04/06/2024
Ibu-Ibu, Tolong Ikut Juga Perhatikan Suami dan Anak, Ya. Jangan Abai, Jangan Terlambat.
Seorang ibu 40 tahun, bersedih. Saat dijelaskan kondisi suaminya saat ini. Sebenarnya dia dan suaminya sempat datang 5 tahun lalu, berkonsultasi tentang suaminya, yang mulai mengalami disfungsi ereksi. Saat itu sempat terbantu permasalahannya sejenak dengan bantuan obat. Untuk selanjutnya diminta melakukan pemeriksaan gula darah dan testosteron.
Di kesempatan yang sama, si Ibu dan suaminya mengajak anak laki-lakinya, usia 9 tahun, untuk diperiksakan ukuran p***s anaknya yang dilihat berukuran sangat kecil. Setelah diperiksa terdiagnosis sebagai mikrop***s. Untuk memastikan juga diperiksa beberapa hormon seksual yang ternyata rendah. Disarankan terapi sebelum berusia 12 tahun.
Rupanya, si Ibu dan suaminya menunda. Baru balik hari ini. Hasil testosteron suami sangat rendah dan saat ini mengidap diabetes yang semakin tidak terkontrol. Kondisi saat ini lebih mempersulit upaya terapi pemulihannya
Untuk mikrop***s anak, juga menjadi kesulitan baru karena sudah lewat masa pubertas awal. Membuat upaya terapi (yang harusnya paling lambat di usia 12 atau 13 tahun) kemungkinan gagal. Karena terapi mikrop***s menjadi tidak efektif.
Si Ibu menangis. Kemungkinan terapi bisa gagal, karena terlambat. Sebenarnya kepedulian si Ibu di awal sudah baik, karena ikut memperhatikan permasalahan seksual dan reproduksi suami dan anak. Apalagi biasanya laki-laki enggan periksa permasalahan seksual. Ini harus diapresiasi. Tetapi memang, seharusnya tidak sampai abai dan terlambat.
Yuk, para Ibu, bantu suami dan anaknya untuk mau mengatasi permasalahan seksual dan reproduksinya. Tentu saja pihak laki-laki yang memulai dulu peduli permasalahan seksualnya.
Mari.