Meditasi Tantra

Meditasi Tantra meditasi kedalam diri

Ucapan Ahmad Sahroni dan ManifestasiPada 25 Mei 2025, Ahmad Sahroni sempat menyinggung bahwa ia ingin "membongkar rumahn...
02/09/2025

Ucapan Ahmad Sahroni dan Manifestasi

Pada 25 Mei 2025, Ahmad Sahroni sempat menyinggung bahwa ia ingin "membongkar rumahnya karena tidak ditempati", atau sesuatu yang serupa—tapi kini lupa frasa pastinya. Namun kemudian, pada Agustus 2025, tujuan tersebut telah terwujud, hanya dalam tempo sekitar 3 bulan. Ini jadi contoh menarik soal bagaimana sebuah ucapan bisa cepat menjadi kenyataan jika berada dalam kondisi tertentu.

2. Analisis: Mengapa Ucapan Bisa Menjadi Manifestasi dalam Waktu Singkat

** A. Sebab tidak semua ucapan itu otomatis jadi doa **
Ucapan yang tiba-tiba terlontar dari mulut kita belum tentu mengandung kekuatan nyata—bisa saja hanya luapan spontan, bukan niatan sadar.

** B. Ucapan menjadi doa ketika…**

Disampaikan dalam kondisi rileks atau low-pressure, tanpa perhitungan sosial atau tekanan lingkungan sekitar.

Tidak melibatkan analisis overthinking, sehingga energi yang dilepaskan lebih murni—tidak bercampur keraguan, kecemasan, atau agenda lain.

Dalam keadaan 'jeplak' atau spontan, ucapan bisa memicu resonansi kosmik yang mempercepat realisasi wujudnya.

Dalam kasus Sahroni, mungkin saat itu dia sedang dalam momen santai, tidak terpikir soal konsekuensi serius—sehingga ucapan tersebut memiliki “energi murni” yang mendekati manifestasi.

3. Artikel Singkat: “Ketika Ucapan Bisa Jadi Realita dalam 3 Bulan”

> Bagaimana Ucapan yang Terlontar Bisa Terwujud dalam Waktu Singkat

Dalam banyak tradisi spiritual, kita diajarkan bahwa “ucapan adalah doa”—namun hanya sebagian kecil dari ucapan-lah yang benar-benar berubah jadi realita. Kasus Ahmad Sahroni adalah contoh menarik: ucapan yang terlontar santai pada 25 Mei 2025 terasa tiba-tiba “terwujud” pada Agustus, hanya dalam tiga bulan.

So, apa faktor yang membuat sebuah ucapan bisa cepat menjadi nyata?

1. Keaslian Energi – Ucapan yang muncul spontan, tanpa perencanaan atau tekanan, membawa getaran murni.
2. Keseimbangan Batin – Saat tidak terjebak harapan atau ketakutan, ucapan jadi seperti resonansi alami yang mudah diserap kosmos.
3. Izin Alam Semesta (Timing Ilahi) – Bisa jadi semesta sedang membuka jalan selaras dengan energi yang kamu lepaskan.
4. Non-attachment – Karena ucapan itu bukan beban atau harapan dengan agenda, jadi realisasinya lebih ringan dan cepat.

Jadi, bukan setiap ucapan adalah doa. Namun ketika “formula” di atas terpenuhi—kesunyian, ketulusan, izin semesta—ucapan bisa menjadi pintu manifestasi nyata… dalam waktu singkat seperti yang terjadi pada Ahmad Sahroni.

Kondisi demonstrasi yang terjadi saat ini tidak lagi murni sebagai bentuk penyampaian aspirasi. Situasinya sudah komplek...
01/09/2025

Kondisi demonstrasi yang terjadi saat ini tidak lagi murni sebagai bentuk penyampaian aspirasi. Situasinya sudah kompleks karena banyak pihak menunggangi gerakan tersebut. Di lapangan, sasarannya bisa sangat acak: gedung DPR, kantor pemerintah, toko, bahkan rumah warga yang sama sekali tidak terkait. Keadaan menjadi lebih berbahaya karena tempat yang dianggap aman sekalipun berpotensi menjadi target. Kantor atau usaha milik orang yang tidak bersalah bisa sewaktu-waktu terkena dampak, sebagaimana terlihat pada berbagai kasus di lapangan.

