Dr. Andi Pratama Dharma - Internist

Dr. Andi Pratama Dharma - Internist Info sehat seputar penyakit dalam, air untuk kesehatan, intermittent fasting, dan berat badan ideal.

MENGAPA HARUS PUASA INTERMITEN?(TULISAN KETIGA)APA ITU PUASA INTERMITEN?Intermiten berasal dari bahasa Inggris “intermit...
28/10/2024

MENGAPA HARUS PUASA INTERMITEN?
(TULISAN KETIGA)

APA ITU PUASA INTERMITEN?
Intermiten berasal dari bahasa Inggris “intermittent”, yang artinya berselang. Pengertian sederhana dari puasa intermiten adalah membagi adanya waktu makan dan waktu puasa yang berselang seling dalam 24 jam. Artinya, dalam satu hari ada waktu kita berpuasa (atau dikenal sebagai fasting window atau jendela puasa), dan ada waktunya kita boleh makan apa saja (disebut sebagai eating window atau jendela makan). Agar manfaat kesehatannya optimal, sebaiknya durasi jendela puasa-nya lebih lama daripada jendela makannya (misalnya 14 jam berbanding 10 jam, atau 16 jam berbanding 8 jam dst).

Puasa intermiten dibedakan dengan puasa yang panjang atau prolonged fasting. Saat menjalankan prolonged fasting, seseorang berpuasa lebih dari 24 jam hingga 2-3 hari atau bahkan lebih, dan hanya boleh minum air putih atau air tanpa kalori saja selama berpuasa. Walaupun cukup banyak yang menganjurkan program prolonged fasting ini dan memberikan dasar-dasar mengenai keamanan serta manfaat kesehatannya, puasa intermiten jauh lebih populer karena lebih sederhana dan jauh lebih mudah untuk dijalankan banyak orang.

WATER FASTING, DRY FASTING, DAN PUASA RAMADHAN
Puasa intermiten secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu water fasting dan dry fasting. Water fasting artinya saat durasi jendela puasa, kita masih boleh minum air putih atau minuman tanpa kalori (seperti teh dan kopi pahit tanpa gula ataupun susu). Bagi mereka yang menjalankan dry fasting, tidak diperkenankan makan dan minum apapun selama berpuasa, mirip sekali dengan puasa Ramadhan atau puasa sunnah yang biasa dijalankan oleh umat Islam. Bedanya, puasa sunnah atau puasa Ramadhan sudah ditentukan waktunya, yaitu dari terbit matahari hingga terbenamnya. Sedangkan puasa intermiten tipe dry fasting boleh dilakukan kapan saja. Jadi sebetulnya, hampir seluruh umat Islam di Indonesia sudah terbiasa menjalankan puasa intermiten, yaitu minimal dengan berpuasa satu bulan penuh setiap tahunnya di bulan Ramadhan, selain berbagai puasa sunnah sepanjang tahunnya.

DIET VERSUS PUASA
Walaupun sama-sama mengatur pola makan, diet dan puasa, sangat jauh berbeda, bahkan bagaikan kutub utara dengan kutub selatan. Program diet lebih fokus mengatur apa dan berapa banyak yang kita makan, sedangkan puasa terutama berfokus pada mengatur kapan kita makan.

Filosofi manfaat dari puasa justru terletak pada perbedaan ini dan kesederhanaannya dibandingkan program diet. Dikenal ungkapan para ahli kesehatan yang mengkampanyekan puasa sebagai pola hidup sehat yang baru, bahwa “When you eat is more important than what you eat.” Kapan kita makan jauh lebih penting dari apa yang kita makan.

Bagaimana dunia kedokteran melihat hal ini? Benarkah puasa lebih bermanfaat secara kesehatan dibandingkan program diet, dan benarkah kapan kita makan lebih penting dari apa yang kita makan?

PENELITIAN ILMIAH TENTANG PUASA INTERMITEN
Dalam dunia kedokteran, segala sesuatunya harus didukung oleh data ilmiah. Meningkatnya popularitas puasa terutama dalam satu dekade terakhir, dengan berbagai testimoni dari mereka yang menjalankannya, telah mendorong makin banyaknya penelitian ilmiah tentang hal ini.

Pubmed merupakan salah satu sumber literatur utama di dunia kedokteran, berisi data lebih dari 33 juta penelitian kedokteran sejak tahun 1966, bahkan beberapa penelitian dari tahun 1809. Bila kita menulis kata kunci tentang "intermittent fasting" di situs ini, akan diperoleh hasil sekitar 132.187 penelitian sejak tahun 1945 hingga sekarang. Yang menarik, hampir 70% nya (88 ribu penelitian) baru dilakukan sejak 2003, dan lebih dari 50% dari 88 ribu penelitian tadi dilakukan mulai tahun 2014, satu tahun setelah terbitnya buku The Fast Diet. Terdapat sekitar 47 ribu penelitian tentang puasa intermiten yang dipublikasikan sejak tahun 2014 sampai 2020, atau hampir delapan ribu penelitian setiap tahunnya.

