Dunia Parenting

Dunia Parenting Menyediakan berbagai produk keluarga dan artikel parenting

*Bahtera Kita Akan Berlabuh Menuju Surga*Oleh : Ummu Nashir N.S. — Setiap orang beriman pasti mengharapkan surga sebagai...
22/11/2025

*Bahtera Kita Akan Berlabuh Menuju Surga*
Oleh : Ummu Nashir N.S.

— Setiap orang beriman pasti mengharapkan surga sebagai tempat yang kekal untuk kembali. Tidak hanya sendiri, tetapi ingin berkumpul kembali kelak di surga bersama seluruh anggota keluarga. Seorang suami ingin selalu bersama istri dan anak-anaknya, baik di dunia dan juga di akhirat kelak bersama di surga-Nya, demikian p**a sebaliknya.

Tentu saja harapan ini tidak terjadi dengan serta-merta. Akan tetapi setiap pasutri dan keluarga muslim harus berusaha keras mewujudkannya. Walaupun saat ini kita belum bisa merasakan surga, tetapi Allah Swt. telah menggambarkan kondisi kehidupan di tempat mulia itu. Surga tempat kembalinya orang-orang beriman yang di dalamnya penuh kenikmatan hakiki.

Janji Allah bagi Orang-Orang Beriman
Allah Swt. pun telah menjelaskan bahwa kelak di akhirat, setiap orang tua akan bersama-sama dengan anak dan keturunannya di dalam surga-Nya. Allah Swt. berfirman, “Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS At-Tur: 21).

Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, Allah Swt. menceritakan tentang karunia, pemberian, dan kebaikan-Nya kepada makhluk-Nya. Orang-orang mukmin itu apabila anak cucu mereka mengikuti mereka dalam hal keimanan, maka anak cucu mereka itu akan diikutkan kepada mereka dalam kedudukan yang sama, sekalipun anak cucu mereka masih belum mencapai tingkatan amal seperti mereka. Dengan demikian, hati dan pandangan para ayah merasa sejuk dengan berkumpulnya mereka bersama anak-anak mereka sehingga mereka dapat bergabung bersama-sama dalam keadaan yang sebaik-baiknya dari segala segi. Allah telah melenyapkan kekurangan dari amal dan menggantinya dengan amal yang sempurna, tanpa mengurangi amal dan kedudukan yang sempurna, mengingat adanya kesamaan di antara mereka.

As-Sauri telah meriwayatkan dari Amr ibnu Murrah, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa sesungguhnya Allah benar-benar mengangkat anak cucu orang mukmin menjadi sederajat dengannya, sekalipun amal mereka berada di bawahnya agar dengan keberadaan mereka bersama buah hatinya menjadi senang. Kemudian Ibnu Abbas membacakan ayat ini (Ath-Thur: 21). Menurut Al-Qurthubi, bisa jadi kesalehan seseorang berkat kesalehan kakek buyutnya. Itulah mengapa Ibnu al-Musayyib berkata kepada anaknya, “Sungguh aku akan menambah panjang salatku demi dirimu, dengan harapan aku dijaga, begitu juga dirimu.”

Dari Ibnu Abbas, Nabi saw. menyebutkan, “Apabila seseorang masuk surga, maka ia ditanyai tentang kedua orang tuanya, istrinya, dan anak-anaknya. Maka dikatakan, ‘Sesungguhnya mereka masih belum dapat mencapai derajatmu.‘ Maka ia berkata, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah beramal untuk diriku dan juga untuk mereka.” Maka diperintahkan agar mereka dihubungkan (digabungkan) bersamanya.“ Setelah itu Ibnu Abbas ra. membaca firman-Nya, “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan,” (Ath-Thur: 21), hingga akhir ayat.

Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan ayat ini, “Orang-orang yang anak cucunya beriman, lalu mengerjakan amal ketaatan kepada-Ku, maka Aku akan menghubungkan keturunan mereka dengan mereka di dalam surga, begitu p**a anak-anak kecil mereka.”

Dari beberapa penjelasan tafsir dan hadis Rasulullah saw. tersebut, tampak jelas bahwa tidak hanya di dunia, keberkahan ibadah orang tua juga sampai pada akhirat anaknya. Di akhirat kelak, kesalehan orang tua dapat menaikkan derajat surga anak-anak mereka. Akan tetapi kesalehan orang tua tidak serta-merta menjadi jaminan bagi kebahagiaan anaknya tanpa syarat. Jika seorang anak melakukan dosa, ia juga bisa saja masuk ke neraka terlebih dahulu. Di dalam Al-Tahrir wa al-Tanwir karya Ibnu ‘Asyur disebutkan, pemilihan lafaz أَلْحَقْنَا yang berarti “kami pertemukan mereka”, adalah untuk menunjukkan pemahaman bahwa bisa jadi anak-anaknya dimas**an terlebih dahulu ke neraka untuk membersihkan dosa-dosanya, lalu barulah dimas**an ke surga yang sederajat dengan orang tuanya. Inilah karunia Allah Swt. bagi orang-orang yang beriman.

Keluarga Muslim Harus Berusaha Meraih Surga
Surga tidak bisa dicapai dengan serta-merta, tetapi diperlukan berbagai upaya dan kerja keras. Tentu saja seluruhnya harus ditempuh sesuai aturan yang dikehendaki oleh Sang Maha Pembuat Hukum dan tidak boleh menyalahinya. Dengan tegas Allah Swt. memerintahkan para orang tua, terutama suami, untuk menjaga diri dan keluarganya dari api neraka. Ini sebagaimana firman-Nya, “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At-Tahrim: 6).

Orang tua tentu berperan sangat penting dalam membawa keluarganya kepada surga Allah dan menghindarkan keluarganya dari ganasnya api neraka. Keduanya juga harus menjadikan keluarga sebagai taman surga bagi seluruh anggota keluarganya. Apa yang bisa kita lakukan agar dapat meraih surga-Nya bersama keluarga?

1. Mencintai Allah di atas segalanya dan berusaha memeliharanya.

Keluarga muslim yang mencintai Allah di atas segalanya akan patuh dan tunduk terhadap apa yang dikehendaki oleh Zat yang dicintainya. Cinta kita kepada Allah sesungguhnya bukan sekadar ungkapan verbal, tetapi harus dibuktikan dengan sikap dan perilaku. Hal ini harus terus kita tumbuh suburkan dalam diri seluruh anggota keluarga. Dengan demikian, keluarga akan menjadi tempat yang istimewa bagi seluruh anggota keluarga.

Kecintaan yang utuh kepada Allah Swt. akan menjadikan Allah sebagai tempat bersandar keluarga muslim. Ini artinya, menjadikan syariat Islam sebagai panduan dan solusi seluruh permasalahan yang terjadi dalam kehidupan berkeluarga. Halal dan haram akan dijadikan landasan, bukan hawa nafsu. Di sinilah pentingnya semua anggota keluarga, terlebih orang tua untuk menguatkan pemahaman tentang syariat Islam dan berupaya semaksimal mungkin menjalankannya sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya.

Dalam perjalanan rumah tangga, perbedaan pendapat dan perselisihan dapat saja terjadi di antara anggota keluarga. Namun dengan menjadikan syariat Islam yang sempurna dan tidak lekang oleh waktu sebagai pijakan berkeluarga, semua itu akan bisa diatasi. Dengan demikian, keberkahan dan ketentraman akan senantiasa tercurah bagi keluarga kita. Selanjutnya, kita dan pasangan, serta seluruh anak-anak kita akan sampai kepada pelabuhan terakhir, yaitu surga-Nya.

2. Menjadikan kehidupan akhirat sebagi orientasi hidup keluarga.

Dari Zaid bin Tsabit ra., Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia, kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Barang siapa yang tujuan hidupnya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.” (HR Ahmad).

Dari hadis ini, ada tiga kerugian yang akan didapatkan oleh orang yang menjadikan dunia sebagai orientasi hidupnya. Sebaliknya, ada tiga keuntungan bagi orang yang menjadikan akhirat sebagai orientasi hidupnya dengan tidak meninggalkan dunia. Tentu kita harus berusaha menjadikan kehidupan akhirat sebagai orientasi hidup sehingga akan mendapatkan tiga keuntungan tersebut. Pertama, akan dipermudah setiap urusannya agar berhasil dan dijauhkan dari kegagalan. Kedua, diberikan rasa cukup (kaya) dalam hatinya sehingga selalu bersyukur. Ketiga, baginya diberikan kecukupan dalam hidup. Harta (dunia) justru akan selalu mengejarnya (mendekat). (Lihat: QS Asy-Syura: 20). Sudah seharusnya setiap keluarga muslim selalu menjadikan akhirat sebagai orientasi hidupnya sehinggasurga bisa diraih. Insyaallah.

3. Membina diri dan keluarga dengan tsaqafah Islam.

Dalam kondisi apa pun, menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi kaum muslim. Hal ini dapat dilakukan dengan mempelajari buku-buku tentang Islam ataupun menghadiri majelis-majelis ilmu. Aktivitas-aktivitas ini bisa dilakukan untuk meningkatkan pemahaman Islam anggota keluarga. Oleh karenanya, penting untuk membina diri dan keluarga dengan tsaqafah Islam sehingga bisa menjadikan syariat Islam sebagai standar kehidupan. Sebagai pemimpin keluarga, seorang suami atau ayah berkewajiban mendidik istri dan anak-anaknya sehingga seluruh anggota keluarga terjaga dari api neraka. Demikian juga seorang istri atau ibu, selain berperan sebagai pendamping suami, ia juga berperan sebagai pengasuh dan pendidik utama bagi anak-anaknya.

Apalagi jika aktivitas ini dilakukan bersama keluarga tentu akan makin menyenangkan. Kita pun bisa mendapatkan pemahaman Islam lebih banyak dengan berdiskusi bersama anggota keluarga sehingga semua makin paham Islam. Dengan mengikuti kajian rutin, orang tua akan makin mudah menguatkan pemahaman Islam kepada anak-anaknya. Bahkan mengikuti kajian rutin bersama bisa menjadi ajang membina dan menjalin kedekatan di antara anggota keluarga. Ini akan dapat diimplementasikan dalam keluarga, termasuk jika ada anggota keluarga yang melanggar syariat, akan lebih mudah diluruskan dan dinasehati.

4. Memberi teladan baik kepada anak.

Orang tua adalah figur yang diteladani oleh anak-anaknya, baik ucapan maupun perbuatannya sehari-hari. Jika orang tua saleh, taat menjalankan syariat, dan dekat dengan Allah Swt., niscaya anak-anak akan mencontoh keduanya karena melihat akhlak dan kebiasaan yang baik dari keduanya. Orang tua yang saleh akan dapat membentuk anak-anak yang saleh p**a. Hal ini dapat diawali dengan menanamkan akidah yang benar dan menjadikan kecintaan tertinggi hanya kepada Allah dan Rasul-Nya. Orang tua juga harus memperkenalkan syariat Islam dan mendidik anak untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, mereka senantiasa menjadikan syariat Islam sebagai pijakan dalam melangkah di mana pun mereka berada.

Orang tua yang saleh akan mampu membersamai dan membimbing buah hatinya agar cinta terhadap Islam dan mau menjalankan syariat-Nya dengan penuh ketaatan. Akhirnya, anak-anak akan menjadi anak-anak yang saleh juga. Tidak hanya orang tua yang akan bisa membawa anak-anaknya ke surga, begitu p**a sebaliknya. Tentu kita semua sangat ingin agar seluruh anggota keluarga kita bisa berkumpul bersama di surga-Nya pada yaumil akhir kelak.

5. Saling mendoakan.

Sudah seharusnya kita selalu mendoakan pasangan dan anak-anak kita dalam setiap kesempatan, terutama pada waktu-waktu mustajab. Terlebih ketika kita sedang ditimpa kesulitan, musibah, kegundahan, dan kegelisahan. Mohonlah agar Allah menghilangkan semuanya dan memberikan segala yang terbaik untuk keluarga kita.

Kekuatan doa istri merupakan senjata terbesar dan terampuh dalam setiap langkah dan usaha suami. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya doa yang segera dikabulkan adalah doa seorang istri kepada suaminya yang tidak berada di tempat yang sama atau saling berjauhan.” (HR Tirmidzi).

Tidak ada tempat bagi kita untuk memohon pertolongan dan ampunan, kecuali hanya kepada Allah Taala. Pasangan dan anak-anak kita sesungguhnya adalah milik Allah Taala. Dia yang menggenggam hati mereka. Semoga Allah menjadikan keluarga kita selalu taat kepada-Nya, selalu melindungi pasangan dan anak-anak kita, memberikan penyelesaian terbaik untuk setiap kesulitan yang kita hadapi, serta melapangkan rezeki bagi keluarga kita. Semoga Allah memudahkan bahtera kita berlabuh menuju surga-Nya. Amin. [MNews/YG]
-----------





___
https://bit.ly/DuniaParenting_FACEBOOK
https://bit.ly/DuniaParenting_INSTAGRAM
https://bit.ly/DuniaParenting_TWITTER
https://bit.ly/DuniaParenting_TELEGRAM

🎯 *Kenapa Buku 10 Misi Ini Beda dari yang Lain?*📘 *Ini “MISI”, Bukan “PR”!*Menantang anak *menyelesaikan misi* seru di s...
20/11/2025

🎯 *Kenapa Buku 10 Misi Ini Beda dari yang Lain?*

📘 *Ini “MISI”, Bukan “PR”!*
Menantang anak *menyelesaikan misi* seru di setiap buku.
Setiap halaman adalah kemenangan kecil yang membangun rasa percaya diri mereka 💪

🧠 *Melatih Anak Jadi Pemecah Masalah*
Si Kecil akan berlatih:

✨ *Berpikir Logis:* “Oh, kalau polanya begini, selanjutnya pasti…”
✨ *Fokus Mendalam:* Menyelesaikan tantangan dari awal sampai akhir
✨ *Motorik Halus:* Menggunting, menempel, dan menulis

💛 *Praktis, “Penolong” Ibu di Segala Situasi*
10 buku ringkas, penuh warna, dan siap pakai!
Memberi Bunda 30 menit jeda tenang 😌
Sementara si Kecil anteng dan berkarya 🎨

*Buku Aktivitas Anak Hebat* Belajar sambil bermain 🥰
-------------
Fast Respon : wa.me/6282260876108





___
https://bit.ly/DuniaParenting_FACEBOOK
https://bit.ly/DuniaParenting_INSTAGRAM
https://bit.ly/DuniaParenting_TWITTER
https://bit.ly/DuniaParenting_TELEGRAM

*Nasihat Pernikahan yang Diabaikan*Oleh: Kholda NajiyahFounder Salehah Institute  - Tahun 2025 ratusan ribu pasang suami...
20/11/2025

*Nasihat Pernikahan yang Diabaikan*
Oleh: Kholda Najiyah
Founder Salehah Institute

- Tahun 2025 ratusan ribu pasang suami istri bercerai. Bahkan, couple goals dari kalangan pesohor seperti Raisa dan Hamish yang baru menikah 8 tahun, segera bercerai. Padahal dulu waktu nikah, jagat maya terguncang dengan ungkapan “hari patah hati Nasional.”

Tak hanya di Indonesia, di penjuru dunia, 2025 disebut-sebut sebagai tahun perpisahan. Banyak pasangan yang dahulu menggebu-gebu ingin memiliki hubungan dan hidup bahagia dengan pasangan, tapi menyerah untuk bertahan.

Padahal, nasihat pernikahan untuk suami istri sudah berjuta kali dilontarkan. Jutaan buku pernikahan juga sudah diterbitkan. Ceramah dari pakar sampai ulama tentang pernikahaan juga tak kurang. Semua untuk membantu menjalani hubungan. Tapi mengapa memilih jalan pisah?

Ini karena nasihat-nasihat pernikahan tidak digubris. Tidak diamalkan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Akui saja bahwa perasaan, ego dan gengsi pribadi, lebih mendominasi daripada ketulusan untuk mengutamakan hubungan. Inilah nasihat pernikahan legendaris yang sudah diberikan secara turun temurun, tapi diabaikan:

*1. Jangan Lirik Rumput Tetangga*

Setiap relasi suami istri itu unik, tidak sama alias berbeda antara satu pasangan dengan pasangan lainnya. Sadari itu dan jangan membanding-bandingkan. Cara yang dilakukan sepasang suami istri, belum tentu cocok jika diterapkan oleh pasangan lainnya. Ciptakan sendiri hubungan yang paling nyaman dan aman untukmu dan pasangan.

Daripada melirik rumput tetangga yang tampak lebih hijau, siram dan rawat rumput sendiri agar subur. Masalahnya, di era media sosial, perbandingan itu semakin nyata. Bukankah begitu?

*2. Komunikasi yang Jujur dan Terbuka*

Saling berbincang dan mendengar dengan pasangan, itu penting. Demikian p**a mengungkapkan isi hati, perasaan dan apa maunya kita pada pasangan, itu penting. Tapi, berapa banyak obrolan di meja makan berakhir senyuman. Berapa banyak pasangan saling berangkulan menjelang tidur dalam obrolan yang mengasyikkan. Berapa banyak pasangan yang tertawa lepas dalam candaan. Banyak yang lebih asyik ngobrol dengan orang lain, bercengkerama dengan dunia maya, dan malas ngobrol dengan pasangan. Merasa gengsi, bukan?

*3. Jalankan Kewajiban dan Tanggung Jawab*

Banyak hubungan renggang dan pernikahan hancur, karena mengabaikan tanggung jawab. Ada suami yang menunaikan kewajiban ala kadarnya dan tidak menunjukkan upaya maksimal. Misal, tidak gigih mencari nafkah, sehingga memberi uang nafkah sedikit dan tidak cukup. Malas-malasan dan bahkan menyuruh istri cari uang dan akhirnya mengandalkan penghasilan istri. Di sisi lain, ada istri yang juga tidak bertanggungjawab melayani suami dengan taat. Banyak menuntut, tapi tidak memberi hak suami. Seperti, enggan melayani hubungan intim, dan sibuk bersosialisasi dengan teman-temannya.

*4. Setia dan Saling Percaya*

Letakkan rasa percaya pada pasangan dan serahkan segala pengawasannya kepada Allah Swt. Ini memang agak sulit di zaman sekarang, karena butuh syarat berupa tebalnya iman dan takwa. Seseorang yang harus lebih takut kepada Allah Swt dibanding kepada pasangannya. Kesadaran bahwa meski pasangannya tak melihat, tapi Allah Maha Tahu. Kalau sudah seperti itu, maka percayalah. Setialah. Upayakan untuk saling jujur dan transparan dalam segala hal, serta memenuhi janji dan komitmen yang telah dibuat.

*5. Seni Mengalah*

Ini nasihat klasik nenek moyang kita, agar bangunan relasi kokoh tak tergoyahkan. Ada saatnya kita mundur sedikit untuk mengalahkan ego, bukan ngotot memenangkan diri dari pasangan. Biarkan saja sejenak, pasangan merasa paling benar, menang dan hebat. Saat itu terpenuhilah kebutuhannya akan ego, atau gharizah baqo-nya. Di lain waktu saat egonya sudah turun atau mereda, barulah kita melangkah maju untuk menunjukkan bahwa argumen kita patut untuk didengar. Bila dia tetap ngeyel, ya sudah, tidak harus kita yang menang, bukan? Yang utama adalah langgengnya hubungan, terlebih jika hal itu tidak menyangkut sesuatu yang fundamental.

*6. Syukur, Sabar dan Empati*

Syukur adalah pokok dari kalapangan hati. Sabar adalah pondasi dari ketenangan jiwa. Empati adalah dasar dalam memahami pasangan. Tiga hal ini perlu latihan. Bersyukur adalah nasihat yang tak pernah salah, yaitu menerima semua dengan ikhlas jalan takdir pernikahan ini. Berpikir positif bahwa banyak kebaikan yang telah kita raih dari pernikahan ini, dibandingkan saat sendiri.

