23/06/2025
"Sentuhan Pertama: Awal Mula Pijat yang Mengubah Dunia"
Pada zaman dahulu, ribuan tahun sebelum jarum jam diciptakan, ketika manusia masih hidup berdampingan dengan alam, ada seorang pemuda dari suku kuno di lembah Sungai Kuning—namanya Lei.
Lei bukanlah pejuang terkuat. Ia tidak pandai memanah, apalagi bertarung. Tapi ia punya sesuatu yang berbeda: tangan yang hangat dan hati yang peka.
Suatu malam, ayahnya—kepala suku yang bijak—terbaring tak berdaya. Tubuhnya menggigil, napasnya pendek, dan sendi-sendinya terasa kaku. Tabib suku sudah angkat tangan. Mereka berkata, "Ini ulah roh dingin, tak bisa disembuhkan."
Tapi Lei tidak menyerah.
Ia duduk di samping ayahnya. Dalam keheningan malam, ia memandangi tubuh sang ayah yang renta, dan entah kenapa, tangannya bergerak sendiri. Ia mulai menyentuh, menekan, dan mengusap bagian tubuh yang terasa kaku. Jari-jarinya seperti dipandu oleh naluri. Ia menekan satu titik di telapak kaki—ayahnya tiba-tiba menghela napas panjang. Ditekan lagi bagian bahu—tubuhnya sedikit menggeliat. Dan saat fajar menyingsing, sang ayah duduk, tersenyum, dan berkata:
"Tanganmu… menyentuh langit, Nak. Kau membawa hidup kembali ke dalam tubuhku."
Itulah lahirnya pijat—dari kasih seorang anak kepada ayahnya. Dari keputusasaan lahir harapan. Dan dari sentuhan kecil, muncul kekuatan besar yang akan diwariskan lintas zaman.
---
Perjalanan Menembus Waktu
Dari lembah Tiongkok, seni pijat menyebar ke Mesir, India, dan Yunani. Di India, dikenal sebagai bagian dari pengobatan Ayurveda. Di Mesir, pijat menjadi bagian dari ritual penyembuhan para firaun. Di Yunani, Hippocrates—bapak kedokteran—menulis bahwa "seorang dokter harus paham tentang seni menggosok tubuh."
Di setiap zaman dan benua, pijat terus berevolusi—tapi esensinya tidak pernah berubah: sentuhan yang menyembuhkan.
Kini, di era modern, saat dunia berlomba-lomba dengan mesin dan obat-obatan, pijat tetap berdiri—sebagai pengingat bahwa tubuh manusia bisa saling menyembuhkan dengan kasih, dengan kesadaran, dan dengan kehangatan tangan manusia itu sendiri.