Lex dePraxis

Lex dePraxis Relationship Coach, Founder of KelasCinta.com Indonesia's #1 Love & Relationship Coach

panggilan sayang kesannya sepele, tapi itu punya efek positif lho dalam hubungan.⁣⁣menurut survei Pepper Schwartz, profe...
09/01/2022

panggilan sayang kesannya sepele, tapi itu punya efek positif lho dalam hubungan.⁣

menurut survei Pepper Schwartz, profesor sosiologi di University of Washington in Seattle, pada 100,000 orang, ditemukan sekitar 76% orang yang dalam hubungan sangat bahagia mengaku punya panggilan khusus (istilah Inggrisnya, pet names) pada pasangannya.⁣

panggilan itu bisa berupa permainan/plesetan dari namanya, atau melambangkan sifat, kejadian, perilaku, kebiasaan, atau bunyi-bunyian random yang terasa menyenangkan bagi penyebut dan orang yang disebut.

panggilan itu bisa jadi anchor/pengunci sentimen positif yang kita perlukan sekali dalam interaksi sehari-hari, dan juga semacam seatbelt agar melembutkan komunikasi saat terjadi konflik atau situasi tidak menyenangkan. ini saya jelaskan lebih detil dalam kelas Relationship Blueprint.

kalau kamu dan pasangan belum ada panggilan unik satu sama lain, silakan coba bikin sendiri atau ambil dari yang biasanya dipakai orang. tapi pastikan sebutan itu tidak merendahkan ataupun menyakiti pasangan ya.. ⁣

saya sendiri punya banyak sekali panggilan² sayang yang terus berganti dan bertambah di sepanjang hubungan; sebagian saya masukkan ke daftar kata di gambar.⁣

bagaimana dengan panggilan spesial yang kamu dan pasangan pakai?⁣

sebut dan mention dia di kolom komentar ya.⁣

🚗 HUBUNGAN ADALAH PERJALANANrasanya saya mulai makin memahami mengapa saya luar biasa minim hasrat untuk traveling libur...
29/12/2021

🚗 HUBUNGAN ADALAH PERJALANAN

rasanya saya mulai makin memahami mengapa saya luar biasa minim hasrat untuk traveling liburan, agak berbeda dari orang pada umumnya.

bukannya karena saya tidak butuh/suka jalan-jalan, melainkan karena kebutuhan saya untuk jalan-jalan itu sudah terpenuhi (bahkan terpuaskan) saat ngobrol bertukar pikiran dengan seseorang.

dalam ngobrol itu, saya bisa:
- menelusuri hutan rimba ide yang belum terjamah,
- menemukan gua dan danau kesadaran baru,
- berkemah di pegunungan What If,
- mengamati lukisan perspektif berbeda,
- menyelam ke palung perasaan terdalam,
- berselancar di atas ombak tekanan ortu,
- meniti tebing dan jurang topik sensitif,
- mempelajari sejarah dan artefak kepribadian,
- berkendara offroad di keinginan² tabu,
- menengguk anggur pengalaman usia puluhan tahun,
- menatap refleksi di genangan rencana hidup,
- nongkrong santai di trotoar gosip dan nyinyir,
- merangkak ke dalam labirin tragedi dan trauma,
- mencicipi jajanan ideologi dan mindset asing,
- berputar² tersesat di gurun keraguan,
- menyaksikan tarik tambang hati dan logika,
- mendaki tangga ekspektasi yang tidak realistis,
- bermeditasi di kuil jati diri yang terhilang,
- menghirup udara motivasi segar,
- menonton atraksi sirkus overthinking,
- bertemu preman lokal: ego superego id,
- menelusuri rute ketakutan dan kecemasan,
- menyantap gourmet toxic warisan keluarga,
- duduk berkeliling di api unggun passion,
- meneropong keputusan keliru dan konyol,
- berziarah ke reruntuhan broken dreams,
- menjelajah antariksa kemungkinan²,
- menikmati kilau aurora spiritualis,
- bertransaksi di pasar bawah sadar,
- mengintip jejak fantasi di red-light district,
- memetik buah pengetahuan terlarang,
- dsb.

bagi saya, itu semua petualangan yang menggairahkan. saya jadi menyadari bahwa saya lebih menikmati perjalanan ke dalam, dibanding ke luar. saya juga menyadari bahwa teman perjalanan sangat mempengaruhi kualitas perjalanannya.

makanya sekedar jalan kaki ke Alfamart di komplek seberang pun bisa terasa seru, memuaskan, sekaligus aktualisasi diri, apabila bersama seseorang yang bisa diajak ngobrol genuine, deep, dari hati ke hati.

lokasi geografis SedangDiMana dan MauKeMana bagaikan variabel sensasi dan dekorasi saja. Bersama Siapa adalah esensi perjalanan yang sesungguhnya, baik traveling ke dalam maupun ke luar.

itu keyakinan saya, bukan kebenaran absolut.

apabila kamu adalah pribadi yang suka/butuh traveling liburan jalan² beneran, of course go ahead and have fun go mad. tapi jangan lupa pintar² memilih pasangan yang juga teruji cerdas dan ma(mp)u jalan² (baca: ngobrol) ke dalam, selain serupa selera dan tujuan perjalanannya.