Perbedaannya dengan peristiwa 1998 cukup jelas. Saat itu, meski ada penunggang kepentingan, kerusuhan tetap terpusat di Jakarta. Kini, demonstrasi meluas hampir di setiap kota. Titik yang dulu relatif aman bisa berubah menjadi rawan, dengan pembakaran, penjarahan, dan kerusuhan kecil yang dapat terjadi di mana saja. Spektrumnya bercampur: ada massa yang sungguh-sungguh menyampaikan aspirasi, ada yang ditunggangi, ada oportunis, hingga kriminal murni.

Contoh konkret sudah terlihat. Di Jakarta Pusat (Senen), kepanikan akibat gas air mata berujung pada penjarahan sejumlah toko. Di Surabaya, sisi barat Gedung Negara Grahadi terbakar pada Minggu malam, 31 Agustus 2025. Api melahap beberapa ruang kantor pemerintahan, termasuk ruang kerja Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak—bukan rumah dinasnya, sebagaimana diklarifikasi lembaga cek fakta. Di Bandung, 29 Agustus 2025, kerusuhan di sekitar Gedung DPRD Jabar memicu pembakaran water barrier, pelemparan batu dan molotov; laporan lanjutan menyebut rumah dan kendaraan juga terbakar, serta Mess MPR RI di Jalan Diponegoro terdampak.

Secara nasional, gelombang aksi dipicu kontroversi tunjangan perumahan anggota DPR, memuncak setelah tewasnya Affan Kurniawan (pengemudi ojol) yang tertabrak kendaraan taktis di Jakarta pada 28 Agustus. Pemerintah merespons dengan mencabut sejumlah fasilitas DPR, membatasi perjalanan luar negeri anggota DPR, dan memerintahkan aparat bertindak tegas terhadap penjarahan. Media mencatat korban jiwa di berbagai daerah, termasuk Sumari (60 tahun) di Solo, serta laporan penyerangan rumah pejabat seperti rumah Menteri Keuangan.

Ringkasan titik terdampak per 1 September 2025:
• Jakarta Pusat (Senen): penjarahan sejumlah toko, puluhan warga tumbang akibat gas.
• Surabaya – Gedung Negara Grahadi: ruang kerja Wagub Emil Dardak dan ruangan lain hangus terbakar; bukan rumah dinas.
• Bandung – sekitar DPRD Jabar & Jl. Diponegoro: pembakaran water barrier, lemparan molotov; rumah & mobil terbakar; Mess MPR RI terdampak.

Dalam kondisi seperti ini, kewaspadaan sangat penting. Bukan berarti hidup dalam ketakutan, melainkan menjaga ketenangan sambil tetap siaga. Perlindungan fisik perlu: menghindari area rawan, memperkuat keamanan rumah dan usaha, memastikan jalur evakuasi, hingga menyiapkan dokumentasi jika terjadi kerusakan. Namun perlindungan tidak berhenti pada aspek fisik; perlindungan energi dan spiritual sama pentingnya.

Ketahanan spiritual adalah kunci di tengah gejolak. Hening napas 4–6 menit setiap beberapa jam menjaga sistem saraf tetap tenang. Visualisasi perisai energi di rumah atau tempat usaha meneguhkan niat proteksi. Penjernihan berkala dengan wewangian, simpul niat keluarga sebelum beraktivitas, dan etika berbagi informasi yang menyejukkan membantu menjaga stabilitas batin sekaligus ekologi psikis kolektif. Energi yang stabil melindungi diri dari arus kepanikan massal, sekaligus memancarkan vibrasi ketenangan ke lingkungan sekitar.

Semakin banyak orang yang mampu menjaga kejernihan batin, semakin kecil peluang energi kekacauan menguasai ruang publik. Proteksi spiritual bukan hanya upaya personal, melainkan kontribusi nyata untuk keseimbangan sosial. Dunia yang tengah menghadapi gelombang perubahan besar menuntut kesiapan di segala lini: fisik, mental, dan batin. Ketika proteksi lahir dan batin berjalan seimbang, maka ketahanan kolektif dapat terbentuk, dan ruang untuk kekacauan semakin menyempit.

Untuk kondisi proteksi diri dan lingkungan di tengah situasi kacau, mudra yang paling pas adalah Abhaya Mudra.

