Keluarga Sehat Indonesia

Keluarga Sehat Indonesia Generos merupakan suplemen vitamin untuk menutrisi otak yang terdiri 5 kebaikan alam dan diformulasi

Komposisi : Pegagan + mengkudu + ikan sidat + madu hutan + temulawak

• 100% bahan alami tanpa bahan kimia (bukan obat)
• Tanpa efek samping
• Tidak menyebabkan ketergantungan
• Terdaftar BPOM & MUI
• Insyaallah terbukti berkhasiat

5 Keunggulan Generos dibannding produk lain,di dalam Generos terdapat 5 kebaikan alami yang dapat membantu nutrisi otak ...
08/04/2021

5 Keunggulan Generos dibannding produk lain,
di dalam Generos terdapat 5 kebaikan alami yang dapat membantu nutrisi otak sikecil.

Tahukah, Ibu? Memasuki usia tiga tahun, si Kecil akan kian aktif bergerak dan bermain. Anak saya pun sedang berada di fa...
24/03/2021

Tahukah, Ibu? Memasuki usia tiga tahun, si Kecil akan kian aktif bergerak dan bermain. Anak saya pun sedang berada di fase yang sama, Bu. Sayangnya, kalori yang masuk ke tubuh si Kecil tak sebanding dengan energi yang ia keluarkan. Alhasil, k***a pertumbuhannya mulai menurun. Khawatir ia mengalami malnutrisi, saya pun mengonsultasikan hal ini ke dokter gizi anak. Dari situ barulah saya mengerti kalau ciri anak kurang gizi tidak selalu berpatok pada berat badan saja, tapi juga beberapa tanda fisik berikut ini:
1. Rambut Kering
Bu, rambut kering bisa menjadi tanda si Kecil kekurangan nutrisi. Menurut penjelasan dokter, ketika mengalami malnutrisi, tubuh si Kecil akan mengutamakan kebutuhan nutrisi organ penting seperti jantung. Nah, jika seluruh asupan nutrisi sudah terserap oleh organ penting dalam tubuh, rambut pun tidak mendapat nutrisi yang cukup sehingga terlihat kering dan rusak. Namun, Ibu tidak perlu khawatir. Masalah ini bisa Ibu atasi dengan memperbanyak asupan Protein dan Vitamin B pada menu makanan si Kecil.
2. Terlihat Lesu
Apakah si Kecil sering terlihat lesu dan mudah lelah? Ini bisa menjadi tanda ia kekurangan nutrisi. Perlu Ibu mengerti bahwa kekurangan Zat Besi dan Mineral dalam tubuh dapat meningkatkan risiko anemia. Nah, kondisi anemia inilah yang pada akhirnya menyebabkan si Kecil sering merasa lemas dan tidak aktif bergerak. Jika si Kecil mengalami gejala serupa, coba perbanyak asupan Proteinnya ya, Bu.
3. Sering Sakit
Dari hasil konsultasi, dokter menjelaskan bahwa malnutrisi juga dapat menyebabkan si Kecil mudah terserang penyakit, Bu. Ini dikarenakan si Kecil butuh asupan nutrisi seimbang untuk mengoptimalkan sistem kekebalan tubuhnya. Oleh sebab itu, dokter menyarankan agar si Kecil mulai memperbanyak konsumsi makanan kaya Zink, Protein, serta Vitamin A, C, dan E.
4. Mudah Memar
Apakah Ibu sering menemukan memar pada tubuh si Kecil? Bisa jadi ini merupakan tanda bahwa tubuhnya kekurangan nutrisi, Bu. Menurut program penelitian asal Amerika Serikat, National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES), kadar Vitamin C dan Protein dapat memengaruhi kekuatan pembuluh darah dalam tubuh. Hal inilah yang menjadi penyebab si Kecil sering muncul memar meski hanya sedikit terbentur.
5. Sembelit
Salah satu jenis nutrisi yang perlu si Kecil penuhi adalah kebutuhan Serat. Oleh sebab itu, masalah pencernaan seperti sembelit dapat terjadi jika tