08/08/2018
"Manfaat Jamu Kunyit Asam Untuk Mengatasi Nyeri Haid""
Nyeri haid, dalam bahasa medis dismenore, adalah nyeri keram pada bagian bawah perut saat menstruasi. Nyeri yang mengganggu dapat menimbulkan rasa yang tidak nyaman bahkan mengganggu aktivitas anda.
Tidak ada angka pasti mengenai jumlah penderita nyeri haid di Indonesia (13). Di Jakarta, dismenorea primer pada remaja masih sekitar 83,5% pada tahun 2001 (13). Penelitian lain, di dunia dikatakan prevalensi dismenorea primer masih mencapai angka 90% pada remaja putri yang aktif (7). Prevalensi dismenorea primer menurun seiring dengan penambahan umur (3). dismenorea primer sendiri adalah nyeri haid yang terjadi bukan disebabkan karena adanya masalah ginekologi
"Bagaimana Dismenore Dapat Terjadi""
Pada dasarnya dismenorea primer memang berhubungan dengan prostaglandin endometrial dan leukotrien. Setelah terjadi proses ovulasi sebagai respons peningkatan produksi progesteron (4), asam lemak akan meningkat dalam fosfolipid membran sel. Kemudian asam arakidonat dan asam lemak omega-7 lainnya dilepaskan dan memulai suatu aliran mekanisme prostaglandin dan leukotrien dalam uterus. Kemudian berakibat pada termediasinya respons inflamasi, tegang saat menstruasi (menstrual cramps), dan molimina menstruasi lainnya (6).
Selanjutnya, peran leukotrien dalam terjadinya dismenorea primer adalah meningkatkan sensitivitas serabut saraf nyeri uterus (6). Peningkatan leukotrien tidak hanya pada remaja putri tetapi juga ditemukan pada wanita dewasa. Namun peranan prostaglandin dan leukotrien ini memang belum dapat dijelaskan secara detail dan memang memerlukan penelitian lebih lanjut (5).
Selain peranan hormon, leukotrien, dan prostaglandin, ternyata dismenorea primer juga bisa diakibatkan oleh adanya tekanan atau faktor kejiwaan. Stres atau tekanan jiwa bisa meningkatkan kadar vasopresin dan katekolamin yang berakibat pada vasokonstriksi kemudian iskemia pada sel (6).
"Apa yang Dapat Dilakukan Untuk Mengurangi Keluhan Pada Dismenore Primer?"
Hal-hal yang dilakukan untuk mengurangi keluhan pada dismenorea primer, misalnya penggunaan kompres hangat, mengkonsumsi obat-obatan analgetik, olahraga teratur, akupuntur, dan mengkonsumsi produk-produk herbal/jamu yang telah dipercaya khasiatnya(14).
Jamu dapat dikategorikan sebagai minuman tradisional karena menggunakan bahan-bahan alami seperti tumbuh tumbuhan berkhasiat yang sudah biasa digunakan oleh masyarakat secara turun temurun(8). Salah satu jamu yang dipercaya dapat membantu mengatasi keluhan dismenore adalah minuman jamu kunyit asam.
Jamu Kunyit Asam
Minuman kunyit asam adalah suatu minuman yang diolah dengan bahan utama kunyit dan asam (8). Secara alamiah memang kunyit dipercaya memiliki kandungan bahan aktif yang dapat berfungsi sebagai analgetika, antipiretika, dan antiinflamasi (11), begitu juga asam (asam jawa) yang memiliki bahan aktif sebagai antiinflamasi, antipiretika, dan penenang (9). Selain itu dijelaskan bahwa minuman kunyit asam sebagai pengurang rasa nyeri pada dismenorea primer memiliki efek samping minimal dan tidak ada bahaya jika dikonsumsi sebagai suatu kebiasaan (8).
Curcumin atau diferuloylmethane, merupakan suatu pigmen kuning dari kunyit, digunakan sebagai bumbu dan pewarna alami makanan. Selain itu juga memiliki agen antiinflamasi dan antioksidan.
Buah asam jawa memiliki banyak manfaat medis yang telah dipercaya. Terutama kandungan xylose, xyloglycans, dan anthocyanin yang terdapat dalam buah tersebut. Xylose dan xyloglycans sangat bermanfaat dalam hal kosmetika medis 12)(. Sedangkan yang paling bermanfaat dalam hal antiinflamasi dan antipiretika adalah anthocyanin. Sedangkan bahan tannins, saponins, sesquiterpenes, alkaloids, dan phlobatamins akan sangat bermanfaat untuk menenangkan pikiran dan mengurangi tekanan psikis (12).