PUASA INTERMITEN DI NEW ENGLAND JOURNAL OF MEDICINE, JURNAL PALING BERGENGSI DI DUNIA KEDOKTERAN
“Evidence is accumulating that eating in a 6-hour period and fasting for 18 hours can trigger a metabolic switch from glucose-based to ketone-based energy, with increased stress resistance, increased longevity, and a decreased incidence of diseases, including cancer and obesity.”

(Bukti-bukti semakin banyak yang menunjukkan bahwa makan pada periode 6 jam dan berpuasa pada 18 jam sisanya dapat memicu transisi metabolik dari berbasis glukosa sebagai energi menjadi berbasis keton sebagai energi, dengan manfaat peningkatan stres, peningkatan lama hidup, dan penurunan insidensi berbagai penyakit, termasuk kanker dan obesitas.)

Paragraf di atas merupakan kalimat pembuka dari sebuah artikel ilmiah mengenai manfaat puasa untuk kesehatan dan efek anti-aging nya, yang dipublikasikan di New England Journal of Medicine (NEJM) di bulan Desember 2019, beberapa bulan sebelum pandemi Covid melanda dunia. Artikel di atas merangkum bukti-bukti ilmiah mengenai bukti dan mekanisme ilmiah di balik manfaat puasa pada berbagai penyakit dan efeknya menghambat penuaan (anti-aging), yang ditulis dua orang ahli dan peneliti, doktor Rafael de Cabo dan Professor Mark P. Matson dari National National Institute of Aging, salah satu divisi dari National Institute of Health di Amerika Serikat.

NEJM merupakan salah satu jurnal paling bergengsi di dunia kedokteran. Dimuatnya artikel ilmiah tentang puasa intermiten ini merupakan pengakuan mengenai keamanan serta manfaat puasa yang luas di bidang kesehatan dan kedokteran khususnya.

Ada satu hal yang menarik yang diungkap dalam artikel tersebut. Kedua penulisnya, mungkin karena memahami manfaat yang luas dari puasa intermiten serta kemudahan menjalankannya, mengajukan usulan resmi agar ilmu tentang puasa intermiten ini diajarkan kepada seluruh tenaga kesehatan sejak bangku kuliah dan masuk ke dalam kurikulum pendidikannya.

Mereka berdua mengusulkan semua tenaga kesehatan, mulai dokter umum, dokter spesialis, perawat, ahli gizi, bidan, fisioterapi, ahli kesehatan masyarakat dan tenaga kesehatan lain, agar mendapat pembekalan tentang puasa intermiten sejak bangku kuliah, agar mereka dapat “meresepkan” program puasa ini kepada pasien-pasien mereka, dengan berbagai masalah kesehatan yang berbeda-beda. Hal ini, lebih jauh lagi merupakan pengakuan secara tidak langsung mengenai potensi manfaat (serta keamanan) dari puasa intermiten untuk membantu pengelolaan berbagai masalah kesehatan yang ada di dunia saat ini.

MANFAAT PUASA DI DUNIA KEDOKTERAN
Berbagai penelitian tentang puasa, khususnya puasa intermiten, mayoritas tidak saja berhasil membuktikan keamanannya, tapi juga manfaatnya yang luas untuk kesehatan. Berikut rangkuman berbagai manfaat puasa untuk kesehatan, yang bisa dicari lebih detailnya dengan mengetik kata kunci manfaat kesehatan dan puasa intermiten di situs PubMed. Diperlukan lebih banyak lagi penelitian, terutama penelitian tersamar ganda pada manusia untuk mengevaluasi keamanan serta berbagai manfaat puasa pada kesehatan.

1. ISTIRAHAT ORGAN TUBUH. Puasa mengistirahatkan organ-organ tubuh, tidak hanya saluran cerna, namun juga berbagai organ yang berhubungan dengan metabolisme makanan, seperti liver, pankreas, ginjal, dan otak. Selain itu IF memberikan istirahat kepada sistem imun kita, yang 70%-nya berlokasi di saluran cerna, sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh.

2. RESISTENSIN INSULIN & GULA DARAH. Karena memberikan istirahat kepada pankreas dan mengurangi paparan insulin kepada sel-sel di seluruh tubuh, puasa terbukti dapat memperbaiki gula darah dan resistensi insulin, yang memberikan banyak manfaat untuk pasien diabetes ataupun pra-diabetes. Peran resistensi insulin yang luas pada berbagai penyakit lain seperti tekanan darah tinggi dan obesitas juga menjelaskan sebagian manfaat IF pada tekanan darah dan pembakaran lemak.