✨ Abhaya Mudra (Mudra Perlindungan & Keberanian)

Bentuk: telapak tangan kanan diangkat sejajar dada atau wajah, jari-jari lurus menghadap ke depan, telapak terbuka. Tangan kiri bisa rileks di pangkuan atau di samping tubuh.

Makna: “tidak takut” dan perlindungan dari energi negatif.

Efek: menenangkan batin, membangkitkan rasa aman, dan memancarkan aura proteksi ke sekitar.

👉 Bisa dipadukan dengan mantra niat sederhana, misalnya dalam hati ucap:
"Saya aman, rumah ini aman, lingkungan ini damai."

Kalau ingin proteksi ruang/keluarga, duduk sebentar dengan Abhaya Mudra, bayangkan cahaya keluar dari telapak tangan membentuk perisai yang melindungi rumah.

Abhaya Mudra adalah gestur atau gerakan tangan dalam agama Hindu dan Buddha yang melambangkan perlindungan, kedamaian, dan penghilangan rasa takut. Gestur ini dilakukan dengan mengangkat tangan kanan (atau kadang kedua tangan) ke ketinggian bahu, dengan telapak tangan menghadap keluar dan jari-jari terentang ke atas, menunjukkan bahwa tangan tidak bersenjata dan memberikan rasa aman.
Makna dan Simbolisme
Perlindungan:
Gestur ini dianggap sebagai perisai, memberikan perlindungan ilahi dan ketenangan kepada yang melihatnya.
Keberanian dan Kepercayaan Diri:
Kata "Abhaya" sendiri berarti "tanpa rasa takut", dan mudra ini digunakan untuk membangkitkan keberanian, kepercayaan diri, dan rasa aman dalam diri seseorang.
Kedamaian:
Mudra ini juga melambangkan perdamaian dan persahabatan, menunjukkan bahwa tidak ada ancaman atau niat buruk.
Ketenangan:
Gestur ini juga memiliki makna menenangkan, sering kali terlihat pada patung-patung Buddha yang menenangkan gajah yang mengamuk.
Cara Melakukan Abhaya Mudra
Posisi Tubuh: Duduklah dengan punggung lurus dan rileks.
Tangan Kanan: Angkat tangan kanan setinggi bahu, dengan telapak tangan menghadap ke luar dan jari-jari mengarah ke atas.
Lengan: Tekuk siku dengan nyaman, biarkan lengan sedikit rileks.
Fokus: Pertahankan pandangan ke depan atau tutup mata untuk fokus pada napas.
Visualisasi: Visualisasikan diri Anda diselimuti oleh keberanian dan perlindungan saat menahan posisi ini.
Dalam Seni dan Praktik
Ikonografi:
Abhaya Mudra adalah salah satu gestur tangan paling dikenal dalam seni Buddha dan Hindu, sering digambarkan pada patung-patung Buddha, Ganesha, dan dewa-dewi lainnya.
Praktik Meditasi:
Dalam yoga dan meditasi, mudra ini dapat digunakan sebagai alat untuk melepaskan ketakutan dan kecemasan batin, membantu menumbuhkan ketahanan emosional dan keberanian.

TERGANTUNG POKUS DAN ATENSINYA KEMANA? Di tengah pusaran kekacauan, selalu ada lapisan halus energi yang bekerja dengan ...
01/09/2025

TERGANTUNG POKUS DAN ATENSINYA KEMANA?

Di tengah pusaran kekacauan, selalu ada lapisan halus energi yang bekerja dengan arah berbeda. Energi kekacauan memang tampak menghancurkan, mengguncang, dan meruntuhkan tatanan lama. Namun bersamaan dengan itu, lahirlah gelombang energi kesadaran dengan vibrasi yang lebih tinggi. Dua arus ini berjalan beriringan: yang satu meruntuhkan, yang lain membangkitkan.

Kekacauan ibarat badai yang memporak-porandakan ladang lama agar tanah kembali gembur, siap ditanami benih baru. Dalam kondisi itu, ruang terbuka untuk kesadaran tumbuh. Saat dunia riuh, hati yang mampu duduk tenang akan merasakan kehadiran energi yang berbeda: hening, jernih, dan penuh daya hidup. Itulah mengapa banyak orang merasakan meditasi jauh lebih dalam ketika suasana luar tampak kacau.

