10/02/2024
"Ini adalah pesan dari sahabatmu, sesama pejalan kehidupan. Karena kita hanyalah serpihan kecil dari benih kemuliaan semesta yang sedang mengalami hidup sebagai manusia"
Alkisah :
Palkon, seorang pria yang dahulu dikala masa mudanya penuh gairah pada kehidupan, kini perasaannya sangat semrawutan
Dia sadar bahwa kini senyumnya tak lagi setulus dahulu. Kemana pun ia pergi kepala dan batinnya senantiasa dipenuhi oleh gemuruh yang berdengung bagai kawanan lebah
Dia hanya menduga, bahwa ini wajar karena kini tanggungjawabnya semakin banyak. Kedewasaan membuat tekanan hidupnya bertambah.
Dia mulai menyimpulkan kondisi dirinya dengan berbagai informasi yang didapatkannya dari Internet
Apapun sebutan akademiknya, dia yakin bahwa dia menderita, semacam ketidakstabilan mental. Sekilas pemikiran, mendadak muncul dalam benaknya.
"Kebetulan macam apa ini? Kenapa sekarang kekacauan mental macam begini terjadi pada banyak orang? Apa penyebabnya? Oh mungkin penyebab lingkungan atau kami butuh suasana baru" duganya, singkat cerita dia pindah tempat kerja
3 hari berada di lingkungan baru, kemelut batin dan keamburadulan pikirannya, kembali. Bahkan semakin kusut.
Dia mencoba beragam therapi pikiran, meditasi, ke diskotik, liburan kesana kemari, mabuk-mabukan, bahkan sempat terbesit untuk bunuh diri. Tapi untunglah dia masih ingat anak istri.
"Persisnya kutukan apa ini?"
Si Palkon tak tahan lagi dengan situasi dalam kepala dan jantungnya yang makin pengap. Dia coba berkonsultasi, tapi lagi-lagi hasilnya hanya sesaat.
Di saat puncak intelektual di dalam kepalanya mulai menyerah, untuk menganalisa fenomena terkutuk yang melandanya.
Tiba-tiba dia teringat wejangan yang disampaikan oleh seorang kakek tua bangka lusuh yang ditemuinya beberapa tahun silam.
Saat itu mereka berdua lagi duduk bersebelahan, memancing di sebuah sungai. Kakek itu tiba-tiba ngerocos tidak jelas. "Pohon sudah gundul. Polusi makin menjadi-jadi. Habislah kedamaian dalam batin manusia. Kita ini sudah terlampau jauh melepaskan diri dari planet Bumi. Padahal, contoh kecil, reaksi kimiawi dalam badan kita, hanyalah konsekuensi dari serangkaian fenomena alam. Hanyalah konsekuensi cosmos. "
Si Palkon mengejek dalam hati," Asal bicara pasti tidak pernah belajar kimia dari obat dan makanan bos!"." Kau akan lihat beberapa tahun ke depan anak muda". Lanjut kakek, "terlebih saat badai matahari eksis dalam tingkat energi yang paling besar. Manusia bakal kewalahan".
Palkon terperanjat. Sekarang dia mulai memahami pesan yang disampaikan oleh si tua bangka beberapa tahun silam.
Kondisi semacam itu mulai terlukis, di atas permukaan kanvas dunia. Pembunuhan menggunakan senjata tajam secara serempak dan beruntun terjadi dimana-mana. Perceraian, bunuh diri. Kegelisahan batin. Kekusutan mental. Atau gejala lain yang berindikasi kesana.
Palkon merasa terlalu polos, bahkan tolol kalau menganggap ini hanyalah kebetulan. "Benar juga" Palkon merenung. Kekacauan kimiawi dalam diri juga kan mempengaruhi mental.
Misal saja kalau aku duduk di hutan yang teduh, rasanya damai, tenang, sebab udara masih asri. Bayangkan muka mertuaku yang judes saja, aku masih bisa tersenyum.
Tapi kalau di udara perkotaan yang pengap, waduh emosi dan pikiranku jadi susah tenang. Inikah maksud Sang kakek soal 'konsekuensi kosmos'? Akhirnya Palkon membuatkan tekad, dia hendak berjumpa sekali lagi dengan si kakek Kavir.
Setelah menjelajahi belantara dunia, akhirnya Palkon berhasil menemui Kakek tersebut. Palkon kini hidup dengan level kesadaran yang benar-benar baru. Dia kini paham, bahwa menjadi dewasa bukanlah bencana, tapi itulah kodrat kehidupan.
Menjadikan kedewasaan sebagai alasan wajar, ketika mengalami INERSIA, adalah konyol. Menjadi mudah mengantuk dan lelah bukan hanya kewajaran bagi orang dewasa namun dapat menimpa muda mudi juga.
Kata Kakek kepada Palkon, 'menua itu hukum alam. Menua adalah contoh kecil eksisnya hukum perubahan. Tapi coba kita renungkan soal ini : Apakah kita berubah menjadi lebih baik? Atau berubah menjadi lebih buruk? Apakah sistem dalam diri kita ini semakin matang, atau hanya menuju ke pembus**an?
Gampang saja kalau mau tahu, perhatikan keadaan dalam badan sendiri. Kompleks kalau mau dijabarkan. Tapi kita pasti kenal diri sendiri, jujurlah, jangan s**a berlari.
KAVIR!!
Bersulang π·
Inderferium Liviergoz Derisyacto Lasvaha