Sultranesia Record

Sultranesia Record Indie Music Label

Tak sabar ingin nonton launchingnya
20/02/2023

Tak sabar ingin nonton launchingnya

KENDARI – Bumbie adalah sebuah grup musik Pop Dreamy/Alternative asal Kendari, Indonesia yang dibentuk pada 4 November 2017 oleh tiga anak muda, Cengso (vocal), Indra (bass), Uccu (gitar) atas kecintaannya terhadap musik. Karena bosan menjadi cover band dan punya keinginan untuk menciptakan dan me...

03/03/2022
02/05/2020
Ayok  Demi mendukung gerakan social distancing untuk memutus mata rantai wabah COVID-19, kami menghadirkan konten Kelas ...
25/03/2020

Ayok

Demi mendukung gerakan social distancing untuk memutus mata rantai wabah COVID-19, kami menghadirkan konten Kelas Logis Serial Story Telling pekan lalu dengan durasi yang lebih panjang.

Jika biasanya kami hanya rilis poin penting Kelas Logis berdurasi satu menit, kali ini teman-teman yang tak sempat mengikuti kelas bisa menikmati hasil audio berdurasi 27 menit ini.

Silahkan sedot bagi yang ingin belajar film 😊
https://youtu.be/Nod1ldxOLYA

Ayok Demi mendukung gerakan social distancing untuk memutus mata rantai wabah COVID-19, kami menghadirkan konten Kelas Logis Serial Story Tell...

Film "Suara dari Pesisir" tercatat sebagai film lokal karya anak muda Sulawesi Tenggara pertama yang tayang di bioskop d...
04/03/2020

Film "Suara dari Pesisir" tercatat sebagai film lokal karya anak muda Sulawesi Tenggara pertama yang tayang di bioskop dengan jumlah penonton di atas seribuan lebih.

Sebuah Film yang bercerita tentang seorang anak Suku Bajo yang tinggal di Pulau Labengki, Sulawesi Tenggara. Tokoh utama yang bernama Bajo (15 tahun) ingin mengubah pandangan keluarga dan lingkungannya tentang arti pentingnya pendidikan dan pelestarian alam. Niat lahir setelah mendapat suntikan semangat dan petuah seorang guru muda bernama Nurul (25) yang mengajar di sekolah Bajo.

Sayangnya, keinginannya meyakinkan keluarga dan lingkungannya tidak berjalan mulus. Penolakan awal langsung dirasakan dari Sang Ayah, Haseng. Apalagi sudah menjadi tradisi turun-temurun kebiasaan melaut ayahnya dengan merusak lingkungan.

Film pendek ini ingin memberi inspirasi pada setiap orang bisa menjadi “agent of Change”. Di mana pun berada, setiap orang memiliki potensi untuk mengubah keadaan meski situasi sesulit apapun.

Sebelum film ini tayang untuk kedua kalinya di bioskop Kendari, kami berkesempatan menginterview Susilo Rahardjo, sutradara film Suara dari Pesisir. Kami menggali bagaimana proses kreatif film tersebut diproduksi hingga bagaimana proses dirinya didapuk menjadi sutradara diusianya yang masih 22 tahun.

Simak di channel youtube SULTRANESIA TV

https://www.youtube.com/watch?v=fyyzJaJyXOw&t=2s

Film "Suara dari Pesisir" tercatat sebagai film lokal karya anak muda Sulawesi Tenggara pertama yang tayang di bioskop dengan jumlah penonton di atas seribua...

Yudha Rockafada merupakan musisi Kendari yang jenius dari sisi meramu karya, namun kontroversi dari sisi personal.Dalam ...
23/11/2019

Yudha Rockafada merupakan musisi Kendari yang jenius dari sisi meramu karya, namun kontroversi dari sisi personal.

Dalam interview bersama SULTRANESIA, secara mengalir ia mengemukakan hal yang membentuk proses bermusiknya hingga sisi hidup yang belum banyak orang ketahui.

