ANAK JENIUS INDONESIA MAGELANG

ANAK JENIUS INDONESIA MAGELANG Contact information, map and directions, contact form, opening hours, services, ratings, photos, videos and announcements from ANAK JENIUS INDONESIA MAGELANG, Valencia Residance A 24 (Ruko Prayudan), Magelang.

10/09/2018

Selamat Tahun Baru Hijriah 1440. Semoga tahun ini bisa lebih baik dari tahun kemaren, penuh barrokah dan semakin bahagia. Aamiin.

19/09/2015

“IBU, AKU TIDAK MAU JADI PAHLAWAN, AKU MAU JADI ORANG YANG BERTEPUK TANGAN DI TEPI JALAN.”
(Sangat Menginspirasi, Sempatkan baca dan share)

Di kelasnya ada 50 orang murid, setiap kenaikan kelas, anak perempuanku selalu mendapat ranking ke-23. Lambat laun ia dijuluki dengan panggilan nomor ini. Sebagai orangtua, kami merasa panggilan ini kurang enak didengar, namun anehnya anak kami tidak merasa keberatan dengan panggilan ini.

Pada sebuah acara keluarga besar, kami berkumpul bersama di sebuah restoran. Topik pembicaraan semua orang adalah tentang jagoan mereka masing-masing. Anak-anak ditanya apa cita-cita mereka kalau sudah besar? Ada yang menjawab jadi dokter, pilot, arsitek bahkan presiden. Semua orangpun bertepuk tangan.

Anak perempuan kami terlihat sangat sibuk membantu anak kecil lainnya makan. Semua orang mendadak teringat kalau hanya dia yang belum mengutarakan cita-citanya. Didesak orang banyak, akhirnya dia menjawab:..... "Saat aku dewasa, cita-citaku yang pertama adalah menjadi seorang guru TK, memandu anak-anak menyanyi, menari lalu bermain-main".

Demi menunjukkan kesopanan, semua orang tetap memberikan pujian, kemudian menanyakan apa cita-citanya yang kedua. Diapun menjawab: “Saya ingin menjadi seorang ibu, mengenakan kain celemek bergambar Doraemon dan memasak di dapur, kemudian membacakan cerita untuk anak-anakku dan membawa mereka ke teras rumah untuk melihat bintang”. Semua sanak keluarga saling pandang tanpa tahu harus berkata apa. Raut muka suamiku menjadi canggung sekali.

Sep**angnya kami kembali ke rumah, suamiku mengeluhkan ke padaku, apakah aku akan membiarkan anak perempuan kami kelak hanya menjadi seorang guru TK?

Anak kami sangat penurut, dia tidak lagi membaca komik, tidak lagi membuat origami, tidak lagi banyak bermain. Bagai seekor burung kecil yang kelelahan, dia ikut les belajar sambung menyambung, buku pelajaran dan buku latihan dikerjakan terus tanpa henti. Sampai akhirnya tubuh kecilnya tidak bisa bertahan lagi terserang flu berat dan radang paru-paru. Akan tetapi hasil ujian semesternya membuat kami tidak tahu mau tertawa atau menangis, tetap saja rangking 23.

Kami memang sangat sayang pada anak kami ini, namun kami sungguh tidak memahami akan nilai sekolahnya.
Pada suatu minggu, teman-teman sekantor mengajak pergi rekreasi bersama. Semua orang membawa serta keluarga mereka. Sepanjang perjalanan penuh dengan tawa, ada anak yang bernyanyi, ada juga yang memperagakan kebolehannya. Anak kami tidak punya keahlian khusus, hanya terus bertepuk tangan dengan sangat gembira.

Dia sering kali lari ke belakang untuk mengawasi bahan makanan. Merapikan kembali kotak makanan yang terlihat sedikit miring, mengetatkan tutup botol yang longgar atau mengelap wadah sayuran yang meluap ke luar. Dia sibuk sekali bagaikan seorang pengurus rumah tangga cilik.

Ketika makan, ada satu kejadian tak terduga. Dua orang anak lelaki teman kami, satunya si jenius matematika, satunya lagi ahli bahasa Inggris berebut sebuah kue. Tiada seorang pun yang mau melep***annya, juga tidak mau saling membaginya. Para orang tua membujuk mereka, namun tak berhasil. Terakhir anak kamilah yang berhasil melerainya dengan merayu mereka untuk berdamai.

Ketika p**ang, jalanan macet. Anak-anak mulai terlihat gelisah. Anakku membuat guyonan dan terus membuat orang-orang semobil tertawa tanpa henti. Tangannya juga tidak pernah berhenti, dia mengguntingkan berbagai bentuk binatang kecil dari kotak bekas tempat makanan. Sampai ketika turun dari mobil bus, setiap orang mendapatkan guntingan kertas hewan shio-nya masing-masing. Mereka terlihat begitu gembira.