Lalu sabar menjalani setiap tahapan prosesnya, karena semua orang yang menikah juga menjalani fase-fase yang tidak jauh berbeda. Ada s**a dan duka, ada perjuangan dan air mata, juga ada kebahagiaan karenanya. Agar tidak merasa yang paling menderita, tumbuhkan rasa empati pada pasangan. Bahwa dia juga sedang berjuang dengan caranya untuk meraih bahagia dan membahagiakan pasangannya.

*7. Selesaikan Konflik dengan Tenang*

Banyak pasangan tidak mau membicarakan masalah dan lebih memilih memendam atau menggantung tanpa solusi. Akibatnya, bisa menumpuk menjadi sampah emosi di masing-masing pihak, hingga memicu perasaan tidak tenang. Untuk itu, dituntut kedewasaan berpikir untuk mengatasi konflik yang ada dengan cara yang sehat dan konstruktif, tanpa menyerang atau menghakimi pasangan. Tenangkan diri dan tidak reaktif ketika membahas masalah. Utamakan musyawarah dan berdiskusi untuk mencari jalan keluar, bukan memaksakan kehendak. Insyaallah semua masalah ada jalan keluarnya, tanpa harus terburu-buru memilih jalan pisah.

Demikianlah, setiap hubungan unik dan memerlukan pendekatan yang berbeda. Hal yang paling penting adalah menemukan cara yang efektif untuk memperkuat hubungan dan memenuhi kebutuhan masing-masing pasangan. Ingat, tidak ada pasangan yang sempurna. Pasangan yang baik itu dibentuk, bukan dicari-cari terus, sampai gonta-ganti pasangan. Namun, membentuk pasangan yang baik itu bukan ranah kita, karena hanya dia dan Allah yang mampu membentuknya. Tetapi, kita bisa membentuk diri kita menjadi baik, dengan harapan bisa membawa pengaruh baik p**a pada pasangan. Semoga!(*)

----------------





___
https://bit.ly/DuniaParenting_FACEBOOK
https://bit.ly/DuniaParenting_INSTAGRAM
https://bit.ly/DuniaParenting_TWITTER
https://bit.ly/DuniaParenting_TELEGRAM

🎯 *Kenapa Buku 10 Misi Ini Beda dari yang Lain?*📘 *Ini “MISI”, Bukan “PR”!*Menantang anak *menyelesaikan misi* seru di s...
19/11/2025

🎯 *Kenapa Buku 10 Misi Ini Beda dari yang Lain?*

📘 *Ini “MISI”, Bukan “PR”!*
Menantang anak *menyelesaikan misi* seru di setiap buku.
Setiap halaman adalah kemenangan kecil yang membangun rasa percaya diri mereka 💪

🧠 *Melatih Anak Jadi Pemecah Masalah*
Si Kecil akan berlatih:

✨ *Berpikir Logis:* “Oh, kalau polanya begini, selanjutnya pasti…”
✨ *Fokus Mendalam:* Menyelesaikan tantangan dari awal sampai akhir
✨ *Motorik Halus:* Menggunting, menempel, dan menulis

💛 *Praktis, “Penolong” Ibu di Segala Situasi*
10 buku ringkas, penuh warna, dan siap pakai!
Memberi Bunda 30 menit jeda tenang 😌
Sementara si Kecil anteng dan berkarya 🎨

*Buku Aktivitas Anak Hebat* Belajar sambil bermain 🥰
------------
Fast Respon : wa.me/6282260876108





___
https://bit.ly/DuniaParenting_FACEBOOK
https://bit.ly/DuniaParenting_INSTAGRAM
https://bit.ly/DuniaParenting_TWITTER
https://bit.ly/DuniaParenting_TELEGRAM

🔥 *Buibu… Mau anak paham kesehatan tanpa harus dimarahin terus?*STOP capek ngomel!Ada cara yang bikin anak *paham sendir...
19/11/2025

🔥 *Buibu… Mau anak paham kesehatan tanpa harus dimarahin terus?*

STOP capek ngomel!
Ada cara yang bikin anak *paham sendiri* bukan cuma nurut karena takut.

✨ *APA AJA MANFAATNYA?*
1️⃣ Anak paham *“Kenapa”*, bukan cuma takut dimarahin
2️⃣ Ibu gak capek ngomel lagi
3️⃣ Kebiasaan sehat terbentuk sejak dini dan terbawa sampai dewasa
4️⃣ Orang tua dapat edukasi Video dari Dokter Spesialis
5️⃣ Anak lebih mandiri tau cara praktik sendiri tanpa harus terus diingatkan
6️⃣ Anak lebih percaya diri bangga bisa jaga kesehatan sendiri
7️⃣ Fondasi karakter kuat: disiplin, tanggung jawab, kepedulian terhadap diri sendiri

📚 *1 Paket isi 7 Buku Seri Anak Sehat*
Soft Cover • Full Color • 17×17 cm • ±12 halaman/buku

💛 Bantu si kecil tumbuh sehat & mandiri sejak dini!
----------------
Fast Respon : wa.me/6282260876108