Kandungan bahan alami minuman kunyit asam bisa mengurangi keluhan dismenorea primer dengan jalan masing-masing. Curcumine dan anthocyanin akan bekerja dalam menghambat rekasi cyclooxygenase (COX) sehingga menghambat atau mengurangi terjadinya inflamasi (1,16), sehingga akan mengurangi atau bahkan menghambat kontraksi uterus (15). Mekanisme penghambatan kontraksi uterus melalui curcumine adalah dengan mengurangi influks ion kalsium (Ca2+) ke dalam kanal kalsium pada sel-sel epitel uterus (15). Kandungan tannins, saponins, sesquiterpenes, alkaloid, dan phlobotamins akan mempengaruhi sistem saraf otonom sehingga bisa mempengaruhi otak untuk bisa mengurangi kontraksi uterus (1). Dan sebagai agen analgetika, curcumenol akan menghambat pelepasan prostaglandin yang berlebihan (10).
Khasiat minuman jamu kunyit asam yang dipercaya dapat menghilangkan keluhan nyeri haid ini kuatkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahimsa Yoga Anindita pada tahun 2010 terhadap remaja putri di kota Surakarta yang menyatakan bahwa remaja putri yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi minuman kunyit asam mempunyai kemungkinan dismenorea primer sebesar 33 kali lebih kecil daripada remaja putri yang tidak memiliki kebiasaan mengkonsumsi minuman kunyit asam, dan penelitian yang dilakukan oleh Agus Winarso pada tahun 2014 Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil uji statistika menunjukkan adanya pengaruh minum kunyit asam terhadap penurunan tingkat nyeri dismenorea siswi MTsN Jatinom Klaten
Salam BUDE JAMU (Bugar Dengan Jamu)
Sumber:
1. Almada A. 2000. Natural COX-2 Inhibitors The Future of Pain Relief. http://www.chiro.org/nutrition/FULL/Natural_COX-2_Inhibitors.shtml.
2. Anindita, A.Y., 2010, Pengaruh Kebiasaan Mengkonsumsi Minuman Kunyit Asam Terhadap Keluhan Dismenorea Primer pada Remaja Putri di Kotamadya Surakarta, Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
3. Dawood, M.Y., 2006, Primary Dysmenorrhea (Advances ini Pathogenesis and Management), Americans College of Obstrectician and Gynecologist, Volume 108 (2) : 428-441
4. Guyton A.C. and Hall J.E., 2007, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, 11th ed., Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
5. Harel Z. 2006. Dysmenorrhea in Adolescents and Young Adults: Etiology and Management. Journal of Pediatric and Adolescent Gynecology. 19 (6): 363- 71.
6. Hillard P.A.J. 2006. Dysmenorrhea. Pediatrics in Review. 27: 64-71.
7. Holder A., Edmundson L.D., and Erogul M. 2009. Dysmenorrhea. http://emedicine.medscape.com/article/795677-overview.
8. Limananti A.I., Triratnawati A., 2003, Ramuan Jamu Cekok Sebagai Penyembuhan Kurang Nafsu Makan Pada Anak: Suatu Kejadian Etnomedisin, Makara Kesehatan, 7: 11-20.
9. Nair M.G., Wang H., Dewitt D.L., Krempin D.W., Mody D.K., Qian Y., Groh D.G., Davies A.J., Murray M.A., Dykhouse R. and Lemay M. 2004. Dietary Food Supplement Containing Natural Cyclooxygenase Inhibitors and Methods for Inhibiting Pain and Inflammation. http://www.freepatentsonline.com/6818234.html.
10. Navarro D.F., de Souza M.M., Neto R.A., Golin V., Niero R., Yunes R.A., Delle M.F. and Cechinel F.V. 2002. Phytochemical analysis and analgesic properties of Curcuma zedoaria grown in Brazil. Phytomedicine. 9(5): 427- 32.
11. Norton K.J. 2008. Menstruation Disorder - Causes, Symptoms and Treatments of Dysmenorrhea.http://www.steadyhealth.com/articles/Menstruation_Disorder___Causes__Sy mptoms_and_Treatments_of_Dysmenorrhea_a773.html.
12. Pauly G. 1999. Use of Extracts of Tamarind Seeds Rich in Xyloglycans and Cosmetic or Pharmaceutical Product Containing such Extracts. http://www.freepatentsonline.com/5876729.html.
13. Riyanto H. 2001. Nyeri Haid pada Remaja. http://www.yastroki.or.id/read.php?id=190.
14. Smith R.P. 2003. Dysmenorrhea: Etiology, Diagnosis, and Therapy. http://www.womenshealthapta.org/csm2003/4654.pdf.
15. Thaina P., Tungcharoen P., Wongnawa M., Reanmongkol W. and Subhadhirasakul S. 2009. Uterine relaxant effects of Curcuma aeruginosa Roxb. rhizome extracts. Journal of Ethnopharmacology. 121: 433-43.
16. Wieser F., Cohen M., Gaeddert A., Yu J., Burks-Wicks C., Berga S.L. and Taylor R.N. 2007. Evolution of medical treatment for endometriosis: back to the roots. Human Reproduction Update-Oxford Journals. 13 (5): 487-99.
17. Winarso,A.,2014, Pengaruh Minum Kunyit Asam Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Dismenore Pada Siswi Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom Klaten, Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 3, No 2, November 2014, hlm 106-214