Selepas ujian semester, aku menerima telpon dari wali kelas anakku. Pertama-tama mendapatkan kabar kalau rangking sekolah anakku tetap 23. Namun dia mengatakan ada satu hal aneh yang terjadi. Hal yang pertama kali ditemukannya selama lebih dari 30 tahun mengajar. Dalam ujian bahasa ada sebuah soal tambahan, yaitu SIAPA TEMAN SEKELAS YANG PALING KAMU KAGUMI & APA ALASANNYA.

Semua teman sekelasnya menuliskan nama : ANAKKU!

Mereka bilang karena anakku sangat senang membantu orang, selalu memberi semangat, selalu menghibur, selalu enak diajak berteman, dan banyak lagi.

Si wali kelas memberi pujian: “Anak ibu ini kalau bertingkah laku terhadap orang, benar-benar nomor satu”.

Saya bercanda pada anakku, “Suatu saat kamu akan jadi pahlawan”. Anakku yang sedang merajut selendang leher tiba2 menjawab “Bu guru pernah mengatakan sebuah pepatah, ketika pahlawan lewat, harus ada orang yang bertepuk tangan di tepi jalan.”

“IBU, …..AKU TIDAK MAU JADI PAHLAWAN, …. AKU MAU JADI ORANG YANG BERTEPUK TANGAN DI TEPI JALAN.”

Aku terkejut mendengarnya. Dalam hatiku pun terasa hangat seketika. Seketika hatiku tergugah oleh anak perempuanku. Di dunia ini banyak orang yang bercita-cita ingin menjadi seorang pahlawan. Namun Anakku memilih untuk menjadi orang yang tidak terlihat. Seperti akar sebuah tanaman, tidak terlihat, tapi ialah yang mengokohkan.

Jika ia bisa sehat, jika ia bisa hidup dengan bahagia, jika tidak ada rasa bersalah dalam hatinya, MENGAPA ANAK2 KITA TIDAK BOLEH MENJADI SEORANG BIASA YANG BERHATI BAIK & JUJUR?

Kiriman dari Sahabat Deni Setia

By : aryginanjar.com

18/04/2013

Kadang terjadi kebiasaan, di mana ayah membincangkan kekurangan/keburukan ibu dan ibupun membincangkan kekurangan ayah di depan anak. Jika kita pikir, anak akan menjadi hormat pada salah satunya dengan tindakan itu, yang sering terjadi justru ia akan kehilangan rasa respek pada kedua orang tuanya pada saat orang tua justru membutuhkan respek itu untuk membimbing anak-anaknya.

06/02/2013

Di Balik Kesuksesan dan Kebahagiaan Hidup Pria dan Wanita

“The family is one of nature’s masterpieces. – Keluarga merupakan salah satu kekayaan alamiah.”
George Santayana

Ada cinta, perhatian, dan penghargaan di balik kesuksesan dan kebahagiaan pria dan wanita. Tak heran jika sampai ada pepatah mengatakan bahwa di belakang seorang pria hebat pasti ada seorang wanita yang hebat. Begitupun sebaliknya, karena wanita dan pria diciptakan untuk saling melengkapi.

Contohnya dalam kehidupan Barack Husein Obama, presiden AS terpilih ke-44. Tak hanya satu tetapi 3 wanita yang berperan besar terhadap kehidupan pria yang sedang hangat dibicarakan dunia akhir-akhir ini karena begitu diharapkan mampu menyelesaikan masalah-masalah peperangan, inflasi, krisis keuangan global dan menorehkan sejarah baru di AS maupun dunia. Ibu, nenek, dan istrinya sangat berpengaruh terhadap sikap, pola pikir, hingga proses ia terpilih menjadi presiden pada tanggal 5 Oktober 2008 lalu.

Barack Husein Obama adalah putra Ann Dunham, seorang wanita asal Wichita, Kansas. Ibunya dikenal pandai bergaul dan mengedepankan pendidikan putra-putrinya. Oleh sebab itu, pada tahun 1972 ia membawa Obama kembali ke Honolulu-Hawaii untuk belajar dan diasuh neneknya. Obama dianggap mewarisi kepintaran ibunya dalam bergaul dan berbahasa.

Madelyn Dunham adalah wanita yang banyak mempengaruhi pola pikir dan sikap Obama. Wanita tersebut sangat realitis, disiplin, dan hanya berbicara seperlunya. Sikap dan pola pikir Obama pun terbentuk tak jauh berbeda dengan perilaku neneknya itu.

Sedangkan Michelle Robinson adalah wanita yang dinikahi Obama pada tanggal 3 Oktober 1992. Wanita yang mendapat Juris Doctor (J.D) degree dari Sekolah Hukum Harvard dan B.A cm laude di Princenton University tahun 1985 itu sangat besar perhatiannya terhadap keluarga terutama terhadap pendidikan kedua putrinya dan karier Obama. Ia adalah motivator yang andal bagi Obama terlebih selama masa kampanye pemilihan presiden AS.