Pepatah lama menyebutkan: “Ketika bencana diturunkan, di sana berkah besar juga hadir.” Maknanya bukan sekadar hiburan batin, melainkan hukum alam. Di balik runtuhnya bangunan lama, ada potensi lahirnya tatanan baru yang lebih segar. Di balik jatuhnya banyak orang, ada p**a yang bangkit dengan cara yang tak terduga.

Energi kesadaran vibrasi tinggi inilah yang menopang kebangkitan itu. Ia bekerja melalui intuisi, kejernihan batin, dan kejutan-kejutan hidup yang datang seolah tanpa rencana. Saat seseorang memilih untuk duduk diam, bernafas dengan sadar, dan membiarkan pikirannya tenang, ia sedang menyambungkan diri dengan arus berkah ini.

Kekacauan tidak harus selalu ditakuti. Ia bisa menjadi pintu masuk ke tingkat kesadaran baru. Yang menentukan adalah bagaimana manusia merespons: ikut terseret arus panik, atau justru membuka diri pada keheningan yang melahirkan kekuatan baru.

SARIDIN ATAU SYECH JANGKUNGNama asli Saridin berasal dari “Syarifuddin”, yang kemudian disederhanakan oleh masyarakat Ja...
27/08/2025

SARIDIN ATAU SYECH JANGKUNG

Nama asli Saridin berasal dari “Syarifuddin”, yang kemudian disederhanakan oleh masyarakat Jawa. Ia mendapat gelar Syekh (karena keilmuan dan karismanya) dan julukan “Jangkung” dari Sunan Kalijaga — makna “dijangkung” di sini adalah dilindungi, diasuh, dan dibimbing oleh sang guru .

Saridin adalah putra Sunan Muria, dan beliau menimba ilmu dari beberapa wali besar seperti Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, dan Sunan Bonang .

Cerita Karomah dan Keanehan yang Legendaris

Berdasarkan riset jurnalistik HIKMAH, berbagai kisah karomah dan anekdot Saridin yang telah menjadi legenda di masyarakat Pati:

1. Pembunuhan kakak ipar
Kakak Saridin menyamar sebagai harimau mencuri durian. Saridin menusuknya dengan tombak, lalu menyatakan secara lugas bahwa ia membela miliknya, sehingga menurut hukum saat itu dianggap tidak bersalah .

2. Hukuman "penjara" yang unik
Daripada dipenjara, Adipati Wasis Joyokusuma justru menghadiahi Saridin dengan rumah besar, pengawal, dan kebutuhan hidup—semacam “penjara mewah” .

3. Hukuman gantung gagal
Saat hendak digantung, tali terlalu berat untuk ditarik. Saridin bahkan menawarkan untuk membantu menarik, dan akhirnya ia terbebas dari hukuman .

4. Kepasrahan total dalam bersyahadat
Dipanggil untuk mengucap syahadat, Saridin naik pohon kelapa dan terjun tanpa terluka—menunjukkan totalitas dalam menyerahkan dirinya kepada Sang Pencipta (syahadat bil ʾalîl, lewat tindakan, bukan ucapan semata) .

5. Air penuh ikan
Saat sunan menantang apakah “setiap air pasti ada ikannya?”, Saridin membuktikannya: mulai dari air comberan, kendi, hingga air kelapa ternyata memang ada ikannya .

6. Mata air ajaib
Ia pernah menciptakan sumber air di sebuah kampung dengan menusukkan sebilah encis ke tanah. Di Imogiri, ada p**a cerita dimana ia dan Sultan Agung bekerja sama menciptakan mata air yang memancar ke atas .

Peran Sosial, Politik, dan Spiritualitas

Dalam jurnal HIKMAH, Saridin digambarkan sebagai figur yang berani melawan ketidakadilan dengan sikap polos tapi tegas—representasi kejujuran dan keberanian rakyat Pati terhadap penguasa .

Ia dikenal sebagai tokoh yang menantang monopoli pendidikan pesantren. Ia mendirikan pesantren sendiri meskipun dianggap "ndesô" (kampungan), karena ia percaya siapa saja boleh mengajarkan agama dengan tulus .