bagi saya, orang itu bernama Earlene. dia bukan cuma sahabat saya yang asyik ngobrolin 31 items di atas, tapi juga sehebat saya sehingga bisa menemani dan mengimbangi kemanapun saya ingin pergi.

dearest Earlene, thank you untuk itinerary traveling (baca: obrolan) yang luas, lebar, logis, lucu, lawas, legit, lugas, lezat, lucah, lentur liar, luarbiasa setiap harinya di sepanjang tahun 2021 ini. saya bergairah sekali membayangkan ruang-ruang lama, tersembunyi, dan baru yang akan kita kunjungi di tahun mendatang..

hmmm, berasa renungan penutup tahun yak. 😁

nah bagaimana dengan Anda?

semoga siapapun teman hidup yang Anda pilih ma(mp)u seasyik itu berperjalanan (baca: ngobrol) ya..

kalau belum seasyik itu sama yang sekarang, harap pikir berkali-kali sebelum nekat memaksakan diri lanjut ke tahap berikutnya.

percayalah nantinya sepi sengsara lho kalau susah komunikasi dan diem-dieman sepanjang hidup, walau traveling mileage-nya terus bertambah sepanjang tahun dan potret liburannya seru lompat sana-sini..

𝗦𝗘𝗕𝗘𝗟𝗨𝗠 nikah,  R̲E̲N̲U̲N̲G̲K̲A̲N̲ ini dulu... supaya tidak terkejut, tidak kecewa sama harapan sendiri, tidak menyalahk...
08/12/2021

𝗦𝗘𝗕𝗘𝗟𝗨𝗠 nikah, R̲E̲N̲U̲N̲G̲K̲A̲N̲ ini dulu..
. supaya tidak terkejut, tidak kecewa sama harapan sendiri, tidak menyalahkan pasangan, dan tidak menyesal sudah terjebak seumur hidup.

Anda punya pengalaman yang relate dengan penjelasan atau kisah orang² di story ini?

cerita di kolom komentar ya, supaya bisa didiskusikan dan mencerahkan banyak orang lainnya.

=====

klik follow IG ▶▶ instagram.com/lexdepraxis ◀◀ untuk dapat daily lessons seperti ini. 👍

"Semasa lajang, kita perlu manajemen waktu dan energi untuk mengasah dan mengolah berbagai aspek di atas, agar bisa berg...
20/11/2021

"Semasa lajang, kita perlu manajemen waktu dan energi untuk mengasah dan mengolah berbagai aspek di atas, agar bisa bergerak semenjauh mungkin dari titik nol.. alias jadi seberkualitas mungkin.

Itu sebabnya saya merasa beresiko sekali bila kita memaksakan diri menikah di usia 20an. Hanya segelintir orang yang terlahir ke dunia ini dengan berbagai privilese sehingga di usia 20an sudah bisa leluasa melatih berbagai aspek hidupnya (walau itu tidak menjamin mereka lebih terampil juga). Mayoritas kita tidak seberuntung itu.

Dalam rentang usia prima itulah kita perlu berfokus mengembangkan berbagai aspek dan potensi diri semaksimal mungkin. Usia 20an adalah masa terbaik untuk ‘mengubah’ berbagai keterbatasan dan kekurangan yang (tanpa sengaja) diwariskan dari orangtua kita.

Berpacaran di periode ini memang ideal, karena pacaran adalah salah satu ‘sekolah’ untuk mengasah dan menambah (kualitas), dan sebaiknya tidak untuk (segera) menikah.

Alasannya adalah sebagai bagian dari proses meningkatkan diri, kita akan mengalami banyak kesalahan dan kegagalan. Sama seperti kita akan berkali-kali keliru memilih pekerjaan, bisnis, pergaulan, dsb demikian juga kita akan berkali-kali keliru memilih pasangan. Berbahaya sekali kita menikahi seseorang di periode usia yang baru belajar mengambil keputusan dan berjalan sebagai manusia dewasa."

artikel lengkapnya di sini ⬇⬇⬇
https://kelascinta.com/relationship/kenapa-kita-jadi-kerja-keras-mengubah-pasangan

=====

ikuti juga diskusi di IG instagram.com/lexdepraxis karena saya lebih aktif dan rajin dialog di sana. 😉

❓ Kenapa Kita Jadi Terpaksa Kerja Keras Mengubah Pasangan? ❓ secara sederhana, polanya begini: semasa single diri kita m...
18/11/2021

❓ Kenapa Kita Jadi Terpaksa Kerja Keras Mengubah Pasangan? ❓

secara sederhana, polanya begini:

semasa single diri kita masih minus/nol/terbatas ➡ dikelilingi orang-orang yang sama minus/nol/terbatas ➡ pacaran atau nikah dengan orang minus/nol/terbatas ➡ terpaksa kerja keras mendorong pasangan supaya tidak minus/nol/terbatas

pola itu umumnya lebih banyak usahanya daripada hasilnya, kecewanya daripada puasnya, capeknya daripada bahagianya.

sebenarnya kita jadi banting tulang begitu bukan salah pasangan sih, karena sikapnya sangat wajar dan bisa dipahami. untuk apa dia susah-susah perbaiki/tingkatkan diri kalau ada kita yang selalu menerima kapan saja dan mau kerja keras lebih dari dia?

jadi kita berada di kondisi yang tidak enak itu sebenarnya salah kita sendiri: itulah KONSEKUENSI dari kita yang membiarkan diri sendiri skornya terbatas (atau rendah) di awal dulu.

seandainya kita tidak serendah/seterbatas itu, kecil kemungkinan kita jadi dikelilingi orang serupa dan kecil kemungkinan kita tertarik dengan orang-orang demikian juga.

tentu tidak salah memilih/mengiyakan hubungan dengan orang yang 'mulai dari nol'.. asalkan kita sadar sepenuhnya dengan KONSEKUENSI dari pilihan itu, dan tidak menyudutkan/menyalahkan pasangan apabila nanti terasa stuck gitu-gitu aja.

yes?