Sejak bulan Mei 2007, wanita kelahiran Chicago 17 Januari 1964 itu makin intensif mendampingi suaminya berkampanye. Bahkan pada bulan Februari, dalam 8 hari Michelle menghadiri 33 acara dan 2 kali tampil dalam acara Oprah Winfrey Show. Michelle dianggap sebagai figur publik yang kharismatik. Setiap pidatonya, terutama pada malam konvensi tanggal 25 Agustus 2008, telah berhasil memikat hati publik. Obama sangat beruntung memiliki istri, ibu dan nenek yang sangat membantu meraih keberhasilannya.
Begitulah wanita memiliki kekuatan sekaligus kelembutan sehingga mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan kita. Tuhan menjadikan wanita mahkluk verbal, yang dapat menyebabkan orang lain merasa nyaman dan bahagia, tetapi juga dapat menyebabkan frustrasi dan stres. Begitupun seorang pria, ia juga berperan besar memberikan efek positif ataupun negatif.

Masing-masing individu, pria atau wanita sama-sama berperan penting sebagai agen perubahan positif, dengan syarat harus ada nilai-nilai penghargaan, perhatian, dan cinta yang terpelihara di antara keduanya. Wanita memerlukan cinta, perhatian dan penghargaan seperti membutuhkan udara untuk bernafas, begitupun laki-laki. Oleh sebab itu perlakukan pasangan dengan cinta, perhatian dan penghargaan yang ia butuhkan, sebab setiap orang diciptakan sama-sama memiliki kekuatan sekaligus harga diri.

Penghargaan meliputi perhatian terhadap apa yang mereka lakukan, membiarkan masing-masing menjadi diri mereka sendiri dan berbeda dari diri Anda. Laki-laki dan perempuan sama-sama ingin dimengerti dan dihargai atas apa yang telah mereka usahakan. Untuk itu berusahalah saling mengikuti harapan atau kebijaksanaan masing-masing. Bertumbuhlah bersama, termasuk dalam hal intelektual.

Sementara itu, laki-laki dan perempuan mempunyai bahasa yang berbeda dalam mengungkapkan cinta, perhatian, dan penghargaan. Dalam banyak hal wanita dan pria juga mempunyai cara yang berbeda dalam mengekspresikan cinta, perhatian, dan penghargaan. Oleh sebab itu buatlah jurnal atau catatan yang dapat mengingatkan Anda untuk menghargai cinta dan perhatian pasangan.

Tentu saja tanpa memberi cinta, perhatian, dan penghargaan terhadap orang lain maka Anda akan kesulitan mendapatkan hal serupa. “Jika ingin mengambil, Anda harus memberi lebih dulu. Inilah awal mula kecerdasan,” kata Lao Tzu (600-531 SM), seorang filsuf China, penemu ajaran Taoisme. Oleh sebab itu jangan segan mengekspresikan cinta, perhatian, dan penghargaan yang tulus terhadap pasangan. Karena Anda juga akan mendapatkan cinta dan penghargaan, yaitu modal maya paling berharga dibalik keberhasilan dan kebahagiaan hidup Anda.

28/01/2013

Ayah dan Burung Gagak

Pada suatu sore seorang ayah bersama anaknya yang baru saja menamatkan pendidikan tinggi duduk berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan suasana di sekitar mereka.
Tiba-tiba seekor burung gagak hinggap di ranting pohon. Si ayah lalu menunjuk ke arah gagak sambil bertanya, “Nak, apakah benda tersebut?”
“Burung gagak,” jawab si anak.
Si ayah mengangguk-angguk, namun beberapa saat kemudian mengulangi lagi pertanyaan yang sama. Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi lalu menjawab dengan sedikit keras.
“Itu burung gagak ayah!”

Tetapi sejenak kemudian si ayah bertanya lagi pertanyaan yang sama. Si anak merasa agak marah dengan pertanyaan yang sama dan diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih keras, “BURUNG GAGAK!!”
Si ayah terdiam seketika. Namun tidak lama kemudian sekali lagi mengajukan pertanyaan yang sama sehingga membuatkan si anak kehilangan kesabaran dan menjawab dengan nada yang ogah-ogahan menjawab pertanyaan si ayah, “Gagak ayah.......”.
Tetapi kembali mengejutkan si anak, beberapa saat kemudian si ayah sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanyakan pertanyaan yang sama. Dan kali ini si anak benar-benar kehilangan kesabaran dan menjadi marah.

“Ayah!!! saya tidak mengerti ayah mengerti atau tidak. Tapi sudah lima kali ayah menanyakan pertanyaan tersebut dan sayapun sudah memberikan jawabannya. Apakah yang ayah ingin saya katakan???? Itu burung gagak, burung gagak ayah.....”, kata si anak dengan nada yang begitu marah.

Si ayah kemudian bangkit menuju ke dalam rumah meninggalkan si anak yang terheran-heran. Sebentar kemudian si ayah keluar lagi dengan membawa sesuatu di tangannya. Dia mengulurkan benda itu kepada anaknya yang masih marah dan bertanya-tanya. Ternyata benda tersebut sebuah diari lama.
“Coba kau baca apa yang pernah ayah tulis di dalam buku diary itu”, pinta si ayah.
Si anak taat dan membaca bagian yang berikut..........
“Hari ini aku di halaman bersama anakku yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba seekor gagak hinggap di pohon. Anakku terus menunjuk ke arah gagak dan bertanya, “Ayah, apakah itu?”.