Saridin juga dikaitkan sebagai kakak ipar Sultan Agung, karena menikah dengan Retno Jinoli, saudari sang Sultan .

Ritus Haul Syekh Jangkung dan tradisi ziarah di makamnya di Desa Landoh, Kayen, Pati mempertahankan warisannya. Tiap 15 Rajab, penduduk setempat melakukan tabur bunga, arak-arakan hasil bumi, serta mengganti kain kelambu makam sebagai doa dan ekspresi spiritual masyarakat .

Sebuah museum Syekh Jangkung pun didirikan sejak 2016 di dekat makamnya. Museum ini memamerkan berbagai artefak seperti kelapa sekantheth, batu wudhu, lesung, kerangka kerbau, dan lain-lain, sebagai bentuk pelestarian budaya dan spiritual lokal .

Latar Putra Sunan Muria; murid Sunan Kalijaga, Kudus, Bonang
Keajaiban Hewan jadi manusia, air penuh ikan, sumber air muncul tiba-tiba
Sikap Jujur, polos tapi tegas; menantang otoritas tanpa kekerasan
Hubungan Kakak ipar Sultan Agung
Warisan Haul, makam, museum, cerita dalam pertunjukan rakyat & kethoprak
Makna Representasi keberanian, keikhlasan, spiritualitas rakyat Pati

Bayangkan Saridin sebagai tokoh rakyat yang “ndeso” tapi karismatik—ia bukan saja dihormati karena karomahnya, tetapi dihargai karena keluguannya yang membumi dan kepercayaannya penuh. Ia melawan dengan sederhana, memberi ajaran lewat tindakan nyata, dan mewariskan nilai keberanian, spiritualitas tanpa pretensi, serta ketulusan dalam beragama.

Kematian bukan sekadar urusan tubuh yang berhenti berfungsi. Ia adalah keputusan jiwa yang bekerja di tingkat bawah sada...
26/08/2025

Kematian bukan sekadar urusan tubuh yang berhenti berfungsi. Ia adalah keputusan jiwa yang bekerja di tingkat bawah sadar. Bakteri, virus, atau kerusakan organ hanyalah tampilan luar, sedangkan alasan sebenarnya datang dari dalam diri: persetujuan jiwa untuk berhenti memainkan “game kehidupan.”

Ada dua alasan utama mengapa jiwa menekan tombol “game over.” Pertama, karena hidup sudah terlalu mudah. Sama seperti permainan yang sudah dikuasai hingga tidak ada tantangan lagi, rasa puas membuat jiwa merasa cukup. Ketika itu terjadi, kematian datang dengan tenang, tanpa penyesalan, karena permainan sudah selesai dengan baik.

Kedua, karena hidup terasa terlalu sulit. Sama seperti game yang terlalu susah hingga membuat pemain menyerah, penderitaan yang berat membuat jiwa memilih keluar lebih cepat. Kematian dalam kondisi ini biasanya terjadi dengan nuansa terpaksa, karena permainan dirasa tak tertanggungkan lagi.

Dengan kata lain, kematian tidak datang dari luar. Ia bukan hukuman, bukan kebetulan, bukan semata-mata karena faktor biologis. Kematian adalah keputusan jiwa sendiri—kadang dalam keadaan puas, kadang dalam keadaan menyerah.

26/08/2025

Tips kemakmuran

26/08/2025
Motifasi hari iniPekerjaan akan terasa ringan jika orang lain yang mengerjakannya. Kalo pekerjaan bisa dikerjakan orang ...
22/08/2025

Motifasi hari ini
Pekerjaan akan terasa ringan jika orang lain yang mengerjakannya.
Kalo pekerjaan bisa dikerjakan orang lain mengapa harus saya?
Katanya Tuhan maha kuasa dan maha Kuat untuk melakukan segalanya Kenapa
harus saya yang mengerjakannya ?

