Gereja Kemah Injil Indonesia Pekanbaru Riau

Gereja Kemah Injil Indonesia Pekanbaru Riau Kita ada untuk sesama

04/11/2024

My Utmost (B. Indonesia)
Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus ... — 1 Petrus 4:13

Jika kita mau dipakai oleh Allah, Dia akan membawa kita melewati beberapa pengalaman yang dirancang untuk menjadikan kita berguna dalam tangan-Nya. Kita tidak tahu persis mengapa Allah memperlakukan kita dengan cara seperti itu, sampai ketika kita menyadari dan mengatakan. “Sebaliknya, bersukacitalah sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya” (1 Petrus 4:13).

Mengambil Bagian dalam Penderitaan-Nya

Jika Anda mau dipakai oleh Allah, Dia akan membawa Anda melewati beberapa pengalaman yang sama sekali tidak sesuai dengan maksud kehendak Anda secara pribadi. Pengalaman ini dirancang untuk menjadikan Anda berguna dalam tangan-Nya dan untuk memampukan Anda mengerti apa yang terjadi dalam kehidupan orang lain. Sebab, dengan adanya proses ini, Anda tidak akan pernah terkejut dengan apa yang terjadi dalam perjalanan hidup Anda. Anda berkata, “Oh, saya tidak bisa menangani atau menghadapi orang ini.” Mengapa tidak bisa? Allah memberi Anda kesempatan yang cukup untuk belajar dari Dia mengenai masalah tersebut; tetapi Anda berpaling, tidak memerhatikan pelajaran yang dapat ditarik dari pengalaman itu karena kelihatannya amat bodoh untuk menghabiskan waktu Anda dengan cara seperti itu.

Penderitaan Kristus bukanlah penderitaan manusia biasa. Dia menderita “karena kehendak Allah” (1 Petrus 4:19), jadi Dia mempunyai sudut pandang penderitaan yang berbeda dari kita. Hanya melalui hubungan kita dengan Yesus Kristus saja, kita dapat mengerti apa yang Allah maksudkan dalam berhubungan dengan kita. Ketika penderitaan datang, adalah bagian dari kebudayaan kristiani kita untuk ingin mengetahui maksud Allah terlebih dahulu. Dalam sejarah gereja Kristen, terdapat kecenderungan untuk menghindar dari hal-hal yang berkaitan dengan penderitaan Yesus Kristus. Orang mencari cara untuk melaksanakan perintah Allah melalui jalan pintas mereka sendiri. Jalan Allah selalu jalan penderitaan.

Apakah kita mengambil bagian dalam penderitaan Kristus? Apakah kita siap bila Allah menyingkirkan ambisi pribadi kita? Apakah kita siap bila Allah menghancurkan keputusan-keputusan pribadi kita dengan mengubahnya secara adikodrati? Hal ini akan berarti kita tidak tahu persis mengapa Allah memperlakukan kita dengan cara seperti itu, karena bila kita mengetahuinya, hal itu akan membuat kita menjadi sombong rohani. Kita tidak pernah menyadari saat Allah membawa kita mengalaminya; kita melalui dan mengalaminya tanpa memahaminya sepenuhnya. Kemudian, tiba-tiba kita sampai ke titik pencerahan dan menyadari -- “Allah telah menguatkan saya dan saya bahkan tidak mengetahuinya!”

03/11/2024

My Utmost (B. Indonesia)
Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. — Yakobus 4:8

Ketika diperhadapkan dengan firman kebenaran, kita harus segera bertindak dengan berkata, “Ya,” ... datang kepada-Nya. Saat kita datang, kuasa adikodrati kehidupan Allah, kuasa yang melumpuhkan kedagingan dan iblis, kuasa yang menghidupkan, masuk ke dalam kehidupan kita.

Kuasa Kebenaran

Adalah penting bahwa Anda memberi kesempatan kepada orang lain untuk bertindak berdasar kebenaran Allah. Tanggung jawab itu harus diserahkan kepada perorangan -- Anda tidak dapat bertindak untuk seseorang lain. Hal itu haruslah merupakan tindakan dari kesadaran diri orang itu sendiri, tetapi pesan (berita) Injil haruslah selalu menuntun seseorang untuk melakukan suatu tindakan, datang kepada Tuhan. Menolak untuk melakukan hal itu akan menyebabkan orang tersebut tetap lumpuh, persis seperti keadaan dia sebelumnya. Akan tetapi, sekali ia bertindak, ia tidak akan pernah sama lagi. Kelihatannya, kurangnya pengetahuan akan kebenaranlah yang menjadi penghalang bagi ratusan orang untuk diinsafkan oleh Roh Allah. Begitu saya mengambil tindakan, datang kepada Tuhan, seketika itu saya mulai hidup. Kurang dari itu, maka saya hanya ada, tetapi tidak hidup. Saat ketika saya benar-benar hidup adalah saat saya bertindak datang dengan segenap kemauan saya.