Dan aku menjawab, “Burung gagak”.

Walau bagaimana pun, anak ku terus bertanya pertanyaan yang sama dan setiap kali aku menjawab dengan jawaban yang sama. Sampai 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi rasa cinta dan sayang aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya. Aku berharap bahwa hal tersebut menjadi suatu pendidikan yang berharga.”

Setelah selesai membaca bagian tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah si ayah yang kelihatan sayu.
Si ayah dengan perlahan bersuara, “ Hari ini ayah baru menanyakan kepadamu pertanyaan yang sama sebanyak lima kali, dan kau telah kehilangan kesabaran dan marah.”

Salah satu hikmah dari kisah inspirasi diatas, adalah
“Kesabaran itu sesungguhnya milik seorang ayah. Tanpa mau dilihat, ia ingin berbuat”

KISAH di Olimpiade Barcelona, 1992Enam puluh lima ribu pasang mata hadir di stadion itu. Semua hendak menyaksikan event ...
26/01/2013

KISAH di Olimpiade Barcelona, 1992

Enam puluh lima ribu pasang mata hadir di stadion itu. Semua hendak menyaksikan event atletik besar di ajang olahraga terbesar seplanet bumi.


Nama lelaki itu Derek Redmond, seorang atlet pelari olimpiade asal Inggris. Impian terbesarnya ialah mendapatkan sebuah medali olimpiade, -apapun medalinya-. Derek sebenarnya sudah ikut di ajang olimpiade sebelumnya, tahun 1988 di Korea. Namun sayang beberapa saat sebelum bertanding, ia cedera sehingga tak bisa ikut berlomba. Mau tak mau, olimpiade ini, adalah kesempatan terbaiknya untuk mewujudkan mimpinya. Ini adalah hari pembuktiannya, untuk mendapatkan medali di nomor lari 400 meter. Karena ia dan ayahnya sudah berlatih sangat keras untuk ini.

Suara pistol menanda dimulainya perlombaan. Latihan keras yang dijalani Derek Redmond, membuatnya segera unggul melampaui lawan-lawannya. Dengan cepat ia sudah memimpin hingga meter ke 225. Berarti kurang 175 meter lagi. Ya, kurang sebentar lagi ia kan mendapatkan medali yang diimpikannya selama ini.
Namun tak ada yang menyangka ketika justru di performa puncaknya, ketika ia sedang memimpin perlombaan tersembut, tiba-tiba ia didera cedera. Secara tiba-tiba di meter ke 225 tersebut, timbul rasa sakit luar biasa di kaki kanannya. Saking sakitnya, seolah kaki tersebut telah ditembak sebuah peluru. Dan seperti orang yang ditembak kakinya, Derek Redmond pun menjadi pincang. Yang ia lakukan hanya melompat-lompat kecil bertumpu pada kaki kirinya, melambat, lalu rebah di tanah. Sakit di kakinya telah menjatuhkannya.

Derek sadar, impiannya memperoleh medali di Olimpiade ini pupus sudah.
Melihat anaknya dalam masalah, Ayahnya yang berada di atas tribun, tanpa berpikir panjang ia segera berlari ke bawah tribun. Tak peduli ia menabrak dan menginjak sekian banyak orang. Baginya yang terpenting adalah ia harus segera menolong anaknya.

Di tanah, Derek Redmond menyadari bahwa impiannya memenangkan olimpiade pupus sudah. Ini sudah kedua kalinya ia berlomba lari di Olimpiade, dan semuanya gagal karena cidera kakinya. Namun jiwanya bukan jiwa yang mudah menyerah. Ketika tim medis mendatanginya dengan membawa tandu, ia berkata, “Aku tak akan naik tandu itu, bagaimanapun juga aku harus menyelesaikan perlombaan ini”, katanya.

Maka Derek pun dengan perlahan mengangkat kakinya sendiri. Dengan sangat perlahan p**a, sambil menahan rasa sakit dikakinya, ia berjalan tertatih dengan sangat lambat. Tim medis mengira bahwa Derek ingin berjalan sendiri ke tepi lapangan, namun mereka salah. Derek ingin menuju ke garis finish.

Di saat yang sama p**a Jim, Ayah Derek sudah sampai di tribun bawah. Ia segera melompati pagar lalu berlari melewati para penjaga menuju Anaknya yang berjalan menyelesaikan perlombaan dengan tertatih kesakitan. Kepada para penjaga ia hanya berkata, “Itu anakku, dan aku akan menolongnya!”

Akhirnya, kurang 120 meter dari garis finish, sang Ayah pun sampai juga di Derek yang menolak menyerah. Derek masih berjalan pincang tertatih dengan sangat yakin. Sang Ayah pun merangkul dan memapah Derek. Ia kalungkan lengan anaknya tersebut ke bahunya.

