time Based Technique oleh John Overdurf dan Julie Silverthorne, serta masih ada lagi ragam variasi lain atas aplikasi time lime ini yang dikembangkan oleh banyak praktisi lainnya, termasuk NHTR yang saya kembangkan.

Sebagai sebuah wujud simbolis atau submodality, dalam NLP kita memandang bahwa setiap orang memiliki caranya masing-masing dalam merepresentasikan time line dalam dirinya, dimana representasi lebih detail dari time line ini nantinya juga akan melambangkan kepribadian dan kecenderungan seseorang dalam berperilaku.

Mengadaptasi konsep psikodinamika dimana respon seseorang di masa kini dipengaruhi oleh pengalaman masa lalunya, konsep time line dalam NLP meyakini hal yang serupa, yaitu bahwa respon diri kita di masa kini dipengaruhi oleh memori atas pengalaman masa lalu yang pernah kita alami yang tersimpan di PBS, atau tepatnya di submodality time line dalam PBS.

Lebih detailnya, dalam konsep time line, bukan "kejadian" yang kita alami di masa lalu yang memengaruhi diri kita di masa kini, melainkan cara kita "mengartikan" kejadian di masa lalu itu yang kemudian tersimpan sebagai memori dalam PBS yang kemudian memengaruhi diri kita di masa kini.

Ada kalanya kita mengalami kejadian tertentu di masa lalu, dimana dengan keterbatasan kita di kala itu kita mengartikan kejadian itu secara negatif, tidak jarang fenomena ini disertai munculnya muatan emosi intens (emotional charge) yang menganggap kejadian itu sebagai ancaman (threat).

Dalam hal ini, memori yang tersimpan dalam PBS pun adalah memori yang "berisikan reaksi negatif" yang menganggap kejadian itu sebagai sesuatu yang harus dihindari di kemudian waktu.

Ketika diri kita di masa depan dihadapkan dengan kejadian bernuansa sejenis, PBS pun mengoperasikan fungsi proteksinya untuk menghindarkan kita dari kejadian yang diangggapnya ancaman itu, maka muncullah reaksi resisten atau penolakan dalam diri kita yang sulit untuk kita kendalikan demi menghindari hal-hal yang dianggapnya bernuansa ancaman di kejadian itu, yang menjadikan kita berperilaku irasional, atau tidak seharusnya.

Masalahnya adalah berbagai proses itu berlangsung di PBS. Sesuai dengan istilah "bawah sadar" yang melekat padanya, apa yang berlangsung di dalamnya terjadi di gelombang otak "di bawah" sistem kesadaran yang kita sadari secara sadar, yang menjadikan kita tidak bisa begitu saja menyadari dan juga tidak kuasa mengendalikannya.

Dengan daya kekuatan PBS yang lebih besar dibandingkan logika pikiran sadar, ketika reaksi itu terjadi di PBS maka reaksi PBS-lah yang mengendalikan kita dan kita pun jadi kewalahan dan seolah kehilangan kendali kesadaran atas diri kita sendiri.

Berbagai teknik perubahan dalam NLP pada hakikatnya ditujukan untuk menghasilkan perubahan pada pemrosesan informasi di PBS, sehingga dengan berubahnya pemrosesan informasi itu maka diharapkan seseorang bisa terbebas dari respon lama masa lalunya yang dianggap tidak sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan di masa kininya.

Namun demikian, berbagai teknik NLP pada umumnya dilakukan dengan tanpa mengungkap akar masalah di masa lalu yang menyebabkan reaksi masa kini muncul. Yang banyak teknik NLP fokuskan lagi-lagi adalah "mengubah mekanisme pemrosesan informasi di PBS" melalui berbagai teknik dan pemolaan ulang (repatterning) yang memang ditujukan untuk itu.

Time line adalah konsep dalam NLP yang agak lain dari teknik NLP pada umumnya. Dalam teknik berbasis time line kita bisa mengakses memori masa lalu melalui submodality time line, juga melakukan serangkaian teknik komunikasi khusus dengan PBS dimana melalui proses komunikasi inilah kita bisa mengungkap akar masalah di masa lalu yang membentuk persoalan seseorang di masa kini.