Ketika kebenaran Allah jelas dan mendapat tempat dalam jiwa Anda, jangan pernah membiarkannya berlalu tanpa memberinya kesempatan untuk secara batiniah bekerja dalam kehendak Anda, bukan secara eksternal dalam kehidupan lahiriah Anda. Catatlah hal ini dengan tinta dan hati Anda yang terdalam -- terapkan hal itu dalam kehidupan Anda. Orang percaya yang paling lemah, yang membuka diri dan mengatakan “ya” kepada Yesus, pada detik itu juga dibebaskan dan kuasa Allah Yang Mahakuasa telah tersedia baginya. Masalahnya sering, kita datang pada kebenaran Allah, mengaku bersalah, tetapi berbalik lagi. Kemudian, kita mendekatinya lagi dan kembali mundur, sampai akhirnya kita belajar bahwa kita tidak perlu mundur lagi. Ketika kita diperhadapkan dengan Firman kebenaran dari Tuhan Penebus kita, kita harus segera bertindak mengatakan “ya”. Ketika Yesus berfirman “Marilah kepada-Ku” (Matius 11:28), firman-Nya berarti “bertindaklah”, datanglah kepada-Nya. Namun, kenyataannya, hal terakhir yang kita ingin lakukan adalah datang kepada Tuhan. Akan tetapi, setiap orang yang benar-benar datang mengetahui bahwa tepat pada saat ia datang, kuasa adikodrati kehidupan Allah memasuki orang tersebut. Kuasa dunia yang menguasainya, kedagingan, dan iblis sekarang dilumpuhkan, bukan karena tindakan Anda, tetapi karena tindakan Anda telah menyatukan Anda dengan Allah dan membuka jalan bagi Anda untuk masuk ke dalam kuasa penebusan-Nya.

03/11/2024

My Utmost (B. Indonesia)
Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. — Galatia 2:19-20

Semangat kekristenan timbul saat saya dengan penuh sadar menyerahkan hak saya dan menjadi hamba bagi Yesus Kristus. Sebelum saya melakukan hal itu, saya tidak akan menjadi seorang percaya seperti yang Allah maksudkan.

Ihwal Menjadi Hamba Yesus

Kata-kata dalam ayat di atas memiliki arti hancur dan runtuhnya kebebasan saya dengan tangan saya sendiri, dan menyerahkan hidup saya pada kemahakuasaan Tuhan Yesus. Tidak seorang pun dapat melakukan hal ini bagi saya, saya harus melakukannya sendiri. Allah dapat saja membawa saya pada keadaan ini 365 kali setahun, tetapi Dia tidak dapat memaksa saya untuk menjalaninya. Hal itu berarti penghancuran “cangkang luar” kebebasan individual saya dari Allah dan pembebasan diri sendiri dan sifat/natur saya untuk menyatu dengan Dia; tidak mengikuti pikiran saya sendiri, tetapi memilih kesetiaan mutlak kepada Yesus. Begitu saya berada pada keadaan ini, maka tidak ada kemungkinan untuk salah paham akan panggilan-Nya untuk menjadi hamba-Nya. Sangat sedikit dari kita yang mengetahui tentang hal kesetiaan kepada Kristus atau memahami apa yang Ia maksud ketika Ia berkata, “... karena Aku” (Matius 5:11). Itulah yang membuat seorang percaya teguh dan kuat seperti besi.

Apakah penghancuran kebebasan saya sudah terjadi? Bila belum, semua hal lain yang kita kerjakan adalah keagamaan palsu saja. Satu-satunya hal yang harus diputuskan adalah: maukah saya menyerah? Maukah saya berserah kepada Yesus, tanpa syarat apa pun mengenai bagaimana cara kehancuran itu terjadi? Saya harus dihancurkan terhadap pengertian saya tentang diri saya sendiri. Bila saya mencapai titik tersebut, realitas dari penyatuan adikodrati dengan Yesus Kristus segera terjadi. Dan, kesaksian Roh Allah tidak pernah salah -- “Aku telah disalibkan dengan Kristus ....”