“Aku disini Nak”, katanya lembut sambil memeluk Anaknya, “dan kita akan menyelesaikan perlombaan ini bersama-sama.

Ayah dan anak tersebut, dengan saling berangkulan, akhirnya sampai di garis finish. Beberapa langkah dari garis finish, Sang Ayah, Jim, melep***an rangkulannya dari anaknya agar Derek dapat melewati garis finish tersebut seorang diri. Lalu kemudian, barulah ia merangkul anaknya lagi.

Enam puluh lima ribu pasang mata menyaksikan mereka, menyemangati mereka, bersorak bertepuktangan, dan sebagian menangis. Scene Ayah dan anak itu kini seolah lebih penting daripada siapa pemenang lomba lari.

Derek Redmond tak mendapat medali, bahkan ia didiskualifikasi dari perlombaan. Namun lihatlah komentar Ayahnya.

“Aku adalah ayah yang paling bangga sedunia!, Aku lebih bangga kepadanya sekarang daripada jika ia mendapatkan medali emas.”

Dua tahun p***a perlombaan lari tersebut, dokter bedah mengatakan kepada Derek bahwa Derek tak akan lagi dapat mewakili negaranya dalam perlombaan olahraga.

Namun tahukah kalian apa yang terjadi?

Lagi-lagi, dengan dorongan dari Ayahnya, Derek pun akhirnya mengalihkan perhatiannya. Dia pun menekuni dunia basket, dan akhirnya menjadi bagian dari timnas basket Inggris Raya. Dikiriminya foto dirinya bersama tim basket ke dokter yang dulu memvonisnya takkan mewakili negara dalam perlombaan olahraga.

Jika kasih ibu, adalah melindungi kita dari kelamnya dunia, maka kasih sayang seorang Ayah adalah mendorong kita untuk menguasai dunia itu. Seorang Ayah akan senantiasa mendukung, memotivasi, men-support, dan membersamai kita dalam kondisi apapun. Ayah p**alah yang akan meneriakkan kita untuk bangkit, lalu memapah kita hingga ke garis finish. Karena mereka tak ingin kita menyerah pada keadaan, sebagaimana yang ia contohkan.

22/01/2013

Pentingnya Menjaga Keharmonisan dalam Keluarga

"Ingin tahu bagaimana seseorang bisa menjadi sukses atau gagal, lihatlah suasana keharmonisan dalam keluarga di rumahnya". Ini bukan sebuah ungkapan semu. Tapi, memang bisa dikatakan bahwa kebaikan yang dibawa dari rumah (orangtua yang perhatian kepada anak-anaknya, anak-anak yang memberikan hormat dan respek pada orangtua, dll) akan menarik banyak kebaikan di segala aspek kehidupan di luar rumah. Cerita berikut, semoga bisa menjadi pembelajaran kepada kita, tentang pentingnya menjaga keharmonisan dalam keluarga, untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan…

Pada zaman dulu, dikenal seorang hakim sebuah daerah kecil di pinggir kerajaan yang sangat adil. Dalam memutuskan sebuah perkara, hampir bisa dipastikan, tak ada satu orang pun yang tak puas oleh ketokan palunya. Bahkan, untuk kasus-kasus yang terkenal rumit, ia bisa memutus tanpa mengurangi hak orang yang tertimpa kasus, baik yang menang ataupun yang dihukum.

Mendengar kebijaksanaan dan ketegasan sang hakim, raja di pusat kerajaan pun penasaran. Ia ingin menguji apakah berita tersebut benar adanya. Maka, tanpa diketahui banyak orang, ia menyuruh dua orang kepercayaannya untuk mendatangi sang hakim, guna mengadukan sebuah masalah.

Di sebuah sidang, salah satu orang kepercayaan raja tersebut mengadu bahwa orang satunya telah mencuri sesuatu darinya. “Wahai hakim, orang ini sudah mencuri dari hamba. Ia harus dihukum,” adunya.

“Apa benda yang dicuri darimu?” tanya hakim.
“Ia sudah ikut menikmati lezatnya makanan hamba,” serunya.

Orang satunya pun mengelak. “Tidak Paduka hakim. Saya tidak mencuri. Saya hanya ikut menikmati bau wangi dari asap bakaran hewan buruan yang ia bakar. Memang, baunya sangat wangi sehingga saya tak tahan untuk tidak menikmati bau tersebut.”

“Nah, terbukti bukan? Ia sudah mencuri apa yang tidak dimilikinya. Ia harus dihukum Paduka.”

Sang hakim tampak tersenyum mendengar kasus unik itu. Ia pun lantas berpikir sejenak. Namun, tak lama kemudian, sang hakim seperti sudah menemukan titik terang. Ia pun bertanya. “Wahai orang yang merasa tercuri kelezatan makanan, orang ini memang bersalah. Apa yang kau tuntut darinya?”

“Saya ingin ia didenda. Ia harus membayar untuk pencurian yang dilakukannya.”
“Baiklah,” seru sang hakim. “Karena itu, aku putuskan kamu yang mencuri bau wangi kelezatan makanan orang lain tanpa seizin pemiliknya harus didenda.”

