17/01/2018
Saat melahirkan ada kalanya setelah kepala janin dilahirkan, bahu janin justru tersangkut dan tifak dapat dilahirkan, masalah ini disebut 'distosia' bahu. Ada beberapa cara untuk mengatasi masalah ini, diantaranya dengan posisi Walcher, sehingga terjadi pelebaran jalan lahir dan mengubah sudut inklinasi dari 25 derajat menjadi 10 derajat.
Posisi tersebut walau disebut Walcher, tapi kenyataannya orang yang pertama kali menjelaskan teknik ini adalah dokter ahli bedah muslim kenamaan asal Andalusia, Khalaf bin Abbas al-Zahrawi.
Al-Zahrawi memiliki nama lengkap Abu al-Qasim Khalaf bin 'Abbas al-Zahrawi. Beliau hidup dari tahun 936 hinggal 1013 M, 850 tahun lebih dulu daripada Gustav Adolf Walcher (1856-1935M) yaitu ginekologis Jerman yang namanya dinisbatkan kepada posisi Walcher.
Pada era dinasti Bani Umayyah di Andalusia ada dua dokter terkenal bernama Al-Zahrawi. Pertama, Abul Hasan Ali bin Sulaiman Al-Zahrawi, dokter yang juga ahli aritmatika dan geometri. Kemudian Abu al-Qasim bin 'Abbas al-Zahrawi, sang bapak ilmu bedah modern.
Al-Zahrawi menggambarkan banyak instrumen dalam bidang ginekologi seperti, spekulum va**na dan alat kraniotomi yang digunakan untuk mengeluarkan janin yang mati. Beliau juga orang yang pertama menulis mengenai kehamilan ektopik (kehamilan diluar kandungan).
Pada kasus hidrosefalus pada anak-anak, al-Zahrawi membuat lubang kecil di tengkorak dengan metode al-kayy agar bisa mengeluarkan cairan dari dalam kepala.
Beberapa penyakit yang berkaitan dengan ginekologi dan obstetri dalam buku Jarahiyat al-Zahrawi diantaranya adalah, klitoromegali (pembesaran klitoris), h***n imperforata (selaput dara tak berlubang sama sekali), wasir, lepuhan/kutil di va**na, polip pada rahim, abses (penimbunan nanah) di dalam rahim, kelahiran normal dan abnormal serta hidrosefalus.
Al-Zahrawi juga yang pertama kali menjelaskan sifat pewarisan penyakit hemophilia dari wanita normal kepada anak lelakinya.
(JR/Tibbia/Berbagai Sumber)