3. DISLIPIDEMIA & OBESITAS. Setelah 10 jam berpuasa, tubuh kita mulai kehabisan glukosa sebagai sumber energi utama, dan mulai menggunakan lemak sebagai sumber energi cadangan. Semakin panjang durasi jendela puasa dan semakin sering kita berpuasa, akan terjadi pembakaran lemak tubuh secara teratur, sehingga mampu menurunkan trigliserida, kolesterol total dan kolesterol jahat (LDL), meningkatkan kolesterol baik (HDL), memperbaiki distribusi lemak tubuh menjadi lebih ramping dan sehat, serta secara perlahan-lahan menurunkan berat badan. Bila dilakukan secara rutin dan kontinu, puasa intermiten juga sangat bermanfaat untuk mempertahankan berat badan ideal dan menghindarkan diri dari pola penurunan berat badan Yoyo. Manfaat IF dalam pembakaran lemak dan berat badan ini juga berhubungan dengan perbaikan resistensi insulin, di mana insulin merupakan hormon utama yang menimbun lemak dan menghambat pembakaran lemak.

4. TEKANAN DARAH TINGGI. Puasa intermiten juga memiliki efek menurunkan tekanan darah tinggi melalui beberapa mekanisme sekaligus. Saat kita lapar dan perut kita kosong, sekitar 4-5 jam setelah makan besar terakhir, lambung mengeluarkan hormon lapar yang dikenal sebagai hormon ghrelin. Sesuai namanya, ghrelin berperan pada timbulnya rasa lapar dan mendorong tubuh untuk mencari makanan sebagai sumber energi. Ternyata ghrelin memiliki banyak sekali efek ke berbagai organ, mulai dari pankreas, sel lemak, sel hati dll, salah satunya memiliki efek yang baik untuk jantung dan pembuluh darah. Pemberian ghrelin pada sukarelawan sehat terbukti melebarkan pembuluh darah arteri pada manusia, menurunkan tekanan darah, mengurangi beban jantung (afterload), dan meningkatkan curah jantung (cardiac output). Perbaikan resistensi insulin serta penurunan berat badan yang timbul berkat IF juga berperan pada perbaikan tekanan darah pada mereka dengan hipertensi atau tekanan darah tinggi.

5. KERJA OTAK & KETOSIS. Banyak yang menganggap kondisi tanpa makan menurunkan konsentrasi dan kerja otak. Penelitian malah membuktikan hal sebaliknya. Bila tubuh telah terbiasa terhadap kebiasaan berpuasa intermiten, kerja otak malah meningkat secara signifikan melalui berbagai mekanisme sekaligus. Peningkatan hormon ghrelin pada saat berpuasa berhubungan dengan meningkatnya pembentukan sel-sel otak yang baru. Terjadi perubahan metabolik (metabolic switching) dari penggunaan glukosa sebagai sumber energi utama menjadi lemak pada saat puasa juga memiliki peran penting. Penggunaan benda keton oleh otak lebih efektif dan lebih efisien dibanding glukosa, karena menghasilkan lebih banyak energi (ATP) di mitokondria sel-sel otak dengan produk radikal bebas yang lebih sedikit. Keton juga meningkatkan pertumbuhan sel dan sinaps jaringan otak melalui peningkatan BDNF (Brain Derived Neurotropic Factors). Prinsip sederhana manfaat IF untuk otak adalah merangsang otak memasuki moda bertahan hidup dan perbaikan pada saat puasa, yang diikuti pertumbuhan dan regenerasi sel-sel otak saat fase berbuka puasa.

6. HAPPY HORMONES & MANAJEMEN STRES. Tidak hanya bermanfaat untuk kerja otak, puasa intermiten juga terbukti dapat memperbaiki kesehatan mental karena dapat meningkatkan kadar berbagai happy hormon di dalam tubuh. Dikenal empat hormon bahagia yang sudah diidentifikasi, yaitu dopamin, serotonin, endorfin, dan oksitosin. Bila kita mulai berpuasa, secara perlahan-lahan hormon dopamin, serotonin, dan endorfin akan meningkat secara bertahap. Sebaliknya, pada saat kita berbuka puasa, hormon oksitosin dan endorfin juga akan mengalami peningkatan. Peningkatan hormon kebahagiaan ini, selain membantu dalam pengelolaan stres dan kesehatan mental, secara tidak langsung juga berperan pada kerja otak dan daya tahan tubuh.

7. AUTOFAGI, GH, & STEM CELL. Bila lama puasa intermiten bisa ditingkatkan secara bertahap dari hanya 12-14 jam menjadi 18-24 jam (makan hanya sekali sehari) dan dilakukan secara rutin, misalnya 1-2 kali seminggu, akan diperoleh manfaat yang luar biasa dari meningkatnya tiga aktivitas penting dalam tubuh, yaitu trio autofagi-growth hormone-stem cell. Puasa intermiten dan khususnya prolonged fasting terbukti secara bermakna meningkatkan aktivitas autofagi, melejitkan kadar hormon pertumbuhan, serta meningkatkan aktivitas sel-sel induk di berbagai organ tubuh. Trio ini bekerja secara terpisah maupun bersama-sama dalam regenerasi dan perbaikan sel di berbagai organ, memberikan efek yang luar biasa pada kesehatan organ hingga efek anti-aging yang alami.

