16/05/2023
Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker dengan angka kasus yang tinggi di Indonesia. Namun, kehadiran penyakit ini sering kali tidak disadari pada awalnya karena minim gejala.
Apa saja tanda Anda mengalami kanker serviks? Lalu, tindakan apa yang harus dilakukan? Simak informasi selengkapnya berikut ini.
Apa itu kanker serviks?
Kanker serviks adalah kanker yang terjadi saat sel-sel pada leher rahim tumbuh secara abnormal dan tak terkendali. Sel abnormal tersebut kemudian berkembang menjadi tumor pada serviks.
Penyakit yang juga dikenal dengan sebutan kanker leher rahim ini terbagi ke dalam dua jenis.
Karsinoma sel skuamosa (squamous cell carcinoma): berawal pada dinding bagian luar leher rahim dan mengarah ke va**na.
Adenokarsinoma: berawal pada sel glandular yang terdapat pada dinding saluran serviks.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kanker leher rahim menempati posisi keempat sebagai jenis kanker yang paling sering menyerang wanita. Umumnya, kasus kanker ini lebih sering ditemui di negara berkembang.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan RI menyebut kanker serviks sebagai jenis kanker yang terbanyak kedua di Indonesia. Setidaknya, ada 40 ribu kasus baru yang terjadi tiap tahun.
Kanker leher rahim dapat menyerang semua kelompok usia. Namun, risiko terkena kanker ini akan semakin meningkat seiring pertambahan usia.
Tanda dan gejala kanker serviks
gejala kanker serviks
Gejala kanker serviks sulit dikenali saat baru memasuki stadium awal dan prakanker. Beberapa pengidap kanker ini biasanya akan merasakan gejala ketika tumor sudah mulai terbentuk.
Berikut gejala kanker leher rahim yang perlu Anda waspadai.
Perdarahan tidak wajar dari va**na, misalnya terjadi perdarahan ketika tidak haid.
Mengalami perdarahan setelah atau saat berhubungan seks, menopause, buang air besar, atau pemeriksaan panggul.
Siklus menstruasi jadi tidak teratur.
Nyeri pada panggul (perut bagian bawah).
Nyeri saat berhubungan seks.
Nyeri pada pinggang (punggung bawah) atau kaki.
Badan lemas dan mudah lelah.
Berat badan menurun, padahal tidak sedang diet.
Kehilangan nafsu makan.
Keputihan yang tidak normal, seperti berbau menyengat atau disertai darah.
Gejala di atas tidak bisa dijadikan satu-satunya penanda bahwa Anda mengidap kanker leher rahim. Untuk memastikan kondisi Anda, lakukan pemeriksaan ke dokter.
Penanganan terhadap gejala kanker harus dilakukan sedini mungkin. Dengan begitu, potensi Anda untuk sembuh juga akan semakin meningkat.
Penyebab kanker serviks
Hampir semua kasus kanker leher rahim disebabkan infeksi human papillomavirus atau HPV. Penularan virus ini sering kali terjadi melalui hubungan seks.
Setidaknya, ada 13 jenis virus HPV yang menjadi penyebab kanker leher rahim. Namun, dua jenis virus yang paling sering menjadi penyebabnya yaitu HPV 16 dan HPV 18.
Dalam tubuh, virus HPV menghasilkan protein E6 dan E7. Kedua protein tersebut menonaktifkan gen tertentu yang berperan dalam menghentikan perkembangan tumor.
Akibatnya, pertumbuhan sel dinding rahim menjadi sangat agresif. Sel-sel ini pun tumbuh menjadi tumor ganas (kanker) yang dapat terus berkembang dan menyebar ke luar serviks.
Faktor risiko kanker serviks
Sejauh ini, penyebab utama kanker serviks ialah infeksi virus HPV. Namun, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya kanker leher rahim.
Berikut beberapa faktor risiko kanker serviks yang perlu diperhatikan.
Perempuan dengan usia lebih dari 40 tahun.
Memiliki anggota keluarga (nenek atau ibu) dengan penyakit serupa.
Sering melakukan perilaku seksual berisiko, seperti tidak menggunakan kondom saat berhubungan seks atau ketika memakai s*x toys.
Kebiasaan merokok (wanita yang merokok berisiko dua kali lebih besar terkena kanker leher rahim).
Pola makan tidak sehat, seperti kurangnya konsumsi buah dan sayur.
Kelebihan berat badan dan obesitas, terutama pada kanker serviks jenis adenokarsinoma.
Penggunaan KB jenis oral lebih dari 5 tahun.
Hamil di bawah usia 17 tahun.
Melahirkan lebih dari sekali, terutama di atas tiga kali.
Menjalani pengobatan yang memengaruhi sistem imun, seperti obat HIV.
Konsumsi obat hormonal untuk mencegah keguguran.
Jika Anda memiliki salah satu atau beberapa faktor risiko di atas, lakukan pemeriksaan rutin pada leher rahim ke dokter. Dengan begitu, deteksi dan pengobatan bisa dilakukan sedini mungkin.
Diagnosis kanker serviks
bahaya pap smear
Beragam tes akan Anda jalani untuk mengetahui ada-tidaknya sel kanker pada leher rahim. Berikut sejumlah tes yang biasa dilakukan dokter dalam diagnosis penyakit ini.
Pap smear: deteksi dini kanker serviks dengan mengumpulkan sampel sel dari leher rahim untuk diteliti lebih lanjut di laboraturium.
Tes IVA: pemeriksaan IVA dilakukan dengan mengusapkan asam asetat dengan konsentrasi 3–5% pada leher rahim.
Biopsi: mengambil sampel jaringan untuk mencari tahu apakah terdapat sel kanker.
Kolposkopi: memasukkan alat seperti mikroskop kecil (kolposkop) ke dalam leher rahim untuk memeriksa kondisi serviks.
Sementara bagi Anda yang telah terdiagnosis memiliki kanker leher rahim, berikut beberapa tes untuk menentukan stadiumnya.
Memeriksa rahim, va**na, rektum, dan saluran kemih apabila terdapat kanker. Prosedur ini dilakukan di bawah pengaruh obat bius.
Tes darah untuk memeriksa kondisi sekitar organ, seperti tulang, darah dan ginjal.
Tes imaging (pemindaian), yaitu dengan CT scan, MRI, sinar X (rontgen), dan PET scan. Tujuan tes untuk mendeteksi tumor dan penyebaran sel kanker (metastasis).
Komplikasi kanker serviks
Komplikasi yang dialami pengidap kanker leher rahim bisa muncul sebagai efek pengobatan. Namun, komplikasi juga bisa terjadi karena kanker sudah berada pada tahapan yang sangat parah.
Berikut beberapa komplikasi kanker serviks yang terjadi akibat efek samping pengobatan.
Menopause dini.
Gangguan pada sistem limfatik (ditandai dengan pembengkakan pada tangan atau kaki).
Gangguan emosional.
Sementara itu, komplikasi yang berpotensi muncul saat tahapan kanker sudah parah antara lain:
gagal ginjal,
penggumpalan darah,
perdarahan, serta
terbentuknya saluran abnormal yang menghubungkan organ-organ tubuh (fistula).
Komplikasi pada masing-masing orang dapat berbeda satu sama lain. Untuk mengurangi risiko keparahan komplikasi, penanganan sejak dini sangat diperlukan.
Fokus
Cara mengobati kanker serviks
Cara mengobati kanker serviks melibatkan serangkaian tindakan. Rumah sakit akan menyiapkan tim ahli yang ditentukan untuk mengatasi tahap awal dan tahap lanjut dari kanker leher rahim.
Berikut metode pengobatan yang umum dilakukan.
1. Operasi
Tindakan ini bertujuan untuk mengangkat bagian serviks yang terinfeksi kanker. Berikut beberapa jenis tindakan operasi untuk mengatasi kanker leher rahim.
Radical trachelectomy: pengangkatan sebagian besar jaringan serviks dan bagian atas va**na, sedangkan rahim tetap pada tempatnya.
Histerektomi total: dilakukan dengan mengangkat serviks dan rahim, tergantung pada stadium kanker. Dalam beberapa kasus, histerektomi diperlukan untuk mengangkat indung telur dan tuba falopi.
Pelvic exenteration: operasi besar untuk mengangkat serviks, va**na, rahim, kemih, indung telur, tuba falopi, dan rektum.
2. Radioterapi
Radioterapi merupakan cara mengobati kanker leher rahim dengan menggunakan sinar X berenergi tinggi. Tujuan pengobatan ini yaitu membunuh sel kanker pada leher rahim.
Terapi radiasi bisa dilakukan secara tunggal atau digabungkan dengan penggunaan obat-obatan. Pengobatan ini juga terkadang dikombinasikan dengan kemoterapi saat kanker sudah parah.
Perawatan untuk Mengatasi 5 Efek Samping dari Radioterapi
PENYAKIT KANKER
Perawatan untuk Mengatasi 5 Efek Samping dari Radioterapi
Foto Penulis
badge
Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.• 04/08/2021
3. Kemoterapi
Kemoterapi dapat dilakukan sebagai pengobatan tunggal atau digabung dengan radioterapi. Metode ini sering digunakan untuk mencegah pertumbuhan kanker.
Kemoterapi dilakukan dengan memasukkan obat ke dalam tubuh untuk membunuh sel kanker. Selain itu, penggunaannya juga bertujuan untuk mencegah kanker menyebar ke seluruh tubuh.
Beberapa efek samping mungkin muncul selama masa pemulihan dari kanker serviks. Anda mungkin mengalami menopause dini, penyempitan pada va**na, atau limfedema.
Tips mencegah kanker serviks
vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks
Pola hidup sehat dapat membantu mengurangi risiko kanker leher rahim. Berikut perubahan gaya hidup yang dapat membantu mencegah kanker serviks.
Tes Pap smear berkala untuk menemukan perubahan pada sel serviks atau mendeteksi HPV di dalam serviks.
Jika berusia di bawah 26 tahun, pastikan Anda telah mendapat vaksin HPV.
Hindari perilaku seks berisiko.
Menerapkan pola makan yang baik dengan mengonsumsi makanan pencegah kanker serviks.
Rutin berolahraga.
thumbnail
Pernah alami gangguan menstruasi?
2.4k Postingan
27k Anggota
Gabung bersama Komunitas Kesehatan Wanita dan dapatkan berbagai tips menarik di sini.
Umum
Vaginismus
PCOS
Fibroid Rahim
Gangguan Hormon
Vaginitis
Radang Panggul
Menopause
Menstruasi
Tanya Dokter
Selamat Pemenang "Happy Women's Day: Bagaimana Caramu Mencintai Diri Sendiri?"
Hesti
·
5 hari yang lalu
Pemenang edisi , Bagaimana Caramu Mencintai Diri Sendiri?
Selamat 🥳🥳🥳 🥳 , Uci Falazheury Rahmawati, , dan Nurul Hanani . Pemenang akan mendapatkan Saldo Gopay masing-masing Rp. 50 ribu.
Cek email untuk mengonfirmasi nomor Gopay ya! Tunggu email dari Hesti ya, jika sampai siang ini belum menerima email, silakan chat ke Mimin Hesti di 082123331933.
Terus sharing cerita kamu dan berikan dukungan di Komunitas Hello Sehat.
Salam sehat đź’™
Lanjut
6
3
Viral Wanita Nyeri Haid di KRL Malah Ditertawakan, Seberapa Parah Nyeri Haid?
Hesti
·
2 minggu yang lalu
Beberapa hari lalu viral video seorang wanita sedang mengalami nyeri haid di KRL. Sosok wanita tersebut tampak sangat kesakitan hingga ia berbaring di bangku. Ia kemudian ditegur petugas dan malah ditertawakan oleh penumpang lainnya.
Sebenarnya seperti apa itu nyeri haid?
Nyeri haid disebabkan oleh kontraksi rahim untuk meluruhkan lapisannya yang telah menebal.
Bersamaan dengan rahim yang berkontraksi dan meluruh, tubuh juga melepaskan hormon prostaglandin. Hormon prostaglandin adalah senyawa yang memicu rasa sakit dan peradangan.
Oleh karena itu saat menstruasi, wanita pasti akan merasakan nyeri luar biasa di bagian perut bawah dan pegal di sekitar pinggang hingga pinggul.
Namun, nyeri haid pada setiap wanita bisa berbeda-beda. Beberapa mengalami sakit yang amat sangat dan berlangsung cukup lama. Sejumlah kondisi nyeri haid bahkan bisa membuat wanita pingsan.