20/05/2025
๐ โEmas dari Batanghariโ
Legenda Berdirinya Kerajaan Melayu Tua
๐ฐ๏ธ Tahun 150 Sebelum Masehi
Di tepian Sungai Batanghari yang luas dan berliku, di jantung hutan hujan yang permai, berdiri sebuah kampung besar yang tak hanya hidup dari hasil bumi, tetapi dari aliran air yang membawa kapal-kapal asing dari lautan jauh. Kampung itu bernama Malaya, yang dalam bahasa tua berarti "tanah tinggi".
๐ Sang Pemimpin dari Hulu
Dalam hutan rimba dan sungai, para klan hidup berserak: pengumpul gaharu, penambang pasir emas, dan nelayan air payau. Namun ketika banjir besar melanda dan merusak sawah serta ladang, muncul seorang pemuda dari Hulu Batanghari โ ia bernama Tuanku Merindung, keturunan dari keluarga pemuka adat.
Ia bukan hanya bijak, tetapi juga mampu menghubungkan klan-klan yang bertikai, membentuk dewan adat pertama di dataran Muara Tebo. Atas musyawarah itu, ia diangkat sebagai Datuk Maharaja Malaya, pemimpin yang menyatukan tanah di antara dua sungai: Batanghari dan Batang Merangin.
๐ Penyatuan dan Awal Kerajaan
Merindung memerintahkan pembangunan balai batu besar di puncak bukit yang menghadap sungai. Di sanalah ia memimpin pertemuan dagang, upacara adat, dan perjanjian lintas klan.
Ia menciptakan hukum adat pertama, yang disebut "Undang Malaya" โ hukum tentang batas tanah, larangan menebang hutan suci, dan pajak hasil panen untuk lumbung bersama.
Sebentar kemudian, nama negeri ini tak lagi hanya "kampung Malaya", tapi dikenal oleh para pedagang laut sebagai Melayu, sebuah entitas baru yang berkekuatan politik dan ekonomi, bukan sekadar kumpulan klan.
โ Pelabuhan Emas dan Pedagang Asing
Tahun 50 Sebelum Masehi
Di kala pagi berkabut, perahu bercadik dari barat tiba. Dari kapal itu turun para pedagang India dari Kerala, pedagang Arab dari Yaman, dan bahkan utusan Tiongkok dari selatan.
Apa yang mereka cari?
Emas dari hulu yang disaring dari sungai
Kamper dan gaharu dari hutan
Lada dan rotan yang tumbuh liar di bukit
Manik-manik dan gading dari perajin setempat
Sebagai balasan, mereka membawa kain sutra, besi tempa, garam batu, dan mantra-mantra dewa.
Raja Merindung membangun Pelabuhan Muara Sabak dan menunjuk nakhoda-nakhoda Melayu untuk memandu kapal asing masuk ke sungai dalam.
๐ Budaya Baru, Dewa-Dewa Asing
Orang-orang India mengenalkan Sanskerta, dan cerita Mahabharata mulai diceritakan dalam bahasa tempatan. Seorang pendeta Brahmana dari negeri Calankayana tinggal di istana, mengajarkan ilmu perbintangan, sistem kasta, dan cara membakar d**a untuk dewa Siwa.
Namun, Raja Merindung tidak mengganti kepercayaannya. Ia menjadikan dewa-dewa baru sebagai "dewa tetamu", bukan pengganti roh nenek moyang.
Di Melayu, adat dan agama berjalan berdampingan, bukan saling menghapus.
๐ Pengakuan dari Kaisar Han
Pada suatu musim semi, sebuah kapal besar berlayar ke utara, membawa utusan dari Melayu ke negeri besar bernama Tiongkok. Utusan itu diterima di istana Kaisar Han.
Dalam catatan Tiongkok, mereka menulis:
"Mo-lo-yeu" โ negeri di selatan yang penuh emas dan wangi kayu. Mereka menyembah roh, mematuhi hukum, dan memberi hadiah berupa cula badak dan damar wangi."
Maka, Melayu pun masuk ke dalam sejarah dunia, bukan sekadar cerita pinggiran.
๐ฏ Babak Akhir: Warisan yang Tertinggal
Setelah wafatnya Raja Merindung, kekuasaan Melayu diwariskan kepada keturunannya. Kerajaan ini tumbuh dan berkembang selama beberapa abad.
Dalam kisah rakyat, nama Merindung disebut sebagai "raja pertama yang menyatukan sungai dan laut"
Melayu Tua bukan sekadar kerajaan awal. Ia adalah benih peradaban maritim yang menjadikan Nusantara bagian dari dunia jauh sebelum bangsa-bangsa datang dengan kapal besi dan bendera.
Nantikan kisahnya dalam bentuk serial yang akan tayang perdana 1 Juni 2025, ikuti halaman ini ya biar tidak ketinggalan episode perdananya.
Call now to connect with business.