8. IMMUNO-STIMULANT. Banyak yang takut berpuasa, terutama di era pandemi Covid-19 yang lalu karena percaya bahwa untuk daya tahan tubuh yang baik, tubuh harus disuplai makanan secara terus menerus. Hal ini ternyata malah anggapan yang kurang tepat. IF ternyata malah meningkatkan kesehatan sistem imun secara sangat bermakna melalu berbagai mekanisme sekaligus. Pertama, tidak adanya makanan yang masuk ke saluran cerna saat berpuasa mengistirahatkan sistem imun di saluran cerna, yang meliputi 70% sistem imun di seluruh tubuh. Kedua, puasa intermiten juga meningkatkan kesehatan mikrobiota usus besar yang sangat penting peranannya pada daya tahan tubuh. Ketiga, puasa menurunkan produksi radikal bebas di dalam tubuh sekaligus meningkatkan sistem antioksidan endogen di dalam tubuh; radikal bebas dan antioksidan memiliki peran penting dalam kesehatan sistem imun. Keempat, IF mampu meningkatkan kadar seluruh happy hormon, sementara manajemen stres yang baik merupakan salah satu kunci dari daya tahan tubuh yang baik. Kelima, peningkatan peran trio autofagi, stem cell, dan growth hormon lewat puasa intermiten pada sistem imun juga tidak kalah pentingnya. Kelima faktor di atas secara simultan dapat meningkatkan daya tahan tubuh pada mereka yang rutin menjalankan puasa.

9. ALERGI & AUTOIMUN. Sistem imun yang lebih sehat membuat puasa intermiten terbukti bermanfaat pada berbagai penyakit alergi dan autoimun. Dengan mendapat waktu istirahat yang rutin dan panjang setiap harinya, sistem imun terhindar dari beban kerja yang berlebihan, yang sangat erat kaitannya dengan kekambuhan alergi dan eksaserbasi dari penyakit autoimun. Tidak mengherankan, banyak studi yang menunjukkan manfaat IF pada penyakit alergi yang berat dan mempertahankan remisi yang lebih lama pada pasien-pasien autoimun. Bila dipadukan dengan poin sebelumnya, puasa intermiten memiliki efek yang luar biasa yang jarang dimiliki pola hidup sehat yang lain. IF mampu di satu sisi meningkatkan aktivitas sistem imun, tapi di sisi yang lain mengurangi hipersensitivitas sistem imun yang berperan penting pada penyakit alergi dan autoimun.

10. PENGOBATAN & PENCEGAHAN KANKER. Kombinasi sistem imun yang lebih sehat, meningkatnya aktivitas autofagi dan stem cell, serta sensitivitas insulin yang lebih baik menyebabkan puasa intermiten sangat bermanfaat untuk penyakit kanker. Banyak penelitian yang menunjukkan manfaat IF hingga prolonged fasting pada pengelolaan pasien-pasien kanker, dengan meningkatkan efektivitas kemoradiasi sekaligus menurunkan efek sampingnya. Saat berpuasa, semua sel di tubuh kita kehabisan glukosa sebagai sumber energi utama, dan mulai menggunakan lemak sebagai sumber energi cadangan yang membuatnya bekerja secara lebih efektif. Pada saat yang sama, sel-sel kanker sangat menderita terhadap kondisi tidak adanya makanan, dan berbeda dengan sel normal, sangat tergantung pada glukosa serta kurang bisa menggunakan lemak sebagai sumber energi (double effect). Manfaat terbesar puasa intermiten pada kanker justru terletak pada manfaatnya mencegah timbulnya kanker, terutama pada mereka yang berisiko tinggi.

11. MANFAAT UNTUK LIVER. Tidak adanya kalori yang masuk dalam waktu tertentu juga terbukti memberikan manfaat kepada liver, organ terpenting dalam pengolahan nutrisi yang masuk ke tubuh kita. Penelitian pra-klinis menunjukkan bahwa puasa intermiten selama 12 jam saja selama sebulan terbukti menurunkan massa (berat) liver, yang diasosiasikan dengan peningkatan metabolismenya. Perbaikan ini juga tetap bertahan satu bulan bahkan setelah puasa dihentikan. Penelitian pra-klinis lain membuktikan bahwa molekul yang dikenal sebagai HNF4-alfa terhambat produksinya selama program puasa. Hambatan produksi molekul ini berperan pada penurunan kadar protein inflamasi, perbaikan sintesis cairan empedu, serta peningkatan efisiensi metabolisme asam lemak.

12. MANFAAT UNTUK GINJAL. Selain liver yang juga berperan sebagai salah satu organ eksresi utama tubuh, IF terbukti bermanfaat pada organ eksresi utama tubuh yang lain, yaitu ginjal. TIdak adanya makanan yang harus diolah selama waktu tertentu terbukti menurunkan stres oksidatif di ginjal dan tekanan darah pada orang sehat. Puasa intermiten selama 4-12 bulan pada pasien-pasien gagal ginjal terbukti mampu memperbaiki fungsi ginjal (laju filtrasi glomerulus) pada lebih dari 60% pasien, dengan rata-rata peningkatan 18%, bahkan bisa mencapai 32% pada beberapa pasien.