Semangat kekristenan timbul saat saya dengan penuh sadar menyerahkan hak saya dan menjadi hamba bagi Yesus Kristus. Sebelum saya melakukan hal itu, saya tidak akan menjadi seorang percaya seperti yang Allah maksudkan.

Bagi Allah, jumlah bukan soal. Seorang siswa dalam setahun yang mendengar panggilan Allah sudah cukup bagi Allah untuk menunjukkan keberadaan/eksistensi suatu sekolah Pelatihan PI (Pemberitaan Injil). Nilai sekolah pengutusan tidak pada organisasi maupun akademik. Satu-satunya nilai keberadaannya adalah untuk Allah, menjadi alat di tangan Allah bagi pekerjaan Allah. Apakah kita mau mengizinkan Dia untuk mengerjakan pekerjaan-Nya melalui kita, atau apakah kita lebih peduli dengan gagasan atau pemikiran kita sendiri mengenai menjadi apa kita nantinya sebagai hamba Tuhan?

01/11/2024

My Utmost (B. Indonesia)
Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. — Yohanes 14:15

Yesus Kristus tidak akan memaksa saya untuk menaati-Nya, tetapi begitu saya menaati-Nya, saya menggenapi tujuan rohani saya. Melalui ketaatan, ribuan orang diberkati. Dalam menaati Yesus Kristus, penebusan Tuhan akan mengalir melalui saya dalam hidup orang lain.

Ketaatan atau Kebebasan

Tuhan tidak pernah memaksa kita untuk taat. Dia menyatakan/menekankan dengan jelas apa yang harus kita lakukan, tetapi Dia tidak pernah memaksa kita melakukannya. Kita harus menaati-Nya dari kesatuan Roh dengan-Nya. Oleh karenanya, di mana saja Tuhan kita berbicara tentang pemuridan, Dia mengawalinya dengan kata “jika”, yang berarti, “Kamu tidak perlu melakukan ini, kecuali jika kamu mau melakukannya.” Kata-Nya kepada mereka semua: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya ...” (Lukas 9:23). Dengan kata lain, “Untuk menjadi murid-Ku, orang itu harus menyerahkan hak atas dirinya pada-Ku.” Yesus tidak sedang berbicara tentang kedudukan kekal kita kelak di surga, tetapi tentang nilai keberadaan kita bagi-Nya dalam kehidupan di sini dan sekarang ini. Karena itulah, Dia berbicara begitu keras (lih. Lukas 14:26). Jangan pernah mencoba memahami kata-kata ini dengan memisahkannya dari Dia yang bersabda.

Allah tidak memberi saya peraturan-peraturan, tetapi Dia menyatakan standar-Nya dengan sangat jelas. Jika hubungan saya dengan-Nya berlandaskan kasih, saya akan melakukan apa yang diperintahkan-Nya tanpa enggan atau ragu. Bila ada keraguan, itu berarti saya mengasihi seseorang yang lain yang saya tempatkan lebih utama dari Dia, yakni diri saya sendiri. Yesus Kristus tidak akan memaksa saya untuk menaati-Nya, tetapi saya harus taat. Dan, begitu saya menaati-Nya, saya menggenapi tujuan rohani saya. Kehidupan pribadi saya mungkin saja akan penuh dengan hal-hal kecil yang tidak berarti dan biasa-biasa saja. Namun, bila saya menaati Yesus Kristus dalam situasi hidup yang kelihatannya rutin, semua peristiwa yang tampak remeh menjadi celah yang melaluinya saya memandang wajah Tuhan. Kemudian, ketika saya berhadapan muka dengan muka dengan Allah, saya akan menemukan bahwa melalui ketaatan saya, ribuan orang diberkati. Ketika penebusan Tuhan membawa jiwa seseorang pada titik ketaatan, itu selalu menghasilkan buah. Dalam menaati Yesus Kristus, penebusan Tuhan akan mengalir melalui saya kepada hidup orang lain karena di balik perbuatan ketaatan ada realitas Allah Yang Mahakuasa.

31/10/2024

My Utmost (B. Indonesia)
Atau tidak tahukah kamu ... bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? — 1 Korintus 6:19

Kamu Bukan Milik Kamu Sendiri

Tidak ada hal seperti kehidupan pribadi atau tempat untuk bersembunyi di dunia ini bagi seorang pria atau wanita yang secara akrab menyadari dan mengambil bagian dalam penderitaan Yesus Kristus. Tuhan membagi kehidupan pribadi orang-orang kudus-Nya dan membuat jalan raya untuk dunia di satu sisi dan untuk diri-Nya di sisi lain. Tidak ada manusia yang bisa bertahan, kecuali ia menyatu dengan Yesus Kristus. Kita dikuduskan bukan untuk diri kita sendiri. Kita dipanggil ke dalam kesatuan dengan Injil, dan terjadi hal-hal yang tampaknya tidak ada hubungannya dengan kita. Namun, Tuhan semakin membukakan kita ke dalam persekutuan dengan diri-Nya. Biarkan Dia punya cara-Nya. Jika Anda menolak, Anda tidak akan ada harganya bagi Allah dalam karya penebusan-Nya di dunia ini, tetapi akan menjadi penghalang dan batu sandungan.

