03/09/2022
030916
Seperti bulan sebelumnya, hari ini Sunita, adik Gita Iyengar, yang mengajar Women's Class. Separuh waktu kelas dihabiskan membahas seated poses - gerakan yang dilakukan sambil duduk di lantai - serta manfaat tiap gerakan untuk kaki hingga punggung.
Cara mengajar Sunita berbeda dari Gita ataupun Prashant. Sunita lebih sering melemparkan pertanyaan ke murid2 untuk mencari tahu sejauh mana pemahaman murid tentang gerakan tertentu. Dan mengapa ada variasi yang berbeda2 untuk setiap gerakan.
Awalnya kontingen Cina yang datang khusus satu bulan, masih ragu2 untuk menjawab, tetapi setelah berulangkali dipancing mereka pun mulai ikut terlibat dalam diskusi. Sistem belajar seperti ini memang selalu ditekankan oleh BKS Iyengar yang mendorong murid2 untuk memakai kecerdasan (intelligent) dalam berlatih. Dan hal ini hanya dapat dilakukan kalau dalam berlatih dibiasakan untuk 'mempertanyakan' gerakan (self inquiries), tidak hanya pasrah menerima penjelasan guru.
Contohnya pada saat memutar (twisting) ke arah kanan. Yang menjadi fokus perhatian ya...badan bagian kanan. Yang kirinya dilupakan ...jadilah bagian kiri badan sebagai bagian yang tidak dipahami (unknown). Tanpa disadari paha kiri terangkat, karena hanya fokus menurunkan paha kanan. Sunita mengingatkan agar ke dua sisi badan tetap sebagai hal yang diperhatikan (known).
Minggu sebelumnya Sunita juga mengajarkan bagaimana agar bagian badan yang tidak terlihat (unseen), seperti otot punggung atas (dorsal) dan tulang punggung, dapat menjadi terlihat (seen). Walaupun mata kita tidak ada di punggung. Sensitifitas ini menjadi lebih susah lagi pada saat badan dibalik (inverted pose) di sirsasana (headstand) ataupun sarvangasana (shoulderstand) dan backbend.
Bertahan di posisi terbalik atau melengkung ke belakang (backbend) saja sudah susah... tambah lagi harus pakai intelejensia memahami gerakan ditiap jengkal badan. Pokoknya yang terpenting, jangan sampai lupa nafas lah. Supaya otak tidak mandeg.