“Tapi Paduka. Saya hanya menikmati baunya saja. Saya tidak mencuri apa pun. Lagip**a asap itu juga terbuang sia-sia,” bela orang yang jadi terdakwa.

Sang hakim tampak tersenyum. “Kamu memang bersalah karena ikut menikmati kelezatan makanan, meski hanya dari asap yang tercium. Karena itu, aku akan menghukum kamu dengan sejumlah denda. Sekarang, keluarkan uang receh yang kamu miliki untuk membayar kerugian dirinya.”

Meski tampak kesal, karena masih merasa tak bersalah, di depan hakim orang itu pun terpaksa mengeluarkan sejumlah uang receh yang dimilikinya. Sang hakim lantas bertanya. “Wahai orang yang merasa tercuri kelezatan makanan, apakah uang sejumlah yang dikeluarkan orang tersebut cukup untuk membayar kerugianmu?”

“Cukup paduka,” jawab orang itu senang.
“Nah, kalau cukup. Sekarang tolong ambilkan mangkuk. Lantas, wahai orang yang mencuri, jatuhkanlah uang receh itu ke dalam mangkuk.”

“Cring… cring… cring…” suara uang receh koin perak itu pun terdengar nyaring di ruang pengadilan.
“Apakah kamu mendengar uang receh itu terjatuh di mangkuk?” tanya hakim pada orang yang meminta ganti rugi.

“Iya Paduka,” akunya.
“Nah, karena kamu tadi menjawab uang tersebut cukup untuk membayar kerugianmu, berarti suara gemerincing uang koin tadi sudah sah untuk membayar kerugianmu. Sebab, sesungguhnya, si orang tadi tak hendak mencuri darimu. Bahkan, kamu sendiri sebenarnya pasti juga tak merasa tercuri karena tak ada barang yang hilang darimu kecuali apa yang kamu sebut kelezatan dari asap yang ditimbulkan. Karena itu, demi keadilan, aku pun menjatuhkan denda kepada orang ini untuk memperdengarkan gemerincing uang yang sepadan dengan asap yang juga kamu buang,” terang sang hakim.

Mendengar itu semua, sebuah tepukan tangan muncul dari dalam ruangan sidang. Seorang yang dari tadi memperhatikan pengadilan itu—yang ternyata adalah raja yang menyamar—menyadari betapa memang sang hakim sangat mengerti nilai keadilan yang sesungguhnya. Sang Raja pun membuka penyamarannya dan menyapa sang hakim. “Wahai hakim yang sangat bijak, dari mana nilai kebijaksanaan yang kamu miliki. Sungguh beruntung negeri ini jika semua hakim bisa sepertimu.”

Sang hakim yang tak mengira semua itu hanyalah sebuah ujian itu pun menjawab. “Ampun Baginda. Saya belajar itu semua dari keluarga hamba. Sedari kecil, hamba dididik untuk tak membeda-bedakan siapa pun. Nilai kejujuran dan keadilan selalu di atas segalanya. Dan, setelah berkeluarga pun, hingga saat ini saya selalu dan akan tetap menjadikan keluarga sebagai bagian dari tugas ini. Hamba tak ingin memberi nafkah keluarga dari hal yang tak benar. Karena itu, sebisa mungkin, hamba akan mencari titik paling benar, adil, dan memuaskan semua pihak dalam setiap perkara. Bagi saya, keluarga adalah segalanya, sehingga apa pun yang saya lakukan di meja pengadilan ini, harus memikirkan bagaimana keluarga di rumah, bagaimana saya sebagai orangtua bisa menjadi teladan anak yang baik untuk kehidupan.”

Begitulah, kisah hakim yang adil ini ternyata berpangkal pada keharmonisan keluarga. Ibarat sebuah pancaran energi, aura positif yang berasal dari keluarga akan memberikan pencerahan—dalam berbagai profesi, bukan hanya hakim—sehingga setiap yang dilakukan dapat membawa kebaikan.

Mari, jaga hubungan baik dalam keluarga. Jadikan keluarga sebagai “tempat kembali” yang paling nyaman, menyenangkan, dan membahagiakan. Sehingga, apa pun profesi yang kita jalankan, selalu memiliki nilai keindahan yang membawa kesejahteraan dan keberkahan..(ka' Je)

18/01/2013

Keseimbangan Hidup

Dikisahkan, suatu hari ada seorang anak muda yang tengah menanjak karirnya tapi merasa hidupnya tidak bahagia. Istrinya sering mengomel karena merasa keluarga tidak lagi mendapat waktu dan perhatian yang cukup dari si suami. Orang tua dan keluarga besar, bahkan menganggapnya sombong dan tidak lagi peduli kepada keluarga besar. Tuntutan pekerjaan membuatnya kehilangan waktu untuk keluarga, teman-teman lama, bahkan saat merenung bagi dirinya sendiri.
Hingga suatu hari, karena ada masalah, si pemuda harus mendatangi salah seorang petinggi perusahaan di rumahnya. Setibanya di sana, dia sempat terpukau saat melewati taman yang tertata rapi dan begitu indah.