Hal pertama yang Tuhan lakukan adalah membuat kita berdasar pada realitas yang kuat dan kebenaran. Dia melakukan ini sampai kepedulian bagi diri kita secara individu telah dibawa tunduk kepada cara-Nya untuk tujuan penebusan-Nya. Mengapa kita tidak harus mengalami patah hati? Melalui pintu, Allah membuka cara persekutuan kita dengan Anak-Nya. Sebagian besar dari kita runtuh ketika pertama kali merasakan kesakitan. Kami duduk di depan pintu tujuan Allah dan memasukkan kematian perlahan-lahan melalui mengasihani diri sendiri. Semua yang disebut simpati Kristen lain membantu kita menuju ranjang kematian. Namun, Tuhan tidak demikian. Dia datang dengan genggaman tangan ditindik Putra-Nya, seolah-olah berkata, “Masuklah ke dalam persekutuan dengan Aku; bangkit dan bersinar.” Jika Allah dapat mencapai tujuan-Nya di dunia ini melalui patah hati, mengapa tidak berterima kasih atas patah hati Anda?

30/10/2024

My Utmost (B. Indonesia).. sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi ... takkan ada yang mustahil bagimu. — Matius 17:20

Iman sesungguhnya membawa kita kepada hubungan yang baik/benar dengan Allah dan memberi-Nya kesempatan untuk bekerja dalam diri kita dan melalui kita. Sering kali, Allah membiarkan kita terpojok agar kita dapat langsung berhubungan dengan Dia. Allah ingin kita mengerti bahwa kita harus menjalani kehidupan iman, bukan kehidupan yang sekadar menikmati berkat-berkat-Nya.

Ujian Iman

Kita berpikir bahwa Allah memberikan hadiah bagi kita atas iman kita, dan mungkin memang demikian pada awalnya. Namun, sesungguhnya kita tidak mendapatkan apa-apa melalui iman. Iman membawa kita kepada hubungan yang baik dengan Allah dan memberi Allah kesempatan untuk bekerja dalam diri kita. Namun, sering kali Allah harus membiarkan kita dalam pengalaman terpojok sebagai orang kudus-Nya agar kita dapat langsung berhubungan dengan Dia. Allah ingin Anda mengerti bahwa kita harus menjalani kehidupan iman, bukan sekadar kehidupan yang hanya menikmati berkat-berkat-Nya.

Pada awalnya, kehidupan iman Anda sempit dan bersemangat. Dengan pengalaman yang masih sedikit, emosi dan iman sama-sama berbaur, masa yang penuh dengan sukacita dan hal-hal yang indah. Lalu, Allah menarik berkat-berkat-Nya dengan tujuan untuk mengajar Anda “berjalan dalam iman” (2 Korintus 5:7). Dan, sekarang Anda lebih berharga di mata-Nya dibandingkan ketika Anda berada dalam hari-hari yang penuh sukacita tersebut, dengan kesaksian-kesaksian Anda yang begitu mengesankan.

Pada dasarnya, iman haruslah teruji dan dicobai. Dan, ujian iman yang sesungguhnya bukanlah ketika kita menemukan bahwa sulit untuk memercayai Allah, melainkan karakter Allah harus terbukti dapat dipercayai dalam pemikiran kita sendiri. Iman yang diuji menjadi realitas harus mengalami masa-masa sulit, yang boleh jadi terasa asing bagi kita. Janganlah mencampuradukkan ujian atas iman Anda dengan pendisiplinan hidup yang memang lazim. Sebab, sebagian besar dari apa yang kita sebut sebagai ujian atas iman adalah bagian dari kehidupan yang tak dapat dielakkan.

Iman, sebagaimana diajarkan dalam Alkitab, adalah iman kepada Allah walaupun terdapat hal-hal yang berkontradiksi tentang Dia -- sebuah iman yang berkata, “Aku akan tetap setia pada Allah, apa pun yang mungkin Ia lakukan terhadapku.” Pernyataan atau ekspresi iman yang tertinggi dan terbaik dalam seluruh Alkitab adalah -- “Sekalipun Allah akan mencabut nyawaku, aku akan tetap memercayakan diriku kepada-Nya” (Ayub 13:15).

29/10/2024

My Utmost (B. Indonesia)
Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. — Ibrani 11:6

Iman selalu bekerja dengan cara yang unik dan pribadi karena Allah bertujuan melihat iman yang sempurna dinyatakan dalam anak-anak-Nya -- yang selalu mengutamakan Yesus Kristus. Dan, Allah membawa kita ke dalam situasi-situasi khusus untuk melatih iman kita.

Iman

Pendapat bahwa iman berlawanan dengan akal sehat adalah pikiran sempit dan antusiasme yang salah. Dan, pendapat bahwa akal sehat berlawanan dengan iman menunjukkan suatu penempatan yang salah pada nalar sebagai dasar bagi kebenaran. Kehidupan iman membawa keduanya, yaitu iman dan akal sehat, dalam hubungan yang seimbang dan tepat. Akal sehat dan iman adalah hal yang berbeda satu dengan lainnya, seperti kehidupan jasmani dan kehidupan rohani, atau seperti dorongan hati (impulsiveness) dan ilham (inspiration). Tidak ada hal yang pernah dikatakan Yesus yang dimaksudkan untuk akal sehat, tetapi sebagai wahyu atau penyataan yang sempurna, yang tidak dapat dijangkau akal yang terbatas.

Namun, iman harus diuji dan dicobai sebelum iman menjadi nyata dalam kehidupan Anda. “Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan ...” (Roma 8:28) sehingga tidak peduli apa yang terjadi, kuasa pengubahan dari pemeliharaan Allah mengubah iman yang sempurna menjadi realitas. Iman selalu bekerja dengan cara yang unik dan pribadi karena Allah bertujuan melihat iman yang sempurna dinyatakan dalam anak-anak-Nya.

Untuk setiap detail dari akal sehat dalam kehidupan, terdapat kebenaran yang telah Allah ungkapkan, yang melaluinya kita dapat membuktikan keberadaan Allah dalam pengalaman nyata/praktis. Iman adalah prinsip aktif yang dahsyat, yang selalu mengutamakan Yesus Kristus. Kehidupan iman berkata, “Tuhan, Engkau telah mengatakannya. Tampaknya irasional dan tidak masuk akal, tetapi saya tetap percaya dan beriman teguh dalam firman-Mu,” (contohnya, lih. Matius 6:33).

Menerapkan iman intelektual menjadi iman milik pribadi kita selalu merupakan perjuangan, tidak hanya kadang-kadang. Allah membawa kita ke dalam situasi-situasi khusus untuk melatih iman kita menjadi iman yang nyata bagi kita. Sebelum kita mengenal Yesus, Allah semata-mata sebuah konsep dan kita tidak dapat mengimani Dia. Namun, sekali kita mendengar Yesus berfirman, “Siapa yang telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yohanes 14:9), kita segera mempunyai sesuatu yang nyata, yang riil, dan iman kita tidak terbatas.

Iman adalah keseluruhan pribadi dalam hubungan yang benar dengan Allah melalui kuasa Roh Yesus Kristus.

28/10/2024

My Utmost (B. Indonesia)
Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. — 2 Korintus 5:21

Penggantian (Substitusi)

Pandangan modern tentang kematian Yesus adalah bahwa Ia mati bagi dosa-dosa kita karena rasa simpati terhadap kita. Namun, pandangan Perjanjian Baru ialah bahwa Ia memikul dosa-dosa kita karena penyatuan diri-Nya atau pengidentifikasian diri-Nya dengan manusia.

Ia “dibuat menjadi dosa ....” Dosa-dosa kita diangkat karena kematian Yesus, dan satu-satunya penjelasan dari kematian-Nya adalah karena ketaatan-Nya kepada Bapa-Nya, bukan karena rasa simpati-Nya kepada kita. Kita diterima oleh Allah bukan karena kita taat, bukan juga karena kita telah berjanji untuk berhenti melakukan hal-hal ini dan itu, tetapi hanya karena kematian Kristus, dan tidak ada alasan lain.