Saya mengijinkan tuhan yang bekerja,dan saya yang dapat hasilnya

Buddha mencapai pencerahan melalui vipassana bukan dalam bentuk konsep atau teori, melainkan melalui pengalaman langsung...
21/08/2025

Buddha mencapai pencerahan melalui vipassana bukan dalam bentuk konsep atau teori, melainkan melalui pengalaman langsung dan penglihatan sejati terhadap realitas. Vipassana yang beliau jalani lahir dari perjumpaan murni dengan hukum alam, tanpa perantara kata, dogma, atau sistem pengajaran. Ketika pengalaman itu dijadikan ajaran, ia kemudian ditata menjadi konsep, metode, dan sistem latihan agar bisa dipahami orang lain. Namun begitu sesuatu berubah menjadi konsep, kekuatannya cenderung melemah karena pikiran murid terjebak pada teori, teknik, dan penjelasan, bukan pada pengalaman langsung. Itulah sebabnya banyak orang berlatih vipassana tetapi tidak mencapai pencerahan seperti Buddha, karena mereka lebih banyak berkutat dengan instruksi, metode, dan ide, bukan dengan penglihatan langsung tanpa konsep yang murni menyingkap kebenaran.

KALO MAS HUSEIN BISA DI BAYAR,GAK PERLU SINIS JADILAH HUSEIN 2 ,HUSEIN 3 SAMPAI 1000 HUSEIN.KAN CAPEK YG BAYARIN!Kalau h...
19/08/2025

KALO MAS HUSEIN BISA DI BAYAR,GAK PERLU SINIS JADILAH HUSEIN 2 ,HUSEIN 3 SAMPAI 1000 HUSEIN.KAN CAPEK YG BAYARIN!

Kalau hari ini muncul kabar Mas Husein turun, asumsi orang macam-macam. Ada yang bilang mungkin karena dibayar pejabat, ada yang bilang karena tekanan, ada juga yang bilang karena lelah. Semua asumsi boleh saja, wong manusia memang s**a menafsir. Tapi begini, seandainya memang benar Mas Husein turun karena dibayar pejabat, apa itu salah besar? Tidak juga. Setidaknya Mas Husein sudah pernah masuk gelanggang, sudah berani bersuara, sudah mengawali. Sementara banyak yang cuma bisa menonton, nyinyir di belakang layar, tapi tidak pernah punya nyali seperti Mas Husein.

Lucunya, orang yang paling kencang mengkritik biasanya justru orang yang diam seribu bahasa ketika dibutuhkan. Mereka tidak turun, tidak maju, tidak tampil. Tapi giliran ada yang bergerak lalu goyah, langsung dihantam. Padahal kalau ditanya: sanggup nggak melakukan apa yang sudah dilakukan Mas Husein? Jawabannya kebanyakan tidak. Jadi sindirannya begini: jangan cuma jadi komentator hujan, jadilah hujan itu sendiri.

Dan kalau memang satu saat anda juga ditawari uang lalu mau menerima, ya terima saja. Tidak masalah. Bedanya, kalau sudah masuk, lanjutkan lagi. Jadi Husein kedua. Kalau anda kemudian juga “dibeli”, terus lahir lagi Husein ketiga. Kalau pejabat harus bayar sampai ada Husein keempat, kelima, keseratus, bahkan keseribu, ya lama-lama pejabatnya yang tekor. Mereka juga pasti capek sendiri membayar semua orang yang berani bersuara.

Tugas kita bukan mengutuk Mas Husein, tapi memberi aplaus. Menghargai langkah awalnya, bukan menuding kejatuhannya. Karena setiap “Husein” yang muncul adalah tanda masih ada yang mau melawan arus. Dan kalau anda merasa punya jiwa patriot, ya jangan berhenti di komentar. Jadilah Husein berikutnya. Kalau perlu, Husein seribu. Biar pejabat yang merasa pintar mengatur akhirnya sadar: uang mereka tidak akan pernah cukup untuk membeli suara rakyat yang terus lahir dalam gelombang.

Sindiran paling telak justru ada di sini: lebih baik jadi Husein yang sekali turun tapi pernah mengguncang, daripada jadi pengamat yang hidupnya cuma mengeluh, tapi tak pernah tercatat dalam sejarah.

Ketika seseorang menjalani hidup dengan seribu kebaikan, sering kali kebaikan itu menjadi bias dan terlupakan hanya kare...
19/08/2025

Ketika seseorang menjalani hidup dengan seribu kebaikan, sering kali kebaikan itu menjadi bias dan terlupakan hanya karena satu kesalahan kecil yang dilakukan. Masyarakat lebih mudah mengingat cela daripada jasa. Sebaliknya, ketika seseorang berulang kali jatuh dalam seribu kejahatan, lalu melakukan satu kebaikan yang dianggap menonjol, kebaikan itu sering dibesar-besarkan dan seolah menghapus semua kesalahan masa lalu. Fenomena ini bukan sekadar soal perilaku manusia, melainkan cara pandang sosial yang sering tidak seimbang.