Video ini diambil beberapa saat sebelum ia melaunching mini album bersama ANOA ISLAND.

Simak di channel YouTube: SULTRANESIA TV

https://youtu.be/9tUocS5yUpE

Yudha Rockafada merupakan musisi Kendari yang jenius dari sisi meramu karya, namun kontroversi dari sisi personal. Dalam interview bersama SULTRANESIA, secar...

30/12/2018

Simak video klip "Lima Sembilan" Dersana Music kelompok musikalisasi puisi asal Kendari, Sulawesi Tenggara
https://youtu.be/SEPh7VI-SzM

24/05/2018

Mohon maaf lahir dan batin 🙏

INDIELOGIS Vol. 4.Pemutaran dan Bincang-Bincang Film "Istirahatlah Kata-Kata" + Sajian Musik Indie.Kendari, 24 Maret 201...
24/03/2018

INDIELOGIS Vol. 4.
Pemutaran dan Bincang-Bincang Film "Istirahatlah Kata-Kata" + Sajian Musik Indie.
Kendari, 24 Maret 2018
Tempat: Gedung Pariwisata Sultra
Waktu : 18.30 - Selesai
Donasi/HTM : Rp. 15.000,-.
Pemantik diskusi:
- Patta Nasrah (Budayawan)
- Ode Taufiq (Aktivis)
- Susilo Rahardjo (Sineas).
Musik Indie:
- VIBRA
- Dersana Music
Mc : Nina Iskandar.
Istirahatlah Kata-kata adalah film fiksi sejarah yang disutradari oleh Yosep Anggi Noen. Dibintangi oleh Gunawan Maryanto, Marissa Anita, dan Melanie Subono. Bercerita tentang perjuangan penyair Wiji Thukul yang menuntut keadilan kepada pemerintah melalui gerakan-gerakan, orasi, dan puisinya. Film ini telah meraih beberapa penghargaan antara lain dari Festival Film Indonesia, Usmar Ismail Award, dan Jogja-NETPAC Asian Film Festival.
*Masih ada 20 tiket untuk OTS.
Narahubung: 082292254816.

12/03/2018

"Film Istirahatlah Kata-Kata karya Yosep Anggi Noen adalah salah satu film terbaik Indonesia tahun 2016 yang bercerita tentang tokoh yang tidak bisa dipisahkan dari reformasi ‘98, disutradarai dengan sangat gemilang oleh Anggi Noen, dan diperankan dengan sangat berkesan oleh para pemain yang bisa menjiwai karakter mereka dengan sangat baik.
Film Istirahatlah Kata-Kata bukan saja menjadi tontonan yang asik, tapi juga cermin buat kita belajar dari sejarah.”
- Joko Anwar, Filmmaker-

Penayangan film "Istirahatlah Kata-Kata" akan berlangsung di Kendari pada 24 Maret 2018.
HTM Rp. 15.000,- di Gedung Pariwisata Sultra.
Narahubung (WA) : 082292254816.

10/03/2018

"Wiji Thukul adalah salah seorang penyair terpenting dalam sejarah sastra Indonesia. Wiji Thukul mewarnai tumbuhnya satu generasi yang berjuang untuk keyakinan politik dan keinginannya untuk melakukan perubahan sosial. Wiji Thukul merekam seluruh perjalanan itu dalam puisi-pusinya dan dengan segera puisi-puisinya menjadi lagu batin dari kaum muda yang terlibat dalam pergerakan itu.
Sangat kita sayangkan bahwa Wiji Thukul di dalam pergolakan politik tahun 1997-1998 hilang tanpa bekas sampai saat ini, dan film Istirahatlah Kata-Kata adalah rekaman yang menceritakan perjalanan Wiji Thukul sebagai seorang penyair dalam perjuangannya menyuarakan lagu batin kaum muda yang menginginkan perubahan.”
- Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian pendidikan dan Kebudayaan-
Pemutaran Film "Istirahatlah Kata-Kata" untuk Kota Kendari akan berlangsung pada 24 Maret 2018 mulai pukul 19.00. Bertempat di Gedung Pariwisata Sultra.
HTM: Rp. 15.000,-
Narahubung: / WA: 082292254816

10/03/2018

Petikan pernyataan Fajar Merah (putra kedua Wiji Thukul) yang kini berprofesi sebagai musisi di Balai Soedjatmoko, Solo, Sabtu malam (3/3/2018) dalam interview Kompas.