Kita berkata bahwa Yesus Kristus datang untuk menunjukkan sifat kebapaan dan kebaikan (loving-kindness) Allah, tetapi Perjanjian Baru mengatakan bahwa Ia datang untuk “menghapus dosa dunia” (Yohanes 1:29). Dan, pengungkapan sifat kebapaan Allah hanya diberikan kepada mereka yang telah mengenal Yesus sebagai Juru Selamat. Ketika berbicara kepada dunia, Yesus Kristus tidak pernah menyebut diri-Nya sebagai Dia yang menyatakan diri Bapa, tetapi justru Dia berbicara tentang menjadi batu sandungan (lih. Yohanes 15:22-24). Dalam Yohanes 14:9, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa.”

Bahwa Kristus mati bagi saya dan karenanya saya terbebas dari hukuman tidak pernah diajarkan dalam Perjanjian Baru. Apa yang diajarkan dalam Perjanjian Baru adalah bahwa “Kristus telah mati untuk semua orang” (2 Korintus 5:15) -- dan dengan menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, saya dapat dibebaskan dari dosa dan memperoleh kebenaran-Nya yang dinyatakan bagi saya sebagai karunia atau pemberian bagi saya.

Penggantian (substitusi) yang diajarkan dalam Perjanjian Baru ini bersifat ganda -- “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.” Pelajarannya bukanlah Kristus bagi saya, kecuali saya sungguh sungguh-sungguh menghendaki Kristus dibentuk dalam diri saya (lih. Galatia 4:19).

27/10/2024

My Utmost (B. Indonesia)
Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya! — Roma 5:10

Apakah ketaatan, kekudusan, dan pengabdian sayalah yang membuat saya benar di hadapan Allah? Bukan! Saya diperdamaikan dengan Allah karena sebelum semuanya itu, Kristus telah mati bagi saya. Ketika saya berbalik kepada Allah dan percaya serta menerima apa yang Allah nyatakan, mukjizat keselamatan melalui salib Kristus langsung menempatkan saya dalam hubungan yang benar dengan Allah.

Dibenarkan oleh Iman

Saya tidak diselamatkan karena percaya. Namun kenyataannya, saya hanya menyadari bahwa saya diselamatkan dengan percaya. Dan, bukan p**a pertobatan yang menyelamatkan saya. Pertobatan hanyalah tanda bahwa saya menyadari yang telah Allah perbuat melalui Yesus Kristus.

Bahayanya di sini adalah jika kita menekankan pada akibat dan bukannya pada sebab. Apakah ketaatan, kekudusan, dan pengabdian saya yang membuat saya benar di hadapan Allah?

Bukan! Saya diperdamaikan dengan Allah karena sebelum semuanya itu, Kristus telah mati. Ketika saya berbalik kepada Allah, dan percaya serta menerima apa yang Allah nyatakan, maka mukjizat keselamatan melalui salib Kristus langsung menempatkan saya dalam hubungan yang benar dengan Allah. Dan, sebagai hasil dari mukjizat anugerah Allah yang adikodrati, saya dibenarkan, bukan karena saya menyesali dosa-dosa saya, atau saya telah bertobat, tetapi karena apa yang Yesus telah kerjakan bagi saya. Roh Allah membawa pembenaran dengan sinar yang terang benderang dan saya tahu bahwa saya telah diselamatkan, walaupun saya tidak tahu bagaimana hal itu terjadi.

Keselamatan yang datang dari Allah tidak didasarkan pada logika manusia, tetapi pada korban kematian Yesus. Kita dapat dilahirkan kembali semata-mata karena karya penebusan Tuhan kita. Orang yang berdosa, siapa pun dia, dapat diubahkan menjadi manusia baru, bukan karena pertobatan atau kepercayaan mereka, tetapi oleh pekerjaan Allah yang ajaib melalui Yesus Kristus yang mendahului semua pengalaman kita (lih. 2 Korintus 5:17-19).

Kepastian mutlak dari pembenaran dan pengudusan adalah Allah sendiri. Kita tidak perlu mengusahakan sendiri hal-hal itu karena semuanya itu telah dikerjakan melalui karya penebusan dan salib Kristus. Sesuatu yang adikodrati menjadi hal yang natural/alami bagi kita melalui mukjizat Allah dan merupakan perwujudan dari apa yang telah dikerjakan oleh Yesus Kristus -- “Sudah selesai” (Yohanes 19:30).

26/10/2024

My Utmost (B. Indonesia)
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku ... — Matius 28:19

Tantangan bagi seorang pelayan atau pengabar Injil tidak berasal dari kenyataan bahwa orang-orang yang dihadapi sulit, hambatan sikap acuh tak acuh yang besar, dll.. Tidak! Tantangannya berasal dari diri pekerja itu sendiri dalam hubungannya dengan Yesus Kristus, seperti yang dikatakan-Nya, “Percayakah kamu bahwa Aku dapat melakukannya?”

Metode Misi

Yesus tidak berkata, “Pergilah dan selamatkan jiwa-jiwa” (penyelamatan jiwa-jiwa adalah pekerjaan Allah yang adikodrati), melainkan Ia berkata, “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku ....” Meskipun perintah tersebut ada, Anda tidak dapat memuridkan orang lain apabila Anda sendiri bukan seorang murid. Ketika para murid kembali dari perjalanan misi pertama, mereka dipenuhi sukacita karena iblis pun tunduk kepada mereka. Namun, sesungguhnya yang dikatakan Yesus adalah: “Janganlah bersukacita karena pelayananmu yang berhasil -- rahasia sukacita adalah jika kamu mempunyai hubungan yang akrab dengan Aku” (lih. Lukas 10:17-20).

Hal terpenting dari seorang misionaris adalah tetap tinggal dalam panggilan Allah, dan menyadari bahwa satu-satunya tujuannya adalah untuk memuridkan pria dan wanita bagi Yesus. Waspadalah jika ada belas kasihan atas jiwa-jiwa yang datangnya bukan dari Allah, melainkan dari keinginan kita sendiri untuk membuat orang bertobat menurut sudut pandang kita. Tantangan bagi seorang misionaris tidak berasal dari kenyataan bahwa orang-orang sulit dibawa ke dalam keselamatan, orang-orang yang undur susah untuk kembali, atau ada hambatan berupa sikap acuh tak acuh yang besar. Tidak! Tantangannya berasal dari perspektif misionaris itu sendiri tentang hubungannya dengan Yesus Kristus -- “Percayakah kamu bahwa Aku dapat melakukannya?” (Matius 9:28).

Tuhan mengajukan pertanyaan tersebut pada kita berulang kali dan hal itu mengonfrontasi kita dalam segala situasi yang kita alami. Satu tantangan besar kita adalah apakah saya mengenal Tuhan saya yang hidup? Apakah saya mengenal kuasa-Nya yang ada dalam diri saya? Apakah saya cukup bijaksana dalam pandangan Allah, tetapi cukup bodoh menurut pandangan dunia untuk memercayai yang Yesus Kristus katakan? Ataukah, saya mulai meninggalkan posisi adikodrati dan keyakinan yang kokoh kepada Yesus Kristus, yang sesungguhnya merupakan satu-satunya panggilan Allah bagi seorang misionaris?

Jika saya mengikuti metode lain, saya meninggalkan metode yang telah dirancang oleh Tuhan kita: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa ... karena itu, pergilah” (Matius 28:18-19).

26/10/2024

My Utmost (B. Indonesia)
Maka kata Yesus sekali lagi: “... Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” — Yohanes 20:21

Terdapat kecenderungan dalam pelayanan atau pengabaran Injil dan menjadi pemikiran kita bahwa inspirasi kita ada di depan. Lalu, kita menjadikannya patokan dan ukuran keberhasilan. Namun, dalam Perjanjian Baru, inspirasi terletak di belakang kita, di belakang Tuhan Yesus sendiri. Sasarannya ialah berkenan dan setia kepada-Nya dan melaksanakan rencana-Nya.

Apakah Tugas Seorang Misionaris?

Seorang misionaris ialah seseorang yang diutus oleh Yesus Kristus sama seperti Dia diutus oleh Allah. Faktor pengendalinya bukanlah kebutuhan orang-orang, melainkan perintah Yesus. Sumber inspirasi dalam pelayanan kita bagi Allah itu ditempatkan di belakang, bukan di depan kita. Kecenderungan masa kini ialah meletakkan inspirasi itu di depan, lalu kita menjadikannya sebagai patokan dan ukuran keberhasilan kita. Akan tetapi, dalam Perjanjian Baru, inspirasi terletak di belakang kita, di belakang Tuhan Yesus sendiri. Sasarannya ialah berkenan dan setia kepada-Nya dan melaksanakan rencana-Nya.

Ikatan pribadi dengan Tuhan Yesus dan sudut pandang-Nya merupakan satu hal yang tidak boleh diabaikan. Bahaya besar dalam tugas misionaris adalah panggilan Allah digantikan dengan kebutuhan orang banyak, yaitu simpati manusiawi bagi kebutuhan itu akan sepenuhnya menggeser makna tugas dari Yesus. Padahal, kebutuhan begitu sangat besar dan keadaan atau kondisi begitu sulit sehingga setiap kemampuan/daya pikiran gagal dan tidak akan berhasil. Kita cenderung melupakan bahwa alasan besar di balik semua tugas misionaris terutama bukanlah peninggian derajat manusia, peningkatan pendidikan, atau pemenuhan kebutuhan mereka, melainkan pertama-tama dan terutama perintah Yesus Kristus: “Karena itu, pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku ...” (Matius 28:19).

Bila menoleh kembali pada kehidupan para pria dan wanita milik Allah, kita cenderung berkata, “Betapa baik dan mengherankan hikmat mereka dan betapa sempurnanya mereka memahami yang Allah kehendaki!” Akan tetapi, kecerdasan pikiran di balik mereka ialah pikiran Allah, bukan hikmat manusia. Kita memberikan pujian kepada hikmat manusia padahal seharusnya kita memberi pujian kepada tuntunan ilahi dan Allah, yang dipertunjukkan melalui orang-orang seperti anak-anak yang cukup “bodoh” untuk memercayai hikmat Allah dan perlengkapan-Nya yang adikodrati.

24/10/2024

My Utmost (B. Indonesia)
Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka. — 1 Korintus 9:22

Seorang pekerja Kristen harus belajar bagaimana menjadi “orangnya Allah” seperti Paulus. Seluruh hati, pikiran, dan jiwa Paulus dikuasai oleh pikiran akan hal-hal besar yang akan dilakukan Yesus melalui dirinya, dan ia tidak pernah berpaling dari tujuan tersebut.

Biarkanlah Allah Melakukan Menurut Cara dan Kehendak-Nya

Seorang pekerja Kristen harus belajar bagaimana menjadi God’s man, atau orangnya Allah yang unggul dan berguna di tengah khalayak yang tidak peduli dengan nilai-nilai kehidupan. Jangan pernah mengeluh dengan mengatakan, “Andai saja aku berada di tempat lain, tidak di sini!” Semua orang milik Allah adalah orang biasa yang dijadikan luar biasa oleh tujuan yang telah Allah berikan kepada mereka. Jika kita tidak mempunyai tujuan yang benar secara intelektual dalam pikiran kita dan menaruh kasih dalam hati kita, kita akan dengan sangat cepat melenceng dari jalan tempat Allah bermaksud memakai kita.

Kita bukan pekerja bagi Allah karena pilihan kita. Banyak orang sengaja memilih untuk menjadi pekerja, tetapi mereka tidak mempunyai tujuan anugerah Allah Yang Mahakuasa atau firman-Nya yang berkuasa dalam diri mereka. Seluruh hati, pikiran, dan jiwa Paulus dikuasai oleh pikiran akan hal-hal besar yang akan dilakukan Yesus melalui dirinya, dan dia tidak pernah berpaling dari tujuan tersebut. Kita harus senantiasa menghadapkan diri kita dengan satu fakta sentral: “Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan” (1 Korintus 2:2).

“Akulah yang memilih kamu” (Yohanes 15:16). Biarlah kata-kata ini selalu mengingatkan Anda dalam pandangan teologi Anda. Bukan Anda yang telah mendapatkan Allah, melainkan Allahlah yang telah mendapatkan Anda. Allah sedang bekerja, membentuk Anda dengan melengkungkan, mematahkan, mencetak, dan mengerjakan tepat seperti yang dikehendaki-Nya. Mengapa Dia melakukan itu? Dia melakukan itu hanya untuk satu tujuan, yaitu agar Allah dapat mengatakan, “Orang ini milik saya!”

Kita harus berada di tangan Allah agar Dia dapat membangun orang lain (melalui pelayanannya) di atas Sang Batu Karang, yaitu Yesus Kristus, tepat seperti Dia telah menempatkan kita. Jangan sekali-kali memilih untuk menjadi seorang pekerja, tetapi begitu Allah memanggil Anda, celakalah Anda jika Anda “... menyimpang ke kanan atau ke kiri ...” (Ulangan 28:14). Dia akan memperlakukan Anda dengan cara yang tidak pernah dilakukan-Nya sebelum panggilan-Nya datang kepada Anda, dan Dia akan memperlakukan Anda dengan cara yang tidak pernah dilakukan-Nya dengan orang lain.

Biarkanlah Dia bekerja menurut cara dan kehendak-Nya.

Address

Pekanbaru

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Gereja Kemah Injil Indonesia Pekanbaru Riau posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Practice

Send a message to Gereja Kemah Injil Indonesia Pekanbaru Riau:

Share

Share on Facebook Share on Twitter Share on LinkedIn
Share on Pinterest Share on Reddit Share via Email
Share on WhatsApp Share on Instagram Share on Telegram