___
https://bit.ly/DuniaParenting_FACEBOOK
https://bit.ly/DuniaParenting_INSTAGRAM
https://bit.ly/DuniaParenting_TWITTER
https://bit.ly/DuniaParenting_TELEGRAM

*MENDIDIK ANAK JELITA*Oleh : Ustazah Yanti Tanjung  - Ada fase yang harus diperhatikan dan tidak boleh terlewat oleh aya...
19/11/2025

*MENDIDIK ANAK JELITA*
Oleh : Ustazah Yanti Tanjung

- Ada fase yang harus diperhatikan dan tidak boleh terlewat oleh ayah bunda, yaitu fase anak Jelita (Jelang Lima Tahun). Karena masuk tahun kelima di usia anak saatnya anak pra sekolah dimana anak secara perkembangan fisik, akal dan gharizah harus mulai mendapatkan pola. Jika di usia ini tidak dimulai maka akan mendapatkan kesulitan-kesulitan dalam mendidik di jenjang berikutnya.

Banyak orang tua bertanya-tanya kenapa di usia remaja anak belum terikat dengan syari’ah islam, tidak mau terikat dengan aturan-aturan yang menurut dia mengekang padahal untuk pendisiplinan. Besar kemungkinan tidak tuntas pendidikan di jelang usia 5 tahun.

Jelang lima tahun usia anak dia mulai bekerjasama dan mencari pertemanan dalam bermain, sudah tidak asyik bermain sendirian. Anak akan mencari suasana baru bermain bareng dimana dalam permainan itu mereka akan tunduk pada qaidah tertentu atau aturan-aturan bermain. Disinilah anak mulai tertarik dengan qaidah permainan yang dia anggap bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain yang akan dia tunjukkan kepada orang-orang dewasa disekitarnya. Jika ada diantara temannya yang tidak patuh pada qaidah bermain maka dia akan melaporkan ke uminya atau ke gurunya bahwa temannya melanggar aturan.

Pentingnya qaidah dalam bermain bagi anak usia ini adalah pembelajaran yang berharga, disinilah anak mulai belajar bahwa kehidupan ini ada aturannya, siapapun yang melanggar atauran ada konsekuensinya.

Di fase ini p**a anak harus mendapatkan komunitas bermainnya untuk dijadikan pengalaman-pengalaman belajar yang berguna untuk mengasah berpikir dan emosi. Nah banyak orang tua yang protek di usia ini sehingga anak tidak dicarikan pertemananya khawatir konflik pertemanan dalam permaianan, padahal konflik itu sangat dibutuhkan anak dalam pembelajaran kehidupan, bahwa setiap masalah ada solusinya dan ada qaidah yang harus diterapkan.

Maka di usia ini membuat qaidah di wilayah perbuatan anak sangat penting, jangan tanpa qaidah agar ayah bunda bisa menyelesaikan beberapa persoalan sifat-sifat yang tercela pada diri anak, semisal rasa iri dan dengki terhadap milik orang lain, berkata dusta, mencuri, mengadu domba dll.

Qaidah perbuatan ini juga untuk membatasi anak melakukan kesalahan-kesalahan sejak dini dan menilai perbuatan-perbuatan mana yang benar dan mana yang salah sejak dini.

Nah dalam perkara ini ayah bunda wajib merujuk kepada standar perbuatan halal dan haram saja dalam mengikat anak dengan qaidah perbuatan. dengan fokus utama pada pencegahan agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang dilarang, seperti mencegah berbohong, mencuri, menyerang, dan menyakiti orang lain.

Kedua, melatih anak untuk melaksanakan kewajiban seperti memberi salam, berdoa, meminta izin pada waktu tertentu, bekerja sama dengan orang lain, dan mengerjakan tugas sekolah.

Kemudian, yang menjadi pusat perhatian adalah berpegang teguh pada asas-asas dalam bergaul dan berbudi pekerti terhadap orang lain, sehingga ketika anak menginjak usia baligh, anak sudah memiliki nilai-nilai yang dia gunakan untuk menilai perbuatan dirinya dan perbuatan orang lain berdasarkan qaidah tersebut. Wallaahu a’lam bishshowab
------------





___
https://bit.ly/DuniaParenting_FACEBOOK
https://bit.ly/DuniaParenting_INSTAGRAM
https://bit.ly/DuniaParenting_TWITTER
https://bit.ly/DuniaParenting_TELEGRAM

19/11/2025

📘 *PRE-ORDER Buku _MENTAL CALIBRATION_* 🧠

Pernah merasa hidup tak lagi berpihak setelah *gagal atau terluka?*
*Banyak orang* mungkin marah pada kenyataan, menyerah pada keadaan hingga terjebak dalam badai kesehatan mental.

* Sebuah survei oleh Harmony Healthcare IT terhadap 1.010 Gen Z (usia 18–28 tahun) menemukan bahwa *46%* pernah didiagnosis mengalami gangguan kesehatan mental. Kecemasan, depresi, dan ADHD menjadi yang paling umum. (Harmonyhit.com, 15/6/2025)

* The Journal of Clinical Psychiatry turut merilis bahwa 85% responden merasa khawatir terhadap kelanjutan masa depan mereka. (Psychiatrist.com, 9/11/2022)

===

📘 Buku *_MENTAL CALIBRATION_* adalah catatan reflektif berbasis riset psikologi populer dan spiritualitas.