13. MANFAAT UNTUK PARU-PARU. Bagaimana dengan sistem pernafasan? Penelitian pada lebih dari 100 orang sukarelawan sehat menunjukkan bahwa puasa selama 30 hari terbukti dapat memperbaiki parameter tes fungsi paru (spirometri), meningkatkan volume paru, dan memperbaiki fungsi pernafasan. Beristirahatnya sistem imun utama tubuh di saluran cerna, berperan secara tidak langsung pada perbaikan sistem imun di daerah lain terutama saluran nafas dan paru-paru, yang merupakan jalan utama masuknya kuman dan zat-zat berbahaya tersering setelah saluran cerna. Puasa juga meningkatkan metabolisme lemak menggantikan glukosa sebagai energi, sehingga terbukti menurunkan respiratory quotient (RQ). Peningkatan sistem imun di saluran nafas serta penurunan RQ ini bermanfaat khususnya pada pasien-pasien asma dan penyakit paru obstruktif kronis.

14. EFEK ANTI AGING. Puasa ternyata memiliki banyak manfaat terhadap kesehatan kulit, organ terbesar di tubuh kita. Dengan memperbaiki sensitivitas insulin misalnya, IF bermanfaat untuk mereka dengan masalah jerawat (acne vulgaris). Ketika terjadi resistensi insulin, tubuh memproduksi lebih banyak minyak di kulit, yang bisa menyumbat pori-pori dan menyebabkan timbulnya jerawat. Berbagai penelitian lain, baik pada hewan percobaan dan manusia, juga menunjukkan bahwa puasa memberikan manfaat di kulit lewat berbagai cara, antara lain memelihara keseimbangan pengaturan suhu di kulit, memiliki efek proteksi dan menurunkan iritasi kulit akibat kosmetik tertentu, memperlambat proses penuaan, hingga berperan pada pencegahan kanker kulit. Puasa juga berperan pada keseimbangan hormon dan kesehatan mikrobiota usus, yang memiliki kaitan erat dengan kesehatan kulit.

MEMULAI PUASA INTERMITEN, APA KESULITANNYA?
Setelah memahami kelebihan puasa intermiten dibandingkan program diet, mulai dari keamanannya, kemudahan menjalankannya, bahkan hingga rekomendasi dari para pakar kesehatan di salah satu jurnal kedokteran paling bergengsi di dunia, pertanyaannya adalah: tunggu apa lagi? Mengapa semua orang tidak segera mengintegrasikan program puasa intermiten ke dalam pola hidup sehatnya? Adakah hambatan serta kesulitannya?

Sejak dipopulerkan ulang oleh dokter Mosley dan Mimi Spencer di tahun 2013, banyak sekali buku-buku tentang puasa intermiten yang telah terbit, banyak di antaranya menjadi best-seller di berbagai negara. Sejak 5-10 tahun terakhir, tidak terhitung lagi artikel, blog, video, channel YouTube yang membahas seputar puasa intermiten. Temanya sangat lengkap dan beragam, mulai berbagai variasi IF, cara mulai program IF, tips dan kiat suksesnya, makanan yang terbaik saat sahur dan berbuka, hingga IF untuk kelompok khusus, seperti IF untuk wanita, lansia, pasien autoimun dll.

Sayangnya, ada beberapa keterbatasan berbagai sumber referensi tentang IF di atas, terutama untuk mayoritas masyarakat di Indonesia. Beberapa kekurangannya antara lain:

1. Berbahasa Inggris. Sebagian besar panduan IF, baik dalam bentuk artikel, buku-buku, kanal YouTube, jurnal kedokteran dll menggunakan bahasa Inggris. Sementara, banyak sekali anggota masyarakat kita yang belum memahami bahasa Inggris dengan baik. Dalam hal kecakapan berbahasa Inggris, tahun 2021 yang lalu, Indonesia menempati urutan ke-80 dari 112 negara di dunia. Karenanya, untuk sebagian besar rakyat Indonesia, tidak tersedia panduan puasa intermiten yang bisa diakses dengan mudah.

2. Variasi jenis IF yang cukup banyak. Kalaupun pemahaman bahasa Inggrisnya cukup baik, berbagai panduan tentang IF umumnya menganjurkan jenis IF yang berbeda-beda. Ada yang menganjurkan mulai dengan pola 16:8, yaitu 16 jam fasting window dan 8 jam eating window. Ada juga yang menganjurkan puasa yang lebih pendek (misalnya 14:10) atau malah langsung ke yang lebih panjang, seperti pola OMAD (one meal a day, atau puasa 20-24 jam). Beberapa menganjurkan alternate day fasting, misalnya sehari berpuasa dan sehari tidak. Selain itu, ada yang menganjurkan hanya menjalankan water fasting saja, ada yang lebih menganjurkan dry fasting, atau mengkombinasikan IF dengan pola diet lain seperti diet ketofastosis. Hal ini menyebabkan banyak orang, terutama yang tidak memiliki latar belakang kesehatan, bingung memilih jenis IF mana yang paling baik untuk masalah kesehatannya.