"Hai anak muda. Tunggulah di dalam. Masih ada beberapa hal yang harus Bapak selesaikan," seru tuan rumah. Bukannya masuk, si pemuda menghampiri dan bertanya, "Maaf, Pak. Bagaimana Bapak bisa merawat taman yang begitu indah sambil tetap bekerja dan bisa membuat keputusan-keputusan hebat di perusahaan kita?"

Tanpa mengalihkan perhatian dari pekerjaan yang sedang dikerjakan, si bapak menjawab ramah, "Anak muda, mau lihat keindahan yang lain? Kamu boleh kelilingi rumah ini. Tetapi, sambil berkeliling, bawalah mangkok susu ini. Jangan tumpah ya. Setelah itu kembalilah kemari".

Dengan sedikit heran, namun senang hati, diikutinya perintah itu. Tak lama kemudian, dia kembali dengan lega karena mangkok susu tidak tumpah sedikit pun. Si bapak bertanya, "Anak muda. Kamu sudah lihat koleksi batu-batuanku? Atau bertemu dengan burung kesayanganku?"

Sambil tersipu malu, si pemuda menjawab, "Maaf Pak, saya belum melihat apa pun karena konsentrasi saya pada mangkok susu ini. Baiklah, saya akan pergi melihatnya."

Saat kembali lagi dari mengelilingi rumah, dengan nada gembira dan kagum dia berkata, "Rumah Bapak sungguh indah sekali, asri, dan nyaman." tanpa diminta, dia menceritakan apa saja yang telah dilihatnya. Si Bapak mendengar sambil tersenyum puas sambil mata tuanya melirik susu di dalam mangkok yang hampir habis.
Menyadari lirikan si bapak ke arah mangkoknya, si pemuda berkata, "Maaf Pak, keasyikan menikmati indahnya rumah Bapak, susunya tumpah semua".

"Hahaha! Anak muda. Apa yang kita pelajari hari ini? Jika susu di mangkok itu utuh, maka rumahku yang indah tidak tampak olehmu. Jika rumahku terlihat indah di matamu, maka susunya tumpah semua. Sama seperti itulah kehidupan, harus seimbang. Seimbang menjaga agar susu tidak tumpah sekaligus rumah ini juga indah di matamu. Seimbang membagi waktu untuk pekerjaan dan keluarga. Semua kembali ke kita, bagaimana membagi dan memanfaatkannya. Jika kita mampu menyeimbangkan dengan bijak, maka pasti kehidupan kita akan harmonis".

Seketika itu si pemuda tersenyum gembira, "Terima kasih, Pak. Tidak diduga saya telah menemukan jawaban kegelisahan saya selama ini. Sekarang saya tahu, kenapa orang-orang menjuluki Bapak sebagai orang yang bijak dan baik hati".

17/01/2013

Agatha Christie (1890 - 1976): Belajarnya Cuma di Rumah

Agatha Christie adalah penulis asal Inggris yang dikenal sebagai Master of The Mystery Novel atau Queen of Crime. Novel bergenre misterinya begitu terkenal ke seluruh dunia. Ia menulis 80-an novel. Sebanyak 30-an novelnya sudah diadaptasi ke dalam film.

Di manakah ia belajar hingga menjadi penulis yang begitu produktif? Ternyata Agatha hanya belajar di rumah. Sebenarnya di keluarganya, ia punya dua kakak yang kebetulan mendapat kesempatan sekolah formal. Sedangkan untuk Agatha, ibunya memilih untuk mengajari sendiri di rumah. Saat usia putrinya menginjak 8 tahun, sang ibu baru mendatangkan tutor ke rumah.

Ketika Perang Dunia I bergolak, Agatha bekerja menjadi perawat. Saat itu usianya baru belasan. Kemudian ia bekerja di apotek rumah sakit yang banyak mengilhami cerita soal racun dalam novel-novelnya di kemudian hari.

Novel pertamanya lahir setelah kakaknya, Madge, memberinya tantangan, apakah ia bisa menulis novel. Tantangan itu ia jawab dengan novel pertamanya berjudul "The Mysterious Affair at Styles" (Misteri di Styles). Dari sanalah ia meniti karier sebagai novelis.

16/01/2013

saat-saat berat, saat-saat penat, saat-saat berkeringat, saya justru bersyukur, inilah masa di mana saya akan jadi insan luar biasa yang bisa menjadi hebat.

16/01/2013

Kekuatan Afirmasi

Jauh sebelum saya menjadi seperti saat ini, sebagaimana kebiasaan atau adat orangtua, mereka selalu membawa anaknya kepada tukang ramal. Konon, hal ini dilakukan agar apa yang kurang baik, bisa segera diantisipasi. Sedangkan yang baik-baik, bisa segera diwujudkan. Sayangnya, tidak semua perkataan tukang ramal menjadi hal yang positif jika dilakukan. Saat itu, saya ditanyai mulai dari shio, kelahiran, hingga beragam latar belakang lainnya. Lalu peramal itu menyebut, saya terlahir bakal susah. Dengan shio kuda yang saya miliki, saya “terbelenggu” bakal kerja keras seumur hidup. Intinya, nyaris tak ada yang baik tentang saya saat itu.

