16/03/2024
KEIMANAN
https://chat.whatsapp.com/LHVR36PjaRK8EGRu65PqV1
https://chat.whatsapp.com/LHVR36PjaRK8EGRu65PqV1
https://chat.whatsapp.com/LHVR36PjaRK8EGRu65PqV1
Sewaktu saya masih usia SMP, ada anak tetangga yang berusia 2 tahunan. Suatu maghrib kami shalat di mushalla dimana anaknya yang balita ini dibawa ke mushalla.
Sepanjang kami shalat, anak ini lari-lari didepan shaf, kadang juga ke belakang. Hingga suatu ketika, dia berusaha memasukkan jari kecilnya ke lubang stop kontak persis di depan shaf kakak saya.
Sontak kakak melangkahkan kaki ke depan, lalu menepis tangan mungil anak ini. Anak itu pun menangis sampai shalat selesai.
Lalu kakak bilang ke orang tuanya, "maaf saya takut anak ini kesetrum, jadi spontan saya tepis tangannya." Saya lupa, apakah ditepis ataukah ditarik.
Intinya saking takut kesetrum, anak dijauhkan dari lubang stop kontak.
Bisa jadi banyak orang tua yang menjaga anak balitanya agar tidak mendekati stop kontak, benar? Sebab khawatir kena setrum.
Padahal, setrum listrik itu tidak terlihat, tapi ada. Secara wujud kasat mata, tidak ada. Tapi tetap saja dampaknya nyata bahkan bisa mematikan.
Ketakutan orang tua terhadap bahaya setrum listrik, membuat orang tua menjauhkan stop kontak dari anak-anaknya.
Ada yang menutup stop kontak, atau menyamarkan stop kontak agar tidak menarik anak memainkannya.
Sikap orang tua seperti itu bisa disebut wujud keyakinan adanya setrum listrik. Lalu sikap menjaga anaknya dari setrum listrik disebut kehati-hatian.
Keyakinan itu sebut KEIMANAN dan kehati-hatian disebut KETAKWAAN.
Orang yang hati-hati khawatir kesetrum disebut bersikap takwa. Dasar dari sikap takwa adalah keimanan, yaitu yakin adanya setrum listrik.
Sebenarnya wujud Allah pun tidak terlihat, tapi ada. Keimanan kita kepada Allah, atau keyakinan kita kepada Allah lebih percaya daripada kepada setrum listrik.
Sebab Allah itu ada, meski tidak terlihat. Wujudnya ada, terlihat dari ciptaanNya sama seperti wujud listrik ada dari lampu yang menyala.
Bila Allah ada, maka sifat-sifatNya juga ada seperti Allah Maha Keras SiksaNya, tapi juga Maha Penerima Taubat. Maka keyakinan ini membuat seseorang takut bermaksiat kepadaNya dan segera bertaubat.
Sifat lain adalah Allah Maha Sayang kepada makhlukNya, Maha Memberi Rezeki. Maka semua makhluk berharap dan bergantung rezeki kepadaNya.
Keimanan atau kita sebut keyakinan adalah modal untuk memperbaiki pikiran, perasaan, dan tindakan kita. Bila ada masalah, sebutlah ruangan gelap, percayalah, selama ada arus listrik di ruangan itu, bisa menyalakan lampu.
Maka saat seseorang ada masalah, selama dia yakin ada Allah Yang Maha Mengurus MakhlukNya (baca ayat kursi) tak ada yang perlu ditakutkan.
Tapi keimanan ini mesti disertai dengan ketakwaan, sama seperti saat memasang lampu menggunakan sendal karet, berhati-hati dalam bertindak agar tidak celaka.
Orang yang senantiasa berdoa kepada Allah tapi masih saja mengikuti hawa nafsunya, tidak berhati-hati, sama saja seseorang yang percaya ada arus listrik tapi menjulurkan besi ke lubang stop kontak tanpa pengaman.
Hanya mendapatkan akibat buruk dari arus listrik itu alias kesetrum.
Percaya Allah itu ada, tapi terus bermaksiat, berkata menyakiti orang lain, bersikap menyusahkan orang lain, mengkhianati kebaikan orang lain, siap-siap "kesetrum" mendapatkan murkaNya.
Jadi memperbaiki hidup tidak cukup dengan yakin Allah itu ada lalu berdoa kepadaNya, tapi harus diiringi berhati-hati dalam bertindak, jauhi zina. Inilah takwa.
Akibat takwa, memilih bersikap, berucap dan bertindak baik, sebab Allah Maha Membalas kebaikan daripada bersikap buruk sebab DIA pun Maha Membalas Keburukan.
Memilih bersikap, berucap, dan bertindak baik disebut AMAL, seperti memuji pasangan, memaafkan kesalahan pasangan, mendoakan pasangan. Termasuk menjaga kehormatan diri.
Baca Q S Al Mukminun 1-11
Pertanyaannya, bagaimana agar sikap, ucap, dan tindakan kita benar? Tidak menganggap atau merasa benar dengan amal sendiri tapi ternyata salah.
Itulah perlunya ILMU.
Jadi kita urutkan lagi, Iman, Takwa, Ilmu, dan Amal.
Keempat hal ini mesti kita jaga sampai mati.
Contoh, tentang ilmu.
Baca ayat kedua surat Al Ikhlas.
Baca ayat ke 186 dan 286 surat Al Baqarah.
Cari tahu apa makna ayat tersebut dan bagaimana ayat itu menjadi solusi hidup kita.
Itu baru dari 3 ayat lho, belum ayat lainnya.
Intinya terus menerus belajar ya, jangan merasa cukup dengan ilmu yang sudah diterima, jangan merasa tenang manakala masih banyak yang belum diketahui dan jangan terlena dengan dosa.
Wallahu'alam
Ahmad Sofyan Hadi
============================
Kajian Ramadhan Kelas Afirmasi Online:
β Luka Batin Menciptakan Pola Selingkuh dan Perzinahan
β Mencegah & Mengobati Ketergantungan terhadap Selingkuh, Zina, dan konten p***o.
ποΈ Sabtu-Minggu, 23-24 Maret 2024
π£ Pukul 20.30-22.00 WIB
ποΈ Ahmad Sofyan Hadi
π± Investasi Rp 99.000
Transfer ke BCA No 2181576601 an Apriyanti
Konfirmasi transfer ke +62 816973209
Materi berdasarkan pengalaman pemateri dalam melakukan terapi kepada lebih dari 1000 orang yang berusia antara 30-60 tahun sejak tahun 2018 sd sekarang.