Ditulis agar bisa menjadi teman seperjalanan yang mengerti, untuk membantu menyetel ulang pikiran setelah jatuh, kecewa, dan gagal. Agar luka tidak menjadi akhir, tetapi awal dari babak baru yang *lebih kuat dan lebih sadar.*

Karena pulih saja tidak cukup. Kita perlu tumbuh. 🌱

🗓️ Periode Pre-Order: 9–19 November 2025
--------------
Fast Respon : wa.me/6282260876108





___
https://bit.ly/DuniaParenting_FACEBOOK
https://bit.ly/DuniaParenting_INSTAGRAM
https://bit.ly/DuniaParenting_TWITTER
https://bit.ly/DuniaParenting_TELEGRAM

05/11/2025

*5 Hal Yang Menjauhkan Konflik Dari Pernikahan*
Oleh : Ustaz Iwan Januar

- Pernikahan takkan pernah sempurna, selalu ada kekurangan sebagai ujian. Tapi sekurang-kurangnya ada lima hal yang bila menjadi habit dalam pernikahan, akan menciptakan menjauhkan konflik, dan malah mendekatkan suasana sakinah mawaddah wa rahmah.

Tidak ada pernikahan yang sempurna. Tidak ada juga pernikahan ala dongeng peri seperti Snow White atau Cinderella yang katanya selalu bahagia. Dalam pernikahan selalu ada potensi untuk berkonflik dengan pasangan. Tapi, bukan berarti Anda tidak bisa meraih kebahagiaan dalam pernikahan.

Bukankah Allah Swt telah menciptakan pasangan untuk kita, dan mensyariatkan pernikahan untuk bisa meraih kehidupan sakinah, mawaddah dan rahmah? Tentu semua tidak datang begitu saja. Ada langkah yang harus diambil untuk menciptakan pernikahan yang bahagia dan menjauhkan konflik dari pernikahan.

Pertama, segarkan dan kuatkan kembali komitmen

Bukan saja pernikahan yang telah berjalan belasan atau puluhan tahun yang lupa akan komitmen pernikahan. Pasangan yang baru berusia di bawah sepuluh tahun pun seringkali lupa dengan komitmen hidup bersama. Banyak data yang menyebutkan ketika usia pernikahan memasuki tahun ke-3 menjadi rawan konflik. Persoalan datang semisal kondisi finansial yang belum stabil, keinginan untuk pindah rumah yang lebih nyaman, pengasuhan anak, atau belum juga mendapatkan anak, dsb.

Penyebab konflik jadi sering datang adalah mengabaikan komitmen pernikahan. Bahwa menikah itu adalah ibadah yang agung. Menikah itu adalah untuk saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran. Menikah adalah proses untuk saling memahami, dsb.

Luangkan waktu untuk menafakurkan kembali komitmen pernikahan itu. Baik saat sendiri maupun bersama pasangan. Mana bagian dari komitmen itu yang Anda dan pasangan tersilap, lalu munculkan kembali komitmen-komitmen secara bersama.

Kedua, membiasakan sikap respek pada pasangan

Respek adalah menghormati dan menghargai apa yang pada pada pasangan. Mulai dari urusan pribadinya maupun aktivitas bersama dalam pernikahan. Misalnya suami punya hobi membaca buku sejarah atau koleksi sepatu, maka yang bisa dilakukan istri adalah ikut senang dengan kebiasaannya walaupun itu bukan hobi Anda. Atau merapikan novel-novelnya dan meletakkan sepatu olahraga suami di tempat rapi agar tidak berdebu.

Atau suami tahu istrinya senang di waktu me-time mencari hiburan dengan membaca novel atau menata ruangan di rumah. Suami mestinya bersikap respek dengan tidak merendahkan bacaan istri, atau tidak memperhatikan kerapihan rumah. Hargai juga pasangan dengan membiasakan tutur kata yang santun, berterima kasih atas kebaikannya, senang dengan pemberiannya, dsb.

Respek dalam hubungan bersama penting seperti istri menghormati kepemimpinan suami dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Sebaliknya suami pun menghargai kerja keras istri di rumah atau kelelahannya dalam mengasuh anak. Suami maupun istri berusaha menjadi pendengar yang baik saat pasangan berbicara. Sikap respek ini menjauhkan konflik dari pernikahan.

Ketiga, mengurangi sifat reaktif dalam pernikahan

Apakah Anda orang yang cepat merespon dengan emosi terhadap sikap pasangan? Lekas marah atau sedih pada pasangan? Sikap reaktif adalah sikap melepaskan emosi dengan cepat terhadap suatu kejadian. Mereka yang bersikap reaktif tidak berpikir matang atau mencoba bersabar saat menghadapi suatu kejadian.