3. Tidak ada jenjang dan target yang jelas. Dari telaah yang penulis lakukan terhadap berbagai referensi tentang IF di internet, mayoritas (bila tidak bisa dikatakan seluruhnya) panduan hanya memilih salah satu jenis IF dari berbagai jenis yang ada. Tidak ada level atau jenjang misalnya disesuaikan dengan masalah kesehatan yang berbeda-beda untuk setiap individu. Selain itu, tidak ada target yang jelas yang terukur mengenai berapa lama dan berapa banyak seseorang perlu menjalankan IF, atau merubah frekuensi dan lama dari program IF yang harus dijalankannya.

4. Kurang mempertimbangkan latar belakang sosial budaya masyarakat Indonesia. Bisa dimengerti, karena sebagian besar referensi tentang IF dibuat oleh para pakar kesehatan dari luar negeri, panduan puasa intermiten ini tidak mempertimbangkan latar belakang sosial budaya orang Indonesia. Hampir seluruh masyarakat Indonesia telah mengenal dengan baik tentang program puasa intermiten, karena sudah biasa menjalankan puasa Ramadhan dan berbagai puasa sunnah. Bahkan para non-muslim sekalipun, banyak yang sudah memahami bagaimana menjalankan puasa intermiten lewat interaksi dengan rekan-rekan muslimnya yang sering berpuasa. Timbul banyak pertanyaan tentang mana yang lebih baik antara puasa sunnah (dry fasting) dengan water fasting, atau bagaimana mengkombinasikan tipe IF yang lain dengan puasa sunnah misalnya. Hal-hal di atas jarang sekali dibahas sehingga menambah daftar pertanyaan seputar bagaimana mengimplementasikan IF dalam pola hidup sehat sehari-hari.

5. Tidak didasarkan pemahaman mengenai aspek ilmiah dari IF. Belum banyak panduan tentang IF yang menjelaskan secara komprehensif bagaimana tidak adanya kalori yang masuk dalam waktu tertentu bisa memberikan begitu banyak manfaat bagi kesehatan manusia. Kebanyakan hanya menjelaskan secara praktis dan singkat bagaimana menjalankan IF dan rangkuman berbagai manfaat kesehatannya. Padahal hal ini sangat penting untuk melakukan optimalisasi IF, melakukan modifikasi program IF, dan individualisasi program IF pada pasien dengan target kesehatan yang berbeda-beda.

6. Fokus pada Fasting Windows (jendela puasa), kurangnya panduan pada Eating Windows (jendela makan). Sedikit sekali panduan seputar IF, baik dalam bentuk tulisan maupun video yang membahas secara mendalam tentang apa yang harus dilakukan saat kita memasuki jendela makan. Kurangnya pemahaman tentang hal ini, seringkali menyebabkan program IF tidak mampu memberikan manfaat optimal yang diharapkan. Apa yang kita lakukan pada saat berbuka puasa sampai kita akan berpuasa lagi sangat penting, bahkan dalam beberapa aspek bisa lebih penting, dari apa yang kita lakukan saat kita berpuasa. Selain itu, tentu saja, pengaturan saat kita berbuka puasa lebih kompleks dan memerlukan pemahaman khusus dibandingkan apa yang kita lakukan saat berpuasa yang relatif sederhana (hanya sekedar mencegah masuknya kalori saja).

7. Sulitnya memperoleh pembimbing tenaga kesehatan yang kompeten seputar topik puasa intermiten. Untuk menjadikan IF sebagai pola hidup jangka panjang, pastinya akan banyak sekali permasalahan dan pertanyaan dari waktu ke waktu mengenai berbagai aspek dari puasa intermiten. Sayangnya, panduan-panduan yang ada saat ini, dengan berbagai keterbatasan yang dijelaskan di atas, belum dapat menghadirkan petunjuk praktis menjalankan IF sepaket dengan tutor tenaga kesehatan yang memahami secara mendalam mengenai puasa intermiten.

Untuk mengatasi berbagai hambatan di atas, penulis dan tim Ruang Dokter berikhtiar menyusun panduan yang sederhana dan mudah diaplikasikan, khususnya bagi masyarakat Indonesia, yang disebut sebagai "9 LEVEL PUASA INTERMITEN". Metode ini telah diterapkan pada ratusan pasien di klinik khusus Penyakit Dalam Interna Medika Karawang maupun di beberapa rumah sakit tempat penulis berpraktek. Alhamdulillaah, hasilnya sangat baik dengan tingkat kepatuhan jangka panjang yang cukup tinggi. Di tulisan selanjutnya, akan dibahas lebih mendalam tentang metode ini.