"Aku memang enggak pernah kenal sama bapak. Tapi, tahu bapak dari cerita kakak dan ibu. Apalagi sejak ada film tentang bapak, jadi dapat gambaran yang lebih jelas tentang dia," ujarnya.

"Semangat berkarya bapak itu, loh, yang sangat menginspirasiku. Apalagi cerita yang aku dengar selama ini, meski bapak dalam masa buronan, dia tetap berkarya."

"Dalam kondisi apa pun dia tetap menulis. Itu yang jadi semangat aku untuk tetap berkarya," tambah dia.

Fajar juga berkata bahwa dia sebenarnya masih menyimpan sedikit harapan untuk bertemu dengan sang ayah.

"Kalau misal bisa ketemu bapak, aku cuma mau bilang gini 'Pak, ini aku sudah bisa bikin puisimu jadi lagu'," ucap Fajar.

Saksikan Film "Istirahatlah Kata-Kata" di Kota Kendari pada 24 Maret 2018 mulai pukul 19.00. Bertempat di Gedung Pariwisata Sultra.
HTM: Rp. 15.000,-
Narahubung: / WA: 082292254816

09/03/2018

"Saya sudah menonton film Istirahatlah Kata-Kata. Film itu menyoroti satu episode dalam hidup Wiji Thukul yang saya tidak bisa lihat langsung, menceritakan tentang pelarian-pelariannya dan diakhiri oleh semacam tanda tanya besar: di mana dia? Masih hidupkah dia? Jika hidup dia di mana? Dan jika sudah tewas, di mana kuburannya? .
Film ini harus kita lihat dalam kerangka konteks pergerakan demokrasi yang pada waktu itu baru saja dipukul mundur, direpresi akibat peristiwa 27 Juli (1996) sehingga hampir seluruh aktivis pro demokrasi harus bersembunyi, harus lari, jika tidak, ditangkap. .
Untuk kita semua dan khususnya untuk generasi muda yang tidak pernah sempat mengetahui perjuangan Wiji Thukul, silakan menonton filmnya. Istirahatlah Kata-Kata, di bioskop-bioskop kesayangan Anda.”
-Budiman Sujatmiko, Aktivis 98 - Politisi PDIP

Untuk kota Kendari, penayangan film "Istirahatlah Kata-Kata" tanggal 24 Maret 2018. Lokasi : Gedung Pariwisata Sultra.
HTM: Rp. 15.000,-.
Kontak: / WA: 082292254816.

08/03/2018

Catatan Hari Ini
aku nganggur lagi
semalam ibu tidur di kursi
jam dua lebih aku menulis puisi
aku duduk menghadap meja
ibu kelap-kelip matanya ngitung utang
jam enam sore:
bapak pulang kerja
setelah makan sepiring
lalu mandi tanpa sabun
tadi siang ibu tanya padaku:
kapan ada uang?
jam setengah tujuh malam
aku berangkat latihan tetaer
apakah seni bisa memperbaiki hidup?
-Wiji Thukul-
Saksikan film “Istirahatlah Kata-Kata”, film yang menceritakan sepenggal kisah hidup Wiji Thukul saat ia melarikan diri ke Pontianak karena dituduh menjadi dalang Kerusuhan 27 Juli 1996
Kendari, 24 Maret 2018.
Lokasi : Aula Gedung Pariwisata Sultra mulai pukul 19.00 - Selesai
HTM: Rp. 15.000,-
Kontak : / WA: 082292254816

Address

Kendari

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Sultranesia Record posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share