
26/07/2025
•
•
“Belajar dari Putri Malu”
Rasa malu sering kali dianggap sebagai kelemahan. Kita diajari untuk tampil berani, percaya diri, dan tak gentar menghadapi tantangan. Maka, ketika rasa malu datang, kita kerap melihatnya sebagai hambatan, sesuatu yang harus segera diatasi.
Namun, bagaimana jika kita melihatnya dari sudut yang berbeda?
Mari kita belajar dari bunga putri malu (Mimosa pudica).
Tanaman ini memiliki keunikan: saat disentuh, daunnya menguncup seolah-olah malu. Sekilas tampak seperti bentuk ketakutan, padahal sesungguhnya itu adalah strategi perlindungan. Dengan menutup diri, putri malu sedang menjaga dirinya, menghindari potensi bahaya dan menghemat energi saat situasi tak pasti.
Dari sini, kita belajar bahwa rasa malu bukan selalu tanda kelemahan.
Rasa malu bisa menjadi pelindung diri dari situasi yang mungkin berisiko, atau menjadi momen refleksi yang membantu kita berpikir sebelum bertindak. Ini adalah pengingat bahwa tidak semua hal harus dihadapi dengan frontal; ada kalanya berhenti sejenak, merenung, dan menarik diri adalah langkah bijak untuk menjaga keseimbangan emosi dan keselamatan diri.
Rasa malu memberi jeda untuk berpikir, menimbang, dan mengenali apakah situasi yang dihadapi aman bagi kita. Kadang, menarik diri sejenak justru adalah tindakan paling bijak. Bukan karena kita lemah, tapi karena kita menghormati diri sendiri.
Dan seperti putri malu yang akan kembali mekar ketika merasa aman, kita pun bisa membuka diri lagi saat siap—dengan ketenangan, kehati-hatian, dan kekuatan baru.
"Rasa malu adalah penjaga kehormatan diri; ia mengingatkan kita untuk bersikap low profile, berbicara dengan hati-hati, dan bertindak dengan bijaksana."
(Tridjata Tunggono)
bandung