Awal-awal mendalami time line, saya melewatkan satu hal penting karena saya mendalami time line khas NLP ini dengan sudut pandang hipnoterapi. Meski tidak sepenuhnya salah, hal ini menjadikan praktik time line yang saya fasilitasi tidaklah sepenuhnya efektif untuk menghasilkan dampak transformasional sebagaimana seharusnya.

Sebagai gambaran, dalam hipnoterapi proses pengungkapan akar masalah di masa lalu pada umumnya dilakukan dengan menggunakan teknik berbasis "age regression", yaitu teknik menelusuri usia (age) masa lalu seseorang untuk menemukan kejadian masa lalu yang membentuk persoalan seseorang di masa kini.

Di awal saya mendalami time line, cara pandang teknik inilah yang saya gunakan, yang menjadikan saya melakukan penelusuran masa lalu berbasis garis waktu untuk menemukan akar masalah di masa lalu seseorang. Sebagaimana sudah bisa ditebak, lebih banyak waktu terbuang percuma jadinya.

Baru kemudian setelah saya mendalami dan mempraktikkan konsep time line secara lebih komprehensiflah saya menemukan kunci penting yang sangat menentukan proses pengungkapan akar masalah dalam sesi berbasis time line, yang disebut sebagai proses "Root Cause Elicitation (RCE)".

RCE adalah teknik yang terlihat sederhana. Sedemikian terlihat sederhananya sampai saya dulu melewatkan esensi dari teknik ini. Baru di kemudian hari saya menyadari bahwa teknik yang sederhana ini justru mensyaratkan begitu banyak komponen, mulai dari pemahaman NLP Presuppositions, framing the world model, in-depth sensory callibration skills, teknik building rapport dengan PBS, teknik mengakses involuntary response dari PBS, dan banyak lagi detail lainnya.

Baru ketika berbagai detail ini saya pahami dan praktikkan dengan baiklah RCE ini terjadi dengan efektif, PBS bisa dengan cepat mengungkap akar masalah di masa lalu yang membentuk keberadaan masalah di masa kini.

Kembali ke konsep time line sebagai fungsi PBS dalam mengorganisir memori secara kronologis dan simbolis, pertanyaan berikutnya adalah "Seberapa jauh time line PBS kita menyimpan memori masa lalu ini?"

Meski mungkin terdengar aneh, namun dalam praktiknya time line PBS bisa menyimpan memori sedemikian jauh, sampai ke memori lintas generasi (transgenerational memory) termasuk juga memori dari periode yang diyakini sebagai kehidupan lampau (past-life).

Untuk saat ini bahasan tentang memori lintas generasi dan kehidupan lampau belum akan kita bahas secara spesifik di tulisan ini, karena keduanya akan mensyaratkan kedalaman tersendiri yang mensyaratkan tulisan tersendiri juga.

Mari mulai membahas fenomena di sesi demonstrasi yang mengawali tulisan ini.

Di sesi demonstrasi pembelajaran NLP beberapa minggu lalu, seorang peserta mengajukan dirinya untuk menjadi subjek dalam sesi perubahan berbasis time line. Ada pun permasalahan yang ingin diselesaikannya adalah rasa "tertahan" dan menunda (procrastination) ketika akan melakukan satu aktivitas spesifik yang ia tahu harusnya dilakukannya.

Maka dimulailah sesi demonstrasi untuk mengakomodir kebutuhan kasus yang diajukannya. Di awal sesi demonstrasi dilakukan saya masih menggunakan lembar kerja yang biasa digunakan untuk mempraktikkan tahap demi tahap pelaksanaan.

Catatan: saya memang terbiasa membekali lembar kerja yang bisa peserta gunakan secara sistematis, karena saya mendapati hal ini penting untuk memastikan peserta bisa mengikuti setiap tahapan demi tahapan pelaksanaan dengan baik nantinya di sesi praktik mereka.

Seiring sesi memasuki tahapan RCE, PBS peserta ini mengungkap akar masalah masa lalu yang melatari keberadaan masalahnya di masa kini, yaitu kejadian di momen kelahirannya, atau ketika ia lahir di dunia ini. Maka dengan menggunakan teknik time line saya pun memandu peserta ini "mundur ke masa lalu", mengakses memori kejadian di hari ketika ia lahir tersebut.

Tibalah kita di titik kejadian di time line sesuai informasi yang diungkap oleh PBS dimana proses perubahan nantinya akan dilakukan untuk melepaskan reaksi negatif yang terbentuk sejak momen kelahiran tersebut. Dalam kasus peserta ini yaitu di waktu kelahirannya.

Sebelum memproses "pelepasan reaksi negatif di PBS", saya melakukan serangkaian proses pemeriksaan untuk memastikan terlebih dahulu apakah benar kejadian yang diungkap oleh PBS di momen kelahiran ini adalah akar masalah paling awal yang menjadi akar masalah sebenarnya dari masalah yang peserta ini alami di masa kini.

Pertanyaan yang mungkin muncul adalah, bukankan dalam proses RCE akar masalah ini sudah diketahui? Untuk apa dipastikan lagi?

Jawabannya adalah karena tetap saja energi psikis seseorang dalam menjalani sesi pun terbatas. Ada kalanya dalam proses RCE awal, energi psikis seseorang terbatas yang menjadikan PBS-nya hanya mampu "menjangkau" keberadaan memori tertentu sejauh ia mampu menjangkaunya di awal sesi.

Hal inilah yang kita pastikan ulang dalam proses ini. Setibanya kita di peristiwa yang diindikasikan menjadi akar masalah, kita perlu melakukan tahapan untuk memastikan ulang keberadaan peristiwa itu sebagai akar masalah. Karena kali ini kita sudah masuk "lebih dalam" maka PBS jadi bisa mengakses memori yang lebih dalam lagi yang semula tidak bisa dijangkaunya di RCE awal.

Di tahapan RCE berikutnya inilah PBS peserta ini memunculkan jawaban yang mulai terdengar unik, yaitu bahwa masih ada lagi peristiwa yang lebih awal yang menjadi akar dari masalah peserta ini di masa kini, dimana peristiwa itu adalah peristiwa yang bersumber dari memori leluhurnya, tepatnya leluhur di lima generasi sebelumnya.

Di titik ini saya mulai memberi tanda pada peserta lain di kelas bahwa saya akan meletakkan lembar kerja yang sebelumnya digunakan, karena sesi kali ini sudah "lebih" dari sesi demonstrasi biasa. Saya harus "berpindah mode" ke mode seorang praktisi sebenarnya sebagaimana saya biasa berpraktik di ruang praktik saya agar saya bisa lebih leluasa menggunakan keahlian saya secara intuitif.

Proses pun saya lanjutkan, kali ini saya pun memandu peserta ini mundur lebih jauh menuju masa lima generasi sebelumnya, untuk kemudian melakukan serangkaian proses pemeriksaan berikutnya untuk memastikan apakah benar kejadian yang diungkap oleh PBS di lima generasi sebelum ini adalah akar masalah paling awal yang menjadi akar masalah sebenarnya dari masalah yang peserta ini alami di masa kini.

Di tahapan RCE kali ini PBS peserta ini memunculkan jawaban yang lebih unik, yaitu bahwa masih ada lagi peristiwa yang lebih awal lagi yang menjadi akar dari masalahnya, yaitu peristiwa yang bersumber dari memori leluhurnya lagi, tepatnya leluhur di dua puluh generasi sebelumnya.

Maka demikianlah, proses pun saya lanjutkan lagi, saya pun memandu peserta ini mundur lebih jauh lagi menuju masa dua puluh generasi sebelumnya.

Tahapan ini lebih seru. Memasuki masa dua puluh generasi sebelum ini, peserta ini menunjukkan pose meringkuk dan menunjukkan ekspresi kedinginan. Rupanya ia masuk dengan sangat dalam sampai di periode "musim salju" itu ia bisa merasakan semua sensasi dingin yang sedang dialaminya.

Di titik ini saya pun melakukan sedikit tindakan pengamanan agar kejadian ini tidak memengaruhinya secara negatif dan ia tetap aman di sepanjang prosesnya, sebelum melanjutkan ke proses yang sama, yaitu memastikan apakah benar kejadian yang diungkap oleh PBS di dua puluh generasi sebelum ini adalah akar masalah paling awal yang menjadi akar masalah sebenarnya dari gejala masalah yang peserta alami di masa kini.

Di tahapan kali ini PBS peserta ini memunculkan jawaban yang semakin unik, yaitu bahwa masih ada lagi peristiwa yang lebih awal lagi yang menjadi akar dari masalahnya, yaitu peristiwa yang bersumber dari kejadian lampau (past-life)-nya, tepatnya di periode sembilan kehidupan sebelum.

Fenomena ini tentu menjadi sesuatu yang unik. Hal ini karena peserta ini bukanlah seseorang yang familiar dengan konsep "memori leluhur", apalagi "kehidupan lampau".

Jika latar belakangnya adalah "penyuka" bahasan tersebut tentu hal ini bisa dipahami. Namun latar belakangnya sebagai seseorang yang tidak familiar dengan konsep itu tidak urung memunculkan keheranan tersendiri. Dalam hal ini, kita tidak sedang membicarakan keberadaan dan "kebenaran" dari informasi memori lintas generasi dan kehidupan lampau itu. Yang terpenting dalam konteks ini adalah karena itulah jawaban yang PBS munculkan maka informasi itulah yang menjadi acuan penanganan.

Proses pun berlanjut, saya memandu peserta ini mundur lebih jauh lagi menuju masa sembilan kehidupan sebelumnya. Kali ini di periode kehidupan inilah PBS mengkonfirmasi bahwa di peristiwa "jaman kerajaan" inilah akar masalah di kehidupan masa kininya bermula. Maka di periode kehidupan inilah rangkaian proses perubahan pun dilakukan untuk melepaskan reaksi negatif yang bersarang di dalamnya, yang membentuk persoalan di masa kininya.

Usai dengan menetralisir akar masalah di periode kehidupan lampau ini saya melakukan serangkaian pemeriksaan untuk memastikan bahwa PBS betul-betul sudah melepaskan semua reaksi negatif yang sebelumnya pernah bersarang di dalamnya. Ketika semua rangkaian pemeriksaan ini sudah dilewati, barulah saya memandu peserta ini kembali ke masa kini dan menyudahi prosesnya.

Sesi demonstrasi pun berakhir dengan ekspresi keheranan dalam diri para peserta di kelas. Bagaimanapun juga yang mereka saksikan bukanlah sesuatu yang lazim mereka dapati terjadi dalam kesehariannya.

Mengingat ada begitu banyak pembelajaran penting dalam sesi ini, saya meluangkan waktu khusus untuk membahas konsep cara kerja PBS dengan lebih dalam, termasuk membahas konsep dari memori lintas generasi dan konsep logis dari kehidupan lampau. Bagaimana pun juga hal ini penting agar para peserta memiliki sudut pandang yang tepat dalam menyikapi fenomena ini, kalau-kalau ternyata mereka mendapati kejadian serupa di kemudian hari, baik pada dirinya sendiri atau pada orang lain yang mereka bersamai.

Saya menekankan bahwa kita tidak perlu mempersoalkan apakah yang diungkap oleh PBS benar atau tidak. Yang kita perlu fokuskan adalah bahwa informasi itulah yang diungkap oleh PBS, yang diyakini oleh PBS sebagai akar masalah. Kita tidak perlu mempersoalkan apakah kejadian itu benar atau tidak. Sejalan dengan cara kerja prinsip "cause-effect (sebab-akibat)" yang PBS operasikan, selama apa yang diyakini oleh PBS sebagai akar masalah terselesaikan maka akan reda juga gejala masalah yang sebelumnya muncul disebabkannya.

Nampak para peserta manggut-manggut mendapati penjelasan yang tidak banyak saya bagikan di forum biasa itu. Kali ini berbagai fenomena yang sebelumnya dianggap mistis atau tidak logis itu sudah mereka pahami secara logis dan masuk akal. Lagi-lagi, yang terpenting adalah mereka paham bagaimana harus bersikap jika fenomena itu terjadi dalam sesi yang mereka fasilitasi.

Sebagai bahasan penutup, saya juga menjelaskan bahwa tidak perlu khawatir berlebih bahwa fenomena ini akan muncul begitu saja di awal mereka berpraktik. Hal ini karena saya mendapati bahwa berbagai fenomena "aneh" dalam sesi perubahan biasanya baru terjadi seiring meningkatnya jam terbang.

Satu cara kerja PBS yang luar biasa adalah ia menghubungkan kita satu sama lain—sesama PBS—di tataran frekwensi energi. Dalam proses "terhubung" ini PBS akan "menakar" seberapa jauh ia bisa "memercayakan" informasi di dalamnya untuk dibuka pada praktisi yang membantunya.

Semakin seorang praktisi terasah kapasitasnya dan semakin terlatih sikap welas asihnya dalam membantu sesama, semakin jauh PBS akan merasa aman ketika terhubung dengannya, semakin dalam juga PBS akan memercayakan perubahan dan mengungkap lebih banyak informasi yang "tidak biasa" pada praktisi tersebut. Di tahap inilah biasanya seorang paktisi mulai lebih sering menemui kasus yang "unik" sebagaimana dijelaskan di atas tadi.

Catatan: tulisan ini juga dimuat di halaman khusus artikel di website Alguskha Nalendra tanggal 29 September 2025 dengan judul "Akar Masalah Di Generasi Leluhur dan Kehidupan Lampau (Past-Life)", silakan mengunjungi website tersebut jika Anda rasa perlu meninjau kembali tulisan ini.

Note: picture by Jon Tyson in Unsplash.

Penampakkan "The Pathfinder" dengan berbagai gubahan terkininya.⁣⁣Demikianlah, "The Pathfinder", itulah nama yang dileka...
24/09/2025

Penampakkan "The Pathfinder" dengan berbagai gubahan terkininya.⁣

Demikianlah, "The Pathfinder", itulah nama yang dilekatkan pada motor ini.⁣

Ia bukan hanya sebatas kendaraan atau pun hobi, tapi perlambang dari sebuah tekad untuk selalu menemukan (find) jalan (path) kembali di tengah berbagai kebingungan dan ketidakpastian.⁣

Sempat terbengkalai belasan tahun lamanya, perjalanan memulihkannya agar siap kembali mengarungi jalanan sangatlah jauh dari kata mudah.⁣

Mulai dari keterbatasan dana, tertipu oleh oknum mekanik yang tidak bertanggung jawab, kesulitan menemukan suku cadang, dan banyak lagi drama lainnya. ⁣

Perjalanan menaklukkan itu semua sampai menemukan jalan kembalilah yang menjadi perlambang dari keberadaannya sebagai "Sang Penemu Jalan (The Pathfinder)".⁣

Beberapa nama sempat "diajukan" untuknya, sekian lama juga tidak ada yang dirasa mengena. Sampai kemudian nama "The Pathfinder" inilah yang ternyata paling dirasa cocok mewakili keberadaannya.⁣

Kau tidak takut dengan kegelapan, kau takut dengan ketidakpastian atas apa-apa yang mungkin saja ada di dalamnya yang ti...
20/09/2025

Kau tidak takut dengan kegelapan, kau takut dengan ketidakpastian atas apa-apa yang mungkin saja ada di dalamnya yang tidak kau kenali.⁣

Begitu juga kau tidak takut dengan kesendirian, kau takut dengan apa yang tidak kau kenali dalamnya, yaitu rasa asingmu dengan dirimu sendiri yang membuatmu tidak betah berlama-lama dengan dirimu sendirian saja.⁣

Sebagaimana kegelapan tidak lagi menakutkan bagi mereka yang kenal dan bersahabat dengan isi di dalamnya, begitu juga kesendirian tidak lagi terasa menakutkan bagi mereka yang kenal dan sudah bersahabat dengan dirinya sendiri.⁣

Kesendirian dan kesepian adalah dua hal berbeda ... keduanya dipisahkan oleh sebuah batas tipis bernama "mengenal diri".⁣

Kau bisa saja jauh dari kesendirian denga berada di tengah ramainya kerumunan tapi tetap merasa sepi, semata karena kau asing dengan dirimu sendiri.⁣

Sebaliknya, kau bisa saja sendirian namun tetap merasakan kedamaian, semata karena kau kenal dan bersahabat dengan dirimu sendiri.⁣

Menutup petualangan di ibu kota dengan membersamai pembelajaran para leader Home Credit Indonesia.⁣⁣Waktunya kembali pul...
19/09/2025

Menutup petualangan di ibu kota dengan membersamai pembelajaran para leader Home Credit Indonesia.⁣

Waktunya kembali pulang dan mengistirahatkan diri sejenak sebelum membersamai para klien di sesi coaching mereka minggu depan.⁣

Seberapa ramai pun suasana di luar dirimu dan sebanyak apa pun teman yang kau miliki, selama kau tidak bisa berteman den...
19/09/2025

Seberapa ramai pun suasana di luar dirimu dan sebanyak apa pun teman yang kau miliki, selama kau tidak bisa berteman dengan dirimu sendiri maka hanya sepilah yang akan kau rasakan.⁣

Kau tidak bisa menemukan yang kau cari di tempat dimana hal itu tidak berada, temukan persahabatan sejati dalam dirimu sendiri, akan kau dapati dirimu lebih mudah menebar persahabatan dengan kehidupan ini.⁣

"If you make friends with yourself you will never be alone." - Maxwell Maltz⁣

Usai dengan pelaksanaan NLP Practitioner Certification minggu kemarin di Bandung, agenda pun berlanjut ke kegiatan in-ho...
17/09/2025

Usai dengan pelaksanaan NLP Practitioner Certification minggu kemarin di Bandung, agenda pun berlanjut ke kegiatan in-house training membersamai para leader Adira Finance di Jakarta.⁣

Masih akan berada di ibu kota sampai hari Jumat ini untuk membersamai in-house training lainnya.⁣

Bersyukur menjalani pekerjaan yang dicintai dan mencintai yang dikerjakan. Lelah yang terasa sepadan dengan rasa puas yang dirasakan di setiap kesempatannya.⁣

Cara pandangmu membentuk dunia yang kau hidupi.⁣⁣Siapa hanya memandang dunia dari balik kaca yang kusam akan melewatkan ...
17/09/2025

Cara pandangmu membentuk dunia yang kau hidupi.⁣

Siapa hanya memandang dunia dari balik kaca yang kusam akan melewatkan banyak keindahan dan hanya akan menyimpulkan bahwa demikianlah dunia ini kusam adanya.⁣

Bukan karena keindahan itu tidak ada di luar sana tapi karena kusamnya kaca itulah yang halangi pandangannya.⁣

Pun demikian dengan mereka yang berkubang dengan keluh-kesah tak berkesudahan, bukan kenikmatan yang hilang dalam hidup mereka, melainkan cara pandang mereka yang tertutupi oleh kusamnya dengki yang buat mereka lupa bersyukur karenanya.⁣

Kemana atensimu kau fokuskan, kesanalah energimu mengalir dan hal itulah yang kau datangkan serta tumbuhkan dalam hidupmu. ⁣

Maka sebelum kau mulai upayamu mengubah kehidupanmu, ubah dulu caramu dalam memandang kehidupan itu sendiri, arahkan atensimu pada hal yang bisa kau syukuri, kesanalah energimu mengalir untuk mendatangkan lebih banyak hal yang bisa kau syukuri.⁣

Address

Bandung

Opening Hours

Monday 09:00 - 17:00
Tuesday 09:00 - 17:00
Wednesday 09:00 - 17:00
Thursday 09:00 - 17:00
Friday 09:00 - 17:00

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Alguskha Nalendra posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Practice

Send a message to Alguskha Nalendra:

Share

Share on Facebook Share on Twitter Share on LinkedIn
Share on Pinterest Share on Reddit Share via Email
Share on WhatsApp Share on Instagram Share on Telegram