Andi Pratama Dharma
(Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Praktisi Intermittent Fasting)

02/09/2024

APAKAH PENYAKIT MAAG ITU? BISAKAH DISEMBUHKAN?

Pasien dengan penyakit maag biasanya datang dengan keluhan nyeri ulu hati, mual, kembung, dan rasa tidak enak di perut bagian atas. Ada beberapa hal penting seputar penyakit ini yang perlu dipahami oleh kalangan awam, agar memudahkan dokter mendiagnosis dan mengelola penyakitnya hingga tuntas.

1. SERING DIJUMPAI. Penyakit maag merupakan penyakit yang sangat sering dijumpai di masyarakat. Di seluruh dunia, penyakit ini diderita sebanyak 1,8-2,1 milyar orang setiap tahunnya. Menurut laporan WHO tahun 2007, banyak negara di dunia memiliki angka kejadian sakit maag yang cukup besar. Inggris misalnya, sebanyak 22 persen, China memiliki prevalensi sebanyak 31 persen, dan Kanada 35 persen. Di Indonesia malah lebih tinggi, penyakit maag diderita sekitar 40 persen masyarakat.

2. AKUT DAN KRONIS. Bila keluhan di atas ditemukan pada penderita yang baru pertama kali merasakannya, biasanya diistilahkan menderita maag yang akut. Banyak sekali pasien yang tidak sembuh sempurna, sehingga pasien sering berobat dari waktu ke waktu, dan digolongkan mengalami maag yang kronis. Penyakit yang kronis ditandai dengan periode remisi (bebas gejala) dan eksaserbasi (kekambuhan), dan kebanyakan pasien terus mengalami keluhan dalam jangka panjang. Data statistik di Amerika mengatakan sekitar 50% pasien terus berkonsultasi ke dokter karena keluhan maag sepanjang hidupnya.

3. PENYEBAB. Penyebab penyakit maag, atau yang dikenal di dunia medis sebagai penyakit dispepsia, sangat beragam. Sebagian besar malah tidak diketahui penyebabnya, atau masuk ke dalam dispepsia fungsional. Adapun penyakit maag yang ditandai luka di permukaan lambung paling sering disebabkan dua hal, yaitu penggunaan obat anti nyeri yang sering dalam jangka lama dan kuman lambung yang disebut Helicobacter pylori. Bila telah terjadi luka di lambung, penderita bisa merasakan berbagai keluhan bila makan pedas, makan asam, terlambat makan, atau mengalami stres fisik maupun psikis. Jadi penyebab sakit maag bukanlah karena makanan tertentu, sering telat makan, atau stres yang berlebihan. Memang kekambuhan berbagai keluhan maag bisa dicetuskan keempat hal di atas, karena telah ada luka di lambung sebelumnya.

4. PENYAKIT GERD. Salah satu varian penting penyakit maag dikenal dengan nama gastroesofageal reflux disease (GERD) atau reflux esofagitis, di mana asam lambung naik ke atas sampai kerongkongan bahkan sampai rongga mulut. Penyakit ini ditandai dengan keluhan nyeri atau panas di dada yang kadang menjalar ke punggung, kadang disertai jantung berdebar, sering sendawa, rasa panas/asam di mulut, sesak nafas, makanan seperti tertahan di dada, dan sulit tidur di malam hari. Karena mirip dengan serangan jantung, penyakit GERD sering menimbulkan kekuatiran bahkan hingga tindakan diagnostik dan terapi yang berlebihan.

5. TIDAK BERBAHAYA. Walaupun sangat kerap dijumpai dan seringkali menjadi kronis, sebetulnya penyakit maag dan GERD tidaklah berbahaya. Pengecualian penyakit maag yang bisa berakibat serius hanyalah akibat obat rematik jangka panjang, yang terkadang bisa menyebabkan perdarahan lambung, bahkan perforasi (pecah) lambung yang bisa fatal bila terlambat dioperasi. Walau mayoritas penyakit maag tidak mengancam jiwa, dampak penyakit ini sangat besar baik dalam hal biaya pengobatan, penurunan produktivitas akibat cuti kerja dan rawat jalan/rawat inap, hingga efek psikis bermakna yang ditimbulkan baik pada pasien maupun keluarganya.

6. PENUNJANG DIAGNOSIS. Untuk menegakkan diagnosis penyakit maag, perlu disingkirkan berbagai kelainan yang penampilannya mirip penyakit maag, yang biasanya lebih berbahaya, seperti penyakit liver/hati misalnya. Orang dengan gagal ginjal kronis yang tidak terdeteksi sejak dini, tidak jarang berobat bertahun-tahun dan dikatakan “hanya” menderita penyakit maag. Gejala penyakit GERD juga sangat mirip dengan serangan atau penyakit jantung, sehingga seringkali menimbulkan kepanikan yang berlebihan. Karenanya sebelum memvonis seseorang menderita maag kronis atau GERD, diperlukan pemeriksaan laboratorium darah dan urine, ultrasonografi (USG) seluruh perut, foto rontgen dada, dan rekam jantung. Hasil lengkapnya sebaiknya dievaluasi oleh seorang dokter spesialis yang telah berpengalaman mengelola penyakit maag.