Kasus yang terjadi pada Husein di Pati menjadi gambaran nyata. Nama yang dahulu erat dengan perjuangan, bersama-sama duduk dalam lingkaran pertemuan, dan diakui kontribusinya, kini dipandang dengan sorotan berbeda hanya karena sebuah sikap yang dianggap berseberangan. Ketika kabar menyebutkan bahwa dirinya keluar dari aliansi pada 25 Agustus nanti, sebagian orang langsung menilai seolah semua kebaikan dan keterlibatan sebelumnya hilang begitu saja. Semua yang pernah dibangun bersama, pertemuan demi pertemuan yang penuh semangat, tiba-tiba direduksi hanya karena sebuah keputusan yang tidak sesuai dengan harapan sebagian pihak.

Ironisnya, jika posisinya dibalik, seseorang yang sejak awal dianggap berseberangan atau bahkan memusuhi, lalu pada suatu saat menampakkan satu sikap mendukung, ia segera dipuji dan seolah dilupakan semua rekam jejaknya yang lalu. Inilah wajah manusia dalam menilai: sering tidak adil, lebih senang menempelkan label hitam atau putih ketimbang menimbang keseimbangan.

Kisah ini memberi pelajaran bahwa penilaian manusia selalu rapuh, cenderung dipengaruhi emosi sesaat dan kepentingan kelompok. Seribu kebaikan bisa hilang hanya oleh satu kesalahan, dan seribu kesalahan bisa dilupakan hanya karena satu kebaikan. Pada akhirnya, yang tersisa bukanlah penilaian manusia, melainkan ketulusan niat dan konsistensi langkah yang tetap akan menemukan tempatnya sendiri di luar riuhnya suara mayoritas.

FENOMENA SPIRITUAL DAN KOSMOLOGI MULAI 19 AGUSTUS – AKHIR AGUSTUS 202519 AGUSTUS – AJA EKADASHIMakna spiritual: pembersi...
19/08/2025

FENOMENA SPIRITUAL DAN KOSMOLOGI MULAI 19 AGUSTUS – AKHIR AGUSTUS 2025

19 AGUSTUS – AJA EKADASHI
Makna spiritual: pembersihan mendalam, kesempatan melepas beban karma, mendekatkan diri pada moksha.
Cocok untuk: puasa, tapa brata, meditasi hening, doa pembersihan batin.

19 AGUSTUS – BAYANGAN TITAN DI SATURNUS
Makna spiritual: refleksi bayangan diri, kesadaran sisi gelap dan terang, integrasi keutuhan jiwa.
Cocok untuk: kontemplasi pribadi, meditasi yin-yang, ritual keseimbangan batin.

19–20 AGUSTUS – PARADE ENAM PLANET + BULAN SABIT DEKAT VENUS & JUPITER
Makna spiritual: harmoni kosmik, energi cinta, keindahan, kemakmuran, penyatuan hati dan pikiran.
Cocok untuk: doa kolektif, meditasi chakra, ritual cinta kasih, acara persaudaraan spiritual.

26–27 AGUSTUS – BULAN BARU (NEW MOON)
Makna spiritual: waktu terbaik menanam niat baru, pembaruan energi, membuka lembaran baru.
Cocok untuk: penetapan niat, ritual manifestasi, perencanaan langkah besar, awal proyek spiritual.

28–30 AGUSTUS – BULAN MENINGKAT (WAXING CRESCENT)
Makna spiritual: energi pertumbuhan, penguatan tekad, penumbuhan benih niat yang sudah ditanam.
Cocok untuk: acara penguatan komunitas, doa pertumbuhan rezeki, ritual pengembangan diri.

Address

Gembong Pati Jateng
Pati
59162

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Meditasi Tantra posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Practice

Send a message to Meditasi Tantra:

Share

Share on Facebook Share on Twitter Share on LinkedIn
Share on Pinterest Share on Reddit Share via Email
Share on WhatsApp Share on Instagram Share on Telegram