Tidak sedikit suami yang langsung marah, mencaci bahkan memukul istri saat istri mengkritiknya, atau ketika istri lupa menyiapkan minum atau makan. Tidak jarang juga istri yang langsung marah ketika tahu suaminya memberi uang pada saudara kandung tanpa memberitahunya. Malah ada juga istri yang sewot saat suami berkunjung ke rumah ibu kandungnya sendiri tanpa pemberitahuan.

Sikap reaktif adalah bagian dari tergesa-gesa dan tidak menahan diri. Sikap ini seringkali menjadikan hubungan dengan pasangan dalam masalah. Sebab, orang yang bersikap reaktif sering emosinya meledak sering bukan karena alasan yang benar. Nabi Saw mengingatkan kita agar jangan menjadi orang yang tergesa-gesa, termasuk reaktif dalam bersikap. Sabdanya:

التَّأَنيِّ مِنَ اللهِ وَ العُجْلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ

Sifat perlahan-lahan (sabar) berasal dari Allah. Sedangkan sifat ingin tergesa-gesa itu berasal dari setan. (HR. Abu Ya’la dalam musnadnya dan Baihaqi dalam Sunanul Qubro)

Belajarlah untuk tenang dalam menghadapi sikap pasangan, atau saat menghadapi masalah. Kendalikan diri agar tidak mudah emosi. Lalu fokus pada solusi yang harus diambil bukan malah memperbesar masalah. Tidak kalah penting adalah mencari alasan atau uzur untuk bisa memaklumi kesalahan atau kekeliruan pasangan.

Keempat, stop mengeluhkan pasangan

Tidak banyak orang yang menyadari bahwa sifat mengeluh bukan hanya menyempitkan kehidupan, tapi juga menciptakan konflik dengan pasangan. Mengeluh itu adalah mengungkapkan perasaan karena keadaan yang dirasa berat atau susah. Namun tidak semua orang yang mendapatkan kesusahan itu berkeluh kesah. Ada orang yang ujian hidupnya begitu berat namun tidak pernah terdengar mengeluh pada orang lain. Sebaliknya, ada orang yang sebenarnya hidupnya masih lapang tapi lebih sering berkeluh kesah.

Sikap mengeluh ini jadi pemicu konflik dalam pernikahan ketika menjadi kebiasaan, apalagi yang dikeluhkan adalah pasangannya. Soal nafkahnya yang dirasa kurang, soal sikapnya yang dinilai kurang perhatian pada istri, kurang perhatian pada anak, kurang respek pada pasangan, dsb. Konflik bisa menjadi besar ketika fakta yang dikeluhkan sebenarnya tidak demikian. Namun kalau mengeluh sudah jadi tabiat, maka konflik akan sering terjadi.

Ketimbang mengeluh, sebaiknya bicarakan dengan baik-baik keadaan rumah tangga bersama pasangan. Bantu pasangan untuk mengurangi kekurangan dirinya, semata karena Allah dan karena cinta. Bersama-sama mencari jalan keluar. Lalu sama-sama banyak mendekatkan diri pada Allah agar hati menjadi lapang dan diberi jalan keluar dari setiap persoalan.

Kelima, berikan waktu berkualitas dan perhatian

Di antara hal yang menjadi konflik dalam pernikahan adalah sikap pasangan yang kurang memberikan perhatian dan waktu berkualitas. Di sisi lain, ada pasangan yang lebih merasa enjoy berkumpul dengan komunitas, dengan kawan-kawan, atau dengan keluarga tapi bukan dengan istri dan anak.

Mencari nafkah adalah wajib. Berdakwah juga kewajiban agung. Namun semua ada pembagian yang diperintahkan agama. ”Sesungguhnya pada keluargamu ada hak,” pesan Salman al-Farisi pada sahabat Abu Darda ra. Nasihat Salman ini dibenarkan Rasulullah Saw (HR. Bukhari).

Kalau bekerja dan berdakwah saja mesti diatur sedemikian rupa, agar tidak melanggar hak keluarga, apalagi sekedar hobi. Sebab, tidak sedikit suami atau istri saking asyiknya dengan hobi sampai menghabiskan waktu berkualitas untuk keluarga.

Perhatikanlah, Rasulullah Saw saja sering bercengkrama dengan istri-istri beliau. Mengajak mereka ikut dalam beberapa acara termasuk menemani perjalanan jihad fi sabilillah. Menonton hiburan tarian orang Habsyah bersama Aisyah atau mengajaknya balap lari.

Sempatkan waktu bersama keluarga untuk menguatkan emotional bonding, sambil menyisipkan tausiyah penguat iman pada pasangan dan anak-anak. []

Sumber : iwanjanuar.com
---------





___
https://bit.ly/DuniaParenting_FACEBOOK
https://bit.ly/DuniaParenting_INSTAGRAM
https://bit.ly/DuniaParenting_TWITTER
https://bit.ly/DuniaParenting_TELEGRAM

Address

Jalan Banda, Watulondo, Puuwatu
Kendari
93411

Telephone

+6282252964727

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Dunia Parenting posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Practice

Send a message to Dunia Parenting:

Share

Share on Facebook Share on Twitter Share on LinkedIn
Share on Pinterest Share on Reddit Share via Email
Share on WhatsApp Share on Instagram Share on Telegram