7. ENDOSKOPI SALURAN CERNA. Pemeriksaan teropong lambung merupakan salah satu pemeriksaan penunjang terbaik untuk diagnosis maupun pengelolaan penyakit maag. Cara ini bisa melihat langsung kelainan di esofagus (kerongkongan), lambung, dan usus 12 jari. Pemeriksaannya juga tidak nyeri, hanya membutuhkan 3-5 menit saja, tidak perlu dibius total (cukup bius lokal saja), tidak perlu rawat inap, dan hasilnya pun bisa segera diperoleh. Namun biayanya cukup mahal, sehingga tidak semua pasien maag bisa melakukannya. Selain itu perlu diingat bahwa pemeriksaan ini bukanlah terapi, hanya bagian dari pemeriksaan penunjang untuk diagnosis dan panduan pengobatan.

8. BISA SEMBUH. Penyakit maag dan GERD pada sebagian besar kasus bisa disembuhkan hingga sembuh sempurna (bebas gejala), atau setidaknya diobati sampai tinggal gejala minimal yang tidak terlalu mengganggu, asal berobat secara teratur dengan kombinasi obat lambung selama 6-10 minggu. Lebih baik lagi bila pengobatan dilengkapi data dari pemeriksaan teropong lambung, yang bisa mengevaluasi derajat berat ringannya luka dan ada tidaknya kuman lambung Helicobacter pylori. Bila ditemukan kuman, pemberian kombinasi antibiotik untuk eradikasi kuman selama 1-2 minggu bisa mencegah terjadinya kekambuhan.

9. PANTANGAN. Makanan yang perlu dihindari selama menjalani pengobatan maag terutama adalah makanan yang pedas dan makanan asam. Kopi, coklat, dan rokok juga sebaiknya dibatasi, terutama mereka yang menderita penyakit GERD. Itupun sebenarnya tidak terus menerus, cukup hingga pengobatannya selesai. Tidak perlu juga mengkonsumsi makanan bubur atau nasi tim secara terus menerus, asal makanan padatnya dikunyah cukup lama dan tidak terburu-buru. Kebiasaan makan makanan yang lunak karena takut maag kambuh malah bisa menyebabkan kekurangan gizi dan mengundang timbulnya penyakit yang lain.

10. PERTOLONGAN PERTAMA. Selama menjalani pengobatan, kadang sakit maag atau GERD ini kambuh terutama di bulan pertama. Bila hal ini terjadi, penting untuk tetap tenang, dan tidak perlu panik. Rasa takut dan kuatir bahkan frustasi yang berlebihan malah bisa memicu peningkatan asam lambung lewat jalur stres psikis. Cukup ubah posisi dari berbaring menjadi posisi duduk sehingga asam lambung lebih sulit naik ke atas (terutama pasien refluks). Kemudian isi lambung dengan makanan yang tidak merangsang, yang dikunyah lama dan perlahan-lahan. Asam lambung berlebihan yang menyebabkan keluhan maag akan digunakan tubuh untuk mencerna makanan yang masuk tadi, sehingga keluhan-keluhan biasanya membaik dengan sendirinya secara bertahap. Jangan lupa sediakan selalu obat-obat maag kerja cepat yang bisa diminum ketika serangan maag timbul, biasanya golongan antasida yang bisa dikunyah. Biasakan makan tepat waktu dan tidak terlambat, dan tentunya manajemen stres yang baik.

11. GANGGUAN PSIKIS. Banyak pasien maag kronis yang mengalami kecemasan dan ketakutan yang berlebihan terhadap penyakitnya, terutama pasien GERD yang seringkali mengalami keluhan yang mirip serangan atau gagal jantung. Sebagian besar ketakutan dan kecemasan tadi bisa hilang dengan penjelasan yang baik dari dokternya. Prinsipnya, pasien dan keluarganya harus diyakinkan bahwa penyakitnya tidak berbahaya dan bisa disembuhkan asal berobat teratur hingga tuntas. Pada sebagian kecil pasien, kecemasan yang berlebihan ini sulit hilang, bahkan sering berlanjut menjadi rasa frustasi, putus asa, dan depresi berat walaupun telah berkeliling ke banyak sekali dokter. Pada kondisi ini, sering diperlukan pengelolaan bersama dokter psikiatri untuk menangani gangguan kecemasan, depresi, atau gangguan psikosomatik yang mungkin diderita pasien berbarengan dengan penyakit maag yang dideritanya



Address

Karawang

Opening Hours

Monday 08:00 - 21:00
Tuesday 08:00 - 21:00
Wednesday 08:00 - 21:00
Thursday 08:00 - 21:00
Friday 08:00 - 21:00
Saturday 08:00 - 20:00
Sunday 10:00 - 17:00

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Dr. Andi Pratama Dharma - Internist posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share

Category