=====

lanjutkan KLIK baca ARTIKEL LENGKAPNYA ⬇⬇⬇
https://kelascinta.com/relationship/kenapa-kita-jadi-kerja-keras-mengubah-pasangan

rugi banget kalau males/engga baca. 😊

=====

boleh juga follow saya di instagram.com/lexdepraxis untuk dapat update harian seputar relationship development.

sekaligus gabung grup Kelas Cinta - Love Better, Live Better untuk tanya-jawab dan diskusi yang membuka mata.

WALAU saya sudah berkali² bahas kita tidak bisa mengubah pasangan, sebenarnya kita bisa menciptakan kondisi-kondisi yang...
15/11/2021

WALAU saya sudah berkali² bahas kita tidak bisa mengubah pasangan, sebenarnya kita bisa menciptakan kondisi-kondisi yang subur untuk perubahan besar.

kita bisa kok meminta pasangan untuk bertambah (dewasa, peka, komunikatif, hangat, setia, inisiatif, terbuka, dsb) demi kepentingan hubungan.

kalau dia tidak mau berubah, nyaris tidak ada hal yang bisa kita lakukan lagi.. karena kita memang tidak bisa mengubah orang lain.

namun kalau dia mau berubah, masih ada ratusan hal yang perlu kita kondisikan di sepanjang proses dia bertambah dan bertumbuh.

kemampuan dan perkembangannya sangat dipengaruhi kema(mp)uan kita menjadi sahabat/suporter terbaik yang menginginkan dia berhasil.

=====

berikut adalah hal-hal yang perlu kita evaluasi..

✅ apakah kita ma(mp)u memecah target perubahan itu jadi r̲a̲t̲u̲s̲a̲n̲ k̲e̲p̲i̲n̲g̲ k̲e̲c̲i̲l̲ agar dia bisa latih ulang sehari-hari, bukan segumpal perilaku besar yang berat, rumit?

✅ apakah kita ma(mp)u ratusan kali menunjukkan dan mengingatkan pasangan bagaimana cara melakukannya s̲e̲c̲a̲r̲a̲ s̲p̲e̲s̲i̲f̲i̲k̲, daripada membiarkannya berpikir dan mencoba² sendiri sementara kita bertingkah seperti dosen penguji?

✅ apakah kita ma(mp)u ekspresif menunjukkan kegembiraan dan penghargaan s̲e̲t̲i̲a̲p̲ k̲a̲l̲i̲ pasangan berhasil memaksakan diri keluar dari zona nyamannya, agar dia tahu jelas bahwa jerih payahnya itu diperhatikan?

✅ apakah kita ma(mp)u beri feedback pengakuan s̲e̲t̲i̲a̲p̲ k̲a̲l̲i̲ dirinya sudah bertambah/meningkat satu poin, lalu satu poin lagi, lalu satu poin lagi, dst agar dia bisa ikut merasa kagum/puas akan performanya sendiri?

✅ apakah kita ma(mp)u s̲a̲b̲a̲r̲ b̲e̲r̲e̲m̲p̲a̲t̲i̲ untuk menerima, menemani, dan memaklumi ketika dia sedang alpa atau lupa, terdistraksi atau tertekan, daripada langsung mencurigai dan menghakimi dia tidak serius?

✅ apakah kita ma(mp)u jadi orang yang tetap p̲e̲r̲c̲a̲y̲a̲ p̲e̲n̲u̲h̲ akan kemampuannya, terutama di masa-masa ketika dia sedang jatuh, lelah, kehilangan kepercayaan pada diri sendiri?

=====

perubahan/perbaikan besar dalam hubungan merupakan hasil dari ratusan tindakan kecil yang konsisten dilakukan pasangan DIBARENGI ratusan apresiasi yang konsisten dilakukan kita.

kalau kita tidak ma(mp)u melakukan bagian² kita di atas, bisa jadi kita menyabotase apapun upaya perbaikan dan perubahan yang sedang dilakukan pasangan.

siapapun yang sedang beraksi, layak disuguhkan reaksi yang membantunya terus mengulang dan menambahkan.

=====

jujur deh..

seberapa sering kita minta/nuntut pasangan berubah, tapi kitanya sendiri sibuk MENCURIGAI dan MERAGUKAN usaha-usahanya?

seberapa sering kita malah MAKIN MENYUSAHKAN dan MEMPERBERAT pasangan yang lagi usaha menyanggupi permintaan kita?

seberapa sering kita bersikap dingin dan tidak hangat karena pasangan rasanya masih belum sampai ke perubahan besar yang kita harapkan?

kita bertindak jadi kayak 'dewan pengawas' dan 'polisi' yang ngasih dia tugas sebesar-besarnya dan mencari-cari bukti keteledoran, kekurangan, kesalahan, ketidaktulusan, kegagalan dia.

kita lebih bergairah untuk melihat dia gagal, daripada melihat dia berhasil. seolah kita lebih butuh dapat bukti/justifikasi untuk kita merasa kecewa dan justifikasi marah-marah.. daripada butuh untuk hubungan yang lebih baik.

jujur, seberapa sering kita begitu?

=====

bila Anda bingung bagaimana melakukan pertanyaan-pertanyaan di atas, follow instagram.com/lexdepraxis karena saya berulangkali bahas di story dan iglive.. 👍

jangan lupa juga gabung grup Kelas Cinta - Love Better, Live Better untuk diskusi lainya.

tidak lama yang lalu, mayoritas orang menikah bukan demi perkembangan dan kebahagiaan dirinya, melainkan demi kepentinga...
11/11/2021

tidak lama yang lalu, mayoritas orang menikah bukan demi perkembangan dan kebahagiaan dirinya, melainkan demi kepentingan dan kebahagiaan orangtuanya; itu sebabnya rangkaian proses memilih hingga menjalani pernikahan didesain mengikuti standar orangtua.

mayoritas orang itu kemudian punya anak bukan demi anaknya bahagia dan berhasil, tapi lagi² demi membahagiakan orangtua mereka, sekaligus demi diri mereka sendiri merasa sempurna aman berhasil bahagia; itu sebabnya anak terus diatur-atur, ditagih bagai tuyul investasi untuk jaminan hari tua.

mayoritas anak-anak itu pun berkembang demi membahagiakan orangtuanya, sampai akhirnya menikah dan punya anak pun pun demi orangtuanya. demikianlah siklus berlanjut tanpa henti.

kebiasaan tersebut dilakukan turun-temurun sehingga jadi kewajaran, mengkristal jadi kebudayaan, bahkan menjelma jadi kebenaran.

|-------------|
| BERHENTI |
| SEBENTAR |
| UNTUK ㅤ |
| MERESAPI |
| YANG ㅤ |
| BARU ㅤ |
| DIBACA |
| YA.. ㅤㅤ |
|-------------|
(\__/) ||
(•ㅅ•)ㅤ||
/   づ

tidak tepat rasanya menghakimi kondisi tersebut sebagai sesuatu yang salah ataupun jahat, apabila kita menyadari bahwa pada saat itu mereka memang tidak punya cukup keberdayaan dan keragaman.

pilihan (gaya) hidup mereka sangat terbatas, mereka hanya melakukan apa yang terbaik pada zamannya.

namun kini kita beruntung hidup di zaman yang begitu kaya akan keamanan, pengetahuan, kenyamanan, informasi, kesempatan, bahkan kemewahan yang tidak dimiliki oleh orangtua.

apakah kita akan semerta-merta mengikuti jejak dan jalur yang ditentukan/ditempuh oleh orangtua kita dulu?

tidakkah kita ingin menghargai jerih payah mereka yang sudah biayai pendidikan kita, dengan cara kita BERPIKIR MENENTUKAN SENDIRI sistematika yang terbaik untuk masa kini dan masa depan kita, tanpa sembarangan mewarisi prinsip/budaya dari (rumah tangga) mereka?

tidakkah kita ingin bertambah dan bertumbuh,
daripada sekedar bertahan hingga tua?

|--------------|
| YUK ㅤ ㅤㅤ|
| MERENUNG |
| LAGI ㅤㅤㅤ |
| YUKㅤㅤ ㅤ |
|--------------|
(\__/) ||
(•ㅅ•)ㅤ||
/   づ

kadang kita terlalu sibuk memandang rendah/miring kualitas pernikahan zaman now karena ada banyak perceraian..
. sehingga terpeleset mengasumsikan (baca: mengagung-agungkan) pernikahan zaman doeloe/ortu itu lebih baik, lebih sehat, lebih harmonis, lebih bahagia.

padahal kalau kita BERANI JUJUR DAN MELIHAT LEBIH DETIL, kita akan menyadari banyak pernikahan orangtua/kakek-nenek itu yang seumur hidup survival mode aja.. alias tidak sehangat, seindah, seharmonis, sebahagia itu juga.

malah banyak yang merasa terjebak, terkunci, dan tak berdaya di dalamnya, makanya tidak bisa bercerai.. bukannya tidak mau. 😉

hubungan yang seperti itu bisa tahan lama sih.
bisa banget berlanjut terus sampai tutup usia.

tapi bahagia kah?
tentu ada aja sih yang bahagia.
walau saya yakin lebih banyak yang (diam²) tidak bahagia ataupun tidak mempedulikan kebahagiaan.

tidak heran juga 'kan kalau mereka sampai menekankan target punya anak berbakti: anak-anak dibebani tanggung jawab melayani dan membahagiakan orangtua yang lelah puluhan tahun memilih hidup dalam relasi yang sempit, sesak, dan tidak bahagia.

apakah kita mau (baca: tega) meneruskan pola itu dan mewariskannya pada anak-anak kita nanti?

|--------------|
| APA ㅤㅤㅤㅤ|
| YANGㅤ ㅤ |
| TERPIKIR |
| OLEH ㅤㅤㅤ |
| KAMU |
| SEKARANG? |
|--------------|
(\__/) ||
(•ㅅ•)ㅤ||
/   づ

kalau tertarik topik ini, baca lanjutan Q&A nya di highlight Instagram.com/lexdepraxis ✅

ada masalah²kecil, ada MASALAH²BESAR. mana yang merusak dan menghancurkan hubungan, terutama rumah tangga?biasanya sih o...
10/11/2021

ada masalah²kecil,
ada MASALAH²BESAR.

mana yang merusak dan menghancurkan hubungan, terutama rumah tangga?

biasanya sih orang pikir MASALAH²BESAR-lah yang bahaya.

realitanya, MASALAH²BESAR bisa dihindari, dihadapi, diatasi kalau masalah²kecil-nya rajin diobrolin, diberesin, diperbaikin.

coba cek deh hubungan yang kandas di masa lalu. apapun yang terjadi di ujung-ujung hubungan itu seringkali hanya tekanan dan benturan yang sebenarnya tidak sampai menghancurkan s̲e̲a̲n̲d̲a̲i̲n̲y̲a̲ hubungan tsb tidak ringkih rapuh retak selama berbulan²/bertahun² sebelumnya.

betul kan?

==========

misalnya nih.

urusan duit itu jelas penting, apalagi kalau sudah berumah tangga.

tapi bukan ketiadaan/kekurangan duit yang bikin hubungan jadi hancur lho.

saya yakin Anda bisa lihat ada couples yang lagi ngalamin ketegangan finansial luar biasa ternyata bisa lebih ngalir jalanin hubungannya dibanding kita yang mapan dan nyaman hidupnya.

begitu juga soal ketidaksetiaan dan selingkuh.

bukan orang ketiga yang bikin hubungan jadi hancur.

Anda juga pasti pernah liat couples yang bisa tetap intim hangat walau masing² berteman dengan banyak lawan jenis, tanpa terjadi penyalahgunaan kepercayaan..

jadi berbagai MASALAH²BESAR yang orang khawatirin itu sebenarnya bisa diakali dan dikelola. tapi itu sulit dilakukan apabila hubungannya memang sudah keropos digerogoti masalah²kecil yang dibiarkan saja selama bertahun-tahun.

makanya hubungan itu lemah banget pas dihinggapi tekanan keuangan dan kehadiran orang ketiga.

jadi yang l̲e̲b̲i̲h̲ merusak dan menghancurkan adalah..
. masalah²kecil yang diabaikan, disepelekan.

==========

untuk lebih jelasnya lagi, langsung deh klik baca Highlight berjudul MINIMALIS di instagram.com/lexdepraxis 👍

ikuti juga diskusi topik ini di grup Kelas Cinta - Love Better, Live Better ⬅

DIA BERUBAH?apapun perubahan dan pergeseran yang pasangan lakukan pasti bisa ditelusuri kaitannya dengan perubahan dan p...
06/06/2021

DIA BERUBAH?

apapun perubahan dan pergeseran yang pasangan lakukan pasti bisa ditelusuri kaitannya dengan perubahan dan pergeseran yang kita lakukan.

jadi sebelum ngeluh nuduh marah dia tidak bersikap manis seperti dulu, coba jujur sama diri sendiri apa saja hal positif yang dahulu kita lakukan (sehingga dia termotivasi bersikap manis) dan sekarang sudah tidak kita lakukan lagi?

mudah sekali untuk merasa jadi korban.
kedua pihak biasanya begitu, merasa korban.

itu sebabnya jadi saling menyerang.
karena merasa telah dilanggar dan diserang duluan.

padahal sebenarnya, masing-masing telah berubah dan memicu/memacu perubahan² pada pasangannya.

masuk akal kan?

hubungan banyak DRAMA-nya?bisakah diminimalisir?silakan telusuri lessons ini deh:- bagaimana memahami, meresponinya?- me...
05/06/2021

hubungan banyak DRAMA-nya?
bisakah diminimalisir?

silakan telusuri lessons ini deh:
- bagaimana memahami, meresponinya?
- mental/verbal habit yang perlu dihindari?
- contoh kalimat yang perlu dibiasakan?

❤️

baca perlahan-lahan ya,
lalu klik gabung ⬇️⬇️⬇️
kelascinta.com/daftar
untuk nonton 8 video gratis
dan 8 ebook gratis.

seringkali bukannya pasangan kita yang keras kepala, cuek, ataupun tidak sayang. seringkali kitanya-lah yang RESE RIBET ...
02/06/2021

seringkali bukannya pasangan kita yang keras kepala, cuek, ataupun tidak sayang.

seringkali kitanya-lah yang RESE RIBET RUSUH menyuarakan teguran dan koreksi sehingga dia jadi terpancing menutup telinga dan mengabaikan.

baca ini dan jujur sama diri sendiri.

🤔 🤔 🤔

apakah kita sudah bisa menegur dan mengoreksi dia tanpa melibatkan cara-cara dari a - p itu?

kalau belum, maukah kita merendahkan hati dan mulai menambah kemampuan baru dalam berkomunikasi?