Beruntung, saya hidup dalam tradisi Tiongkok yang penuh dengan kisah inspiratif. Selain itu, budaya Jawa yang juga ada di sekeliling rumah tinggal saya pun cukup melekat kuat. Beberapa filosofi “penguat” kehidupan sering saya dengar dari penuturan orangtua atau orang sekeliling. Ayah saya pernah berkata: “Selama gunung masih menghijau, jangan takut kehabisan kayu bakar.” Beliau menegaskan, bahwa selama mau bekerja keras, mau mencari, selalu ada peluang untuk mengubah kehidupan menjadi lebih baik. Sementara, dari filosofi Jawa, saya sering mendengar pepatah: jer basuki mawa beya, yang berarti bahwa semua hal yang ingin dicapai ada harganya, yakni, dengan kerja keras.

Dengan latar belakang itulah, saya seolah tak terpengaruh ucapan sang peramal. Bagi saya, di kemudian hari ketika sudah makin dewasa, ucapan pesimis justru menjadi cambuk. Saya ingin membuktikan, bahwa saya bukan seperti yang diucapkan. Karena saya adalah seseorang yang terlahir punya potensi.

Ketika kemudian berhasil mengubah nasib, saya memiliki sebuah ungkapan: “Tak mengapa 1000 orang meragukan saya. Namun jika diri sendiri yang meragukan, itu baru bencana!” Tentu, ungkapan itu muncul tidak dengan sendirinya. Semua melalui proses. Salah satunya, adalah proses bagaimana meyakinkan diri sendiri, proses “menaklukkan” diri sendiri. Sebab, saya yakin semua orang pasti pernah mendengar “anjuran” untuk mundur, takut, ciut, atau bahkan lari dari masalah, baik dari orang lain dari dalam pikiran kita sendiri.

Untuk itu, kita butuh penguat. Di sinilah, kekuatan afirmasi menjadi salah satu kunci utama ketika saya berjuang. Kekuatan afirmasi menjadi salah satu hal yang mendorong diri untuk terus berjalan mewujudkan impian.

Apa itu afirmasi? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, afirmasi berarti penetapan yang positif, penegasan, dan peneguhan; atau pernyataan yang sungguh-sungguh. Kesungguhan ini salah satunya bisa dilakukan dengan mengulang-ulang pernyataan yang menguatkan tadi. Misalnya “saya bisa, saya bisa”, “saya mampu, saya mampu”. Sepertinya sederhana. Tapi, afirmasi akan memunculkan kekuatan yang luar biasa.

Kuncinya adalah menyimpan kondisi yang kita inginkan dalam pikiran. Kita lalu mengukuhkan kondisi itu seolah telah menjadi kenyataan. Ulangi terus afirmasi ini hingga meresap dalam diri kita, ke pikiran bawah sadar kita. Cara ini secara perlahan akan mengubah diri kita. Setiap ekspresi yang kita pancarkan dari dalam diri melalui perkataan dan tindakan, serta gerak tubuh adalah sesuai dengan kondisi yang kita inginkan. Hal ini nantinya akan memengaruhi lingkungan sekitar kita dan akhirnya lingkungan kita juga akan memancarkan kembali kondisi yang sesuai dengan kita inginkan.

Saran saya: miliki pikiran-pikiran positif saja. Nah, pikiran buruk tentunya tidak bisa kita cegah untuk masuk ke dalam benak kita. Namun, kita bisa segera menggantikan pikiran buruk itu dengan pikiran lain sesuai yang kita inginkan. Inilah saatnya kekuatan sebuah afirmasi mulai bekerja.

Dan tentu, semua itu tak akan jadi kekuatan jika kita hanya ”membiarkan” pada ranah berpikir saja. Yang pasti, tindakan demi tindakan harus terus kita lakukan. Selain itu agar maksimal, kita harus terlebih dulu memberi sebelum kita menerima apa yang kita inginkan. Misal, jika kita ingin merasakan cinta kasih, kita harus terlebih dulu menyebarkan cinta kasih kepada lingkungan kita. Jika kita ingin memiliki suatu keahlian tertentu, kita juga harus bersedia memberikan waktu dan tenaga untuk mempelajari keahlian itu secara tekun hingga akhirnya keahlian itu bisa kita kuasai dengan baik.

Mari, kita afirmasikan semua impian dan segera landasi dengan tindakan-tindakan positif. Niscaya, banyak jalan sukses akan terbuka untuk kita wujudkan.

Salam sukses

Address

Valencia Residance A 24 (Ruko Prayudan)
Magelang
56116

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when ANAK JENIUS INDONESIA MAGELANG posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share

Share on Facebook Share on Twitter Share on LinkedIn
Share on Pinterest Share on Reddit Share via Email
Share on WhatsApp Share on Instagram Share on Telegram