16/12/2023
FRASA GILA
Pandanganku tertuju pada sudut dunia,
Pada indah pelangi pada hujan sepulang bersua,
Kutemukan sukar dan senang yang memilah nasib manusia.
Tatapanku terkesima pada jasad hidup tanpa arah yang disebut gila,
Yang duduk dan berjalan hanya berteman lamunan kekosongan dan tawa,
Yang tidur pulas tanpa hasrat dunia berlebih yang ku tahu ialah gila sesungguhnya.
Kendati masa tak mengurung masalah dalam fana,
Pada hakikat hidup dunia yang istiqomah pada fatamorgana,
Masih ku bergulat seputar fikir perihal gila.
Entah kegilaan hakiki ialah gerilya jiwa pada kepuasan kuasa sementara?
Ataukah fasilitas kesadaran yang di tarik sang maha raja?
Ataukah gila ialah sukma yang dicuri dan dilepas pisahkan dari raga?
Ataukah gila ialah mereka pemikul tahta dan pangkat yang rajin mengejar hujah?
Atau mereka para wakil tuhan yang tuhankan diri atas sandingan dusta?
Tak sekali kutemui tetua berdahi kehitaman namun akhlak tak dijaga
Pun kutemui tetua berjenggot panjang keputihan namun tamak akan dunia,
Juga tetua bersalib dan disanding rosario namun amanat tuhan tak dipelihara.
P**a tak sekali kutemui hamba musafir yang bersemayam dalam tawadhu dan rahasia,
Yang dikafirkan dan dianggap gila karena sujud dalam cinta tanpa hasrat dunia.
Nalarku mendeteksi bahwa kenal pada sadar ialah yang mengenal hakikat alif hingga ya,
Perihal alfa dan omega hingga semua sebelum semua.
Yang memaknai hidup setelah hidup yang bukan sekedar tanah,
Yang tidur dan bersujud hingga berdzikir di waktu yang sama,
Yang memaknai akhir bukan sebatas awal masa.
Dia yang pahami kemegahan dunia sebatas penjara,
Dan yang mengerti hakikat ada sebelum ada ditakdirkan sebagai ada.
Ku dengar mereka yang cerdas berkata seraya menghujat;
Kalau ulama kenapa tak tenar media?
Kalau ulama kenapa tak bergelar dan tak berharta?
Kalau ahli kitab kenapa di jauhi dunia?
Pahamku seketika peka bahwa zaman ini adalah zaman serba gila,
Dimana manusia menghilangkan yang waras dan mewaraskan yang gila,
Negasikan yang