🤔 🤔 🤔

hayuuk belajar di KC STAR:
➡️ kelascinta.com/daftar
gratis, ilmunya cetar-cetar..

🤔 "Kenapa hubungan kita tetap SIKLUS BERMASALAH GITU² TERUS, padahal kita sudah ngerti AKAR MASALAH dan sering ngikutin ...
14/05/2021

🤔 "Kenapa hubungan kita tetap SIKLUS BERMASALAH GITU² TERUS, padahal kita sudah ngerti AKAR MASALAH dan sering ngikutin materi pengembangan diri?"

hubungan adalah perjanjian properti bersama. kedua pihak yang ada di dalamnya adalah sama-sama pemilik yang berdiri seca...
30/04/2021

hubungan adalah perjanjian properti bersama.

kedua pihak yang ada di dalamnya adalah sama-sama pemilik yang berdiri secara mandiri dan setara.

jadi kalau hubungan milik bersama, siapakah pemimpinnya?

ya mereka berdua juga.. bergiliran dan bergantian saling memimpin (baca: mengayomi) sampai akhir hayat nanti.

karena menjadi pemimpin adalah PERAN, FUNGSI, KETERAMPILAN yang didistribusikan dan dikembangkan seiring perjalanan hidup, bukan sifat, hak, ataupun jabatan yang sudah ditetapkan berdasarkan usia dan jenis kelamin.

💑 ===== 💑

ada Couple Challenge terkait di grup Kelas Cinta - Love Better, Live Better , klik link berikut:

https://www.facebook.com/groups/kelascintacom/permalink/1409417822754263/

Q&A 1. Gimana ngetes pasangan?2. Gimana ngilangin ketakutan?3. Gimana kalau pasangan punya trauma?4. Gimana supaya ga te...
26/04/2021

Q&A
1. Gimana ngetes pasangan?
2. Gimana ngilangin ketakutan?
3. Gimana kalau pasangan punya trauma?
4. Gimana supaya ga terseret emosi?

kalau ada pertanyaan lain,
silakan ketik di kolom komentar.

kenapa apapun kebaikan dan pembuktian pasangan biasanya tidak bisa meredakan perasaan cemas, takut, cemburu di hati kita...
02/04/2021

kenapa apapun kebaikan dan pembuktian pasangan biasanya tidak bisa meredakan perasaan cemas, takut, cemburu di hati kita?

kenapa dia dibatasi, diawasi, bahkan dipasangin spy apps pun tetap tidak bisa bikin kita merasa tenang dan percaya?

karena yang sibuk kerja keras dia.

mestinya kita.. karena PERASAAN KITA ADALAH TANGGUNG JAWAB KITA.

silakan baca story ini perlahan-lahan dan berkali-kali, sampai terasa ada sesuatu yang merekah di hati.

KETERAMPILAN PRA-PRANIKAHsalah satu hal yang sangat membahagiakan bagi saya setidaknya dalam 5 terakhir ini adalah melih...
30/03/2021

KETERAMPILAN PRA-PRANIKAH

salah satu hal yang sangat membahagiakan bagi saya setidaknya dalam 5 terakhir ini adalah melihat makin menjamurnya kesadaran dan kebutuhan orang-orang akan prosesi bimbingan pranikah yang memperlengkapi sepasang kekasih masuk dalam kehidupan berumah tangga..

karena lahir di keluarga dengan latar belakang kristiani, kebetulan sejak kecil saya tahu keberadaan prosesi tersebut sebagai diadakan sebagai syarat menikah di gereja. hari minggu aja adalah sekolah (baca: Sekolah Minggu), apalagi hari menikah. ada sekolahnya juga dengan berbagai varian nama, syarat, dan durasi; di komunitas saya, dikenal dengan istilah BPN (Bimbingan PraNikah).

🌟🌟🌟

saya ingat sewaktu remaja dulu, setiap kali mendengar sepasang kekasih diumumkan sedang ikut BPN, impresi saya terhadap mereka seperti melonjak berlipat ganda kagum hormat. walau mungkin usia mereka masih 20an, di mata saya mereka jadi tampak instan terlihat ultra dewasa, hyper bijak, dan berkilau suci agung.. sangat berbeda dari kami rakyat jelata yang belum bisa ikut BPN (baca: kaum bocah ingusan dan cemar)..

saat itu, saya berpikir BPN semacam sekolah elit dan ujian tertinggi demi mendapat approval dari Tuhan untuk buka franchise Terang Dunia (baca: beranak cucu dan bertambah banyak). 😁

yah namanya juga remaja kesepian yang nerdy dan sulit bergaul.. mohon maap kalau cara pandang dan pikirnya kelewat kreatif gitu. 🙏

🌟🌟🌟

anyways, setelah masuk usia dewasa saya akhirnya paham manfaat dari sekolah pembekalan demikian. lalu ketika belakangan ini saya melihat pemerintah pun mulai ikut menyadari kegunaannya dalam memperkuat dua individu yang menjalani pernikahan. saya melihat pemerintah mulai serius memfasilitasi pembekalan serupa lewat organisasi/lembaga terkait, bahkan berupaya menjadikannya syarat untuk menikah.

it's a bit late, but I applaud, admire, and fully support this progress in our society. 👍👍

pastikan Anda benar² mencari dan memanfaatkan fasilitas tersebut, sebelum terjun ke dalam pernikahan. malah kalau perlu, sengajakan ikut beberapa kali bimbingan dari berbagai institusi supaya wawasannya jadi makin kaya.

dan saya percaya itu saja masih belum cukup.

pembekalan/bimbingan pranikah yang dilakukan banyak institusi keagamaan dan pemerintah lainnya ini masih terlalu singkat untuk membantu kedua orangnya mengevaluasi diri, mengevaluasi pasangan yang terbaik untuknya, mengevaluasi kemampuan dan tujuan berelasi, serta merancang kehidupan rumah tangga seumur hidup.

fasilitas tersebut biasanya baru diikuti SETELAH seseorang menentukan siapa yang mau dinikahi.. itu pun dilakukan setahun terakhir menuju target pernikahan. tidak jarang saya dengar cerita para couples melakukannya di bulan-bulan terakhir menjelang nikah sambil mengurus rencana gedung, gaun, dan tetek-bengek keluarga lainnya; bahkan ada yang di minggu-minggu terakhir.

artinya, apapun yang dipelajari (ataupun baru diketahui) dalam bimbingan pranikah itu tidak sempat memberi dampak signifikan terhadap kualitas pribadi ataupun hubungan mereka.

apapun perbedaan, ketidakcocokan, perilaku sulit/buruk, serta ketidakmampuan yang terungkap semasa bimbingan itu cenderung dijadikan asal-tahu-aja tanpa ada upaya pertimbangan ataupun tindakan korektif yang serius.

apapun keterampilan dan masalah yang baru dipelajari, sedikit sekali waktu dan tenaga yang bisa didedikasikan untuk memprosesnya sebaik mungkin.. karena sepasang kekasih yang terlibat (dan keluarga mereka) biasanya sudah heavily invested in the marriage plan.

istilahnya, mereka cenderung enggan mengerem mobil pernikahan mereka yang sudah melaju kecepatan tinggi.. boro-boro bersedia putar arah dan ganti co-pilot.

alhasil, sekolah dan bimbingan itu bisa jadi bersifat formalitas, legalitas, ritualistik saja. orang² mengikutinya semacam demi dapetin stempel lulus.. bukan karena benar² peduli akan kualitas hubungan mereka.

🌟🌟🌟

saya percaya 50% bobot dari rumah tangga yang sehat ada pada pilihan partner yang tepat.

itu sebabnya kalau sudah terlanjur pilih yang tidak tepat, upaya² bimbingan pranikah (dan pascanikah sekalipun) akan relatif sedikit sekali memperbaiki keadaan.

berubahnya mungkin hanya sedikit saja dan sebentar saja, tapi perjuangannya luar biasa berat dan panjang, pasti mempengaruhi perkembangan anak, dan tidak jarang penuh luka serta berdarah-darah.. figuratively and literally.

ada banyak sekali domain yang perlu dievaluasi dalam diri sendiri dan pacar.. SEBELUM ambil keputusan mau menikahi dia, merancang pernikahan, dan menjalani bimbingan pra-nikah.

makanya judul artikel ini engga typo alias salah ketik.

saya bicara tentang terampil mengenali diri dan mengelola hubungan SEBELUM MASUK SEKOLAH PRANIKAH.

ini soal kecerdasan dan keterampilan relasi pra-pranikah.

🌟🌟🌟

banyak married couples yang mengeluh kecewa, "Waktu pacaran dia ga ada sikap buruk XYZ ini kok!" sambil mengenang, "Malahan kami baik-baik saja kok, banyak orang yang kagum, support, bahkan iri ngeliat kami yang bisa terbuka, komunikatif, dan serius banget."

mereka mengeluarkan berbagai macam justifikasi dan teori konspirasi bahwa mereka tidak bisa melihat ada potensi masalah dan konflik sewaktu pacaran. setelah nikah, mereka berlomba lempar tanggung jawab dengan nuding pasangannya yang mendadak bermasalah, berubah lah, ingkar janji lah, dipengaruhi keluarga lah, diganggu pihak ketiga lah, disantet lah, dsb..

padahal segala masalah yang dialami dalam pernikahan nanti sebenarnya sudah bisa diterawang, diteropong semenjak relasi pacaran, bahkan ada beberapa yang bisa dilihat semasa single dan PDKT.

perilaku sulit/buruk diri sendiri dan pasangan yang BARU DIBAHAS ATAUPUN KETAHUAN saat kelas bimbingan pranikah (beberapa bulan sebelum hari pernikahan) pasti sudah bisa dikenali, ditelusuri benang merahnya pada tahun pertama pacaran.

jika baru disadari saat keduanya ikut bimbingan pranikah, itu sebenarnya sih sudah lumayan terlambat dan repot menanggulanginya.

itu alasannya saya tidak pernah lelah mengulang dan mengajar rekomendasi pacaran 2-3 tahun SEBELUM memutuskan untuk menikah (alias menjalani proses pranikah).

kita perlu ruang untuk mengembangkan kesadaran dan keterampilan dalam berelasi.. mengevaluasi diri sendiri dan pasangan kita, SEBELUM menentukan mau lanjut nikah atau tidak.

🌟🌟🌟

menurut saya, pacaran itu BUKAN kontrak sosial yang otomatis berujung pada pernikahan.

kita bisa saja pacaran serius, tapi bukan serius dalam artian pasti akan menikahi dia no matter what.. melainkan serius dalam artian melakukan fit and proper test secara berkala, tidak mau sembarangan menikahi orang.

pacaran justru laboratorium untuk mengumpulkan sebanyak mungkin data empiris seputar potensi sumber daya, latar belakang, kekuatan, masalah, ketidakcocokan, fleksibilitas, dsb yang diperlukan untuk proyeksi kualitas relasi seumur hidup nanti.

salah satu ujian besar yang perlu dilakukan semasa pacaran adalah seberapa jauh kemampuan pasangan dalam mendukung pekerjaan dan tanggung jawab kita. kita bukan sekedar menguji seberapa mampu, tapi juga seberapa konsisten dia melakukannya.. seperti saya jelaskan dalam gambar.

kalau dia konsisten, tanyakan pada diri sendiri seberapa jauh kita punya kemampuan (dan konsistensi!) untuk menghargai dukungannya itu.

kalau dia kurang konsisten, tanyakan pada diri sendiri seberapa jauh kita punya kemampuan (dan konsistensi!) menegur dan membantu dia. pertanyakan juga seberapa jauh dia punya kemampuan (konsistensi!) untuk merendahkan hati, membuka diri, mendengar masukan, mengakui kekurangan/kesalahan, dsb.

kalau kita dan dia sama² sadar kurang konsisten, maka selama pacaran ini kita perlu mengedukasi dan membekali diri dengan materi, tehnik, strategi yang memperbaiki keadaan. konsumsi buku dan video pengembangan diri, tanya² sama senior yang lebih berpengalaman, berkonsultasi dengan psikolog, ikut acara² Kelas Cinta, dsb.

kalau kita dan dia sudah sama² mencoba perbaikan ini-itu tapi efeknya tetap minim ataupun naik-turun tidak permanen, jujurlah proyeksikan apakah kita bisa kuat, sehat, bahagia berada dalam hubungan yang begitu terus polanya selama 50 tahun ke depan.. dan tega melihat konsekuensi negatif yang akan dialami anak sepanjang itu.

kalau kita merasa siap dengan proyeksi itu, yowis kita bisa lanjutkan ambil keputusan nikah dan ikut bimbingan pranikah di bulan²/minggu² terakhir.. semoga ada mujizat terjadi, dan saya pribadi ucapkan good luck.

kalau kita merasa tidak setiap dengan proyeksi itu, kita pikirkan ulang apa makna hubungan yang tidak sehat itu, apa saja ketidakselesaian diri yang kita lalaikan sehingga jadi mendesak bertahan dalam ketidakbahagiaan, kapan batas waktu kita melangkah keluar dari sana, dan apa yang kita butuh sementara waktu ini agar diri lebih kuat ketika tiba deadline-nya.. semoga bisa segera tercapai, dan saya pribadi ucapkan congratulations.

🌟🌟🌟

seperti saya sudah bilang, itu hanya SECUIL keterampilan yang perlu kita miliki dan kuasai sebelum lanjut-ke-bimbingan-pranikah.. alias masa pra-pranikah. ada segudang keterampilan lainnya di KelasCinta.com, serta di lembaga edukasi kesehatan mental lainnya.

segala cikal bakal perilaku buruk, konflik, ketidakharmonisan akan bisa dikenali apabila kita sudah membekali diri dengan kesadaran dan keterampilan pra-pranikah.

dan bukan itu saja.

besar sekali kemungkinan hubungan berhasil diperbaiki seiring perjalanan, karena sepasang kekasih itu masih PUNYA BANYAK WAKTU DAN ENERGI untuk banting tulang mengembangkan diri.

mereka tidak dikejar-kejar target hari menikah, tidak didesak kedua keluarga, tidak ribet urusin wedding, karena toh keduanya memang belum sepakat akan nikah.. masih menunggu kelengkapan data-data untuk pengambilan keputusan.

setelah ada banyak data yang valid dan meyakinkan, mereka bisa mulai merancang hari pernikahan sambil mengikuti bimbingan pranikah dari mana pun.

saya yakin bimbingan pranikah yang sangat singkat itu akan jadi JAUH LEBIH BERMANFAAT karena isinya mengkonfirmasi dan menambahkan segala renovasi yang sudah mereka konsisten lakukan selama bertahun-tahun ini.

mereka sudah ada momentum kesadarannya, bimbingan pranikah menjelang hari pernikahan itu akan menyempurnakan bagian-bagian kecil yang masih tersisa atau tak sengaja terlupakan..

masuk akal kan?

Address

Rawa Barat

Opening Hours

Monday 09:00 - 17:00
Tuesday 09:00 - 17:00
Wednesday 09:00 - 17:00
Thursday 09:00 - 17:00
Friday 09:00 - 17:00

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Lex dePraxis posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Practice

Send a message to Lex dePraxis:

Share

Share on Facebook Share on Twitter Share on LinkedIn
Share on Pinterest Share on Reddit Share via Email
Share on WhatsApp Share on Instagram Share on Telegram