05/12/2023
Rahasia Afirmasi
"Pak, bagaimana afirmasinya agar punya uang? Ini saya ditagih pinjol sampai diteror, sementara penghasilan gak ada, suami pergi gak bertanggung jawab, untuk makan sehari-hari saja susah!"
Pertanyaan diatas adalah rekaan saya, tidak ada yang bertanya sepersis kalimat diatas. Tapi yang mirip-mirip kalimat diatas, banyak.
Polanya adalah bertanya cara afirmasi, lalu menceritakan betapa sulitnya hidup mereka. Pernah merasa seperti itu?
Sebenarnya kalimat afirmasi apa pun yang saya ajarkan, tidak akan pernah bisa berhasil karena....
Dia punya afirmasi negatif yang begitu kuat, sebab sudah sejak lama mendekam di pikiran, yaitu:
1) ditagih pinjol sampai diteror.
2) penghasilan gak ada.
3) suami pergi gak bertanggung jawab.
4) makan sehari-hari susah.
Mungkin Anda bertanya, bukankah hal diatas memang sedang terjadi sekarang? Kok disebut afirmasi negatif?
Nah kan.
Untuk memahami makna sekarang, mari kita bahas garis waktu: Kita semua berjalan menuju masa depan, benar?
Masa depan bersifat misteri, tak ada yang tahu apa yang akan terjadi, benar?
Bila sebuah peristiwa terjadi di masa lalu, tidak berarti akan selalu terjadi di masa depan, benar?
Lalu...
Apa yang kita sebut SEKARANG ternyata terus bergerak ke masa berikutnya. Anda menyebut sekarang saat membaca sampai tulisan ini, maka detik berikutnya Anda sudah berpindah ke tulisan ini.
Jadi karena kita terus bergerak ke masa depan, mengatakan "saya gak punya uang sekarang" artinya terus membawa keyakinan "gak punya uang" ke masa berikutnya.
Paham?
Maka afirmasi negatif itu adalah seolah-olah hal berikut ini akan TERUS TERJADI di masa depan:
1) ditagih pinjol sampai diteror
2) penghasilan gak ada
3) suami pergi gak bertanggung jawab
4) makan sehari-hari susah.
Maka wajar saat membutuhkan uang, pikiran MENTOK. Karena memang keinginannya bertentangan dengan keyakinan diatas.
Beda kalau kita buat kalimat bertanya seperti ini:
Pak, bagaimana afirmasinya agar punya uang?
Beberapa waktu lalu saya ditagih pinjol sampai diteror, tapi itu beberapa waktu lalu ya. (Entah kalau nanti)
Sementara KEMARIN penghasilan gak ada. (Wallahu'alam kalau nanti)
Suami pergi gak bertanggung jawab, DULU. (Gak tahu deh kalau besok)
Untuk makan sehari-hari saja PERNAH susah, DULU. (Tapi nanti gak tahu ya)
Sampai disini dulu. Pikiran Anda pun bertanya "kalau nanti?" Artinya pikiran memiliki ruang kosong yang belum terjawab, artinya ada kemungkinan terjadi hal berbeda di masa depan.
Sehingga ketika saya memberi afirmasi baru, pikiran sudah siap menerima. Berikut beberapa model untuk membuat pikiran semakin terbuka mendapatkan gagasan positif.
1) Apa yang perlu saya lakukan agar memiliki uang untuk membayar hutang dan kebutuhan keluarga saya?
2) Ya Allah, apa yang perlu saya lakukan agar memiliki uang untuk melunasi hutang dan memenuhi kebutuhan keluarga saya dengan mudah dan menyenangkan?
3) Ya Allah yang telah memberi kerajaan kepada Sulaiman AS, Ya Allah yang telah menyelamatkan Musa AS dari kejaran pasukan Fir'aun, ya Allah yang telah memuliakan Yusuf AS dengan menjadikannya berkududukkan di kerajaan Mesir, apa yang perlu hamba lakukan agar bisa melunasi hutang dan memenuhi kebutuhan keluarga hamba ya Rabb?
Hamba bertanya kepadaMu sebab Engkau pemberi hidayah, Maha Pemberi Petunjuk, maka tunjukan hamba ya Rabb. Hamba serahkan hidup mati hamba kepadaMu, hamba pasrahkan kehormatan hamba kepadaMu.
Bagaimana, nyaman bukan? Jadi lebih tenang bukan?
Sekarang bagaimana kalau masih saja:
"Pak, bagaimana afirmasinya agar punya uang? Ini saya ditagih pinjol sampai diteror, sementara penghasilan gak ada, suami pergi gak bertanggung jawab, untuk makan sehari-hari saja susah!"
Lalu saya kasih jawaban:
Tulis kalimat ini!
"Apa yang perlu saya lakukan agar memiliki uang untuk membayar hutang dan kebutuhan keluarga saya?"
Asli tambah bingung pikiran, sebab isi pikiran sudah dipenuhi "gak ada uang, suami gak tanggung jawab, buat makan susah!"
Wallahu'alam
Ahmad Sofyan Hadi
Ingin mendapatkan tulisan inspiratif setiap hari?
Yuk download dulu e-booknya... gratis lho...
Setiap ucapan bisa terucap karena ada di pikiran, tapi manakala terucap, ia didengar telinga artinya masuk lagi menjadi sugesti ke pikiran. Pun termasuk bicara dengan diri sendiri, meskipun dalam hati, tapi membuat pikiran menyusun gambar alias tersugesti juga. Maka memuji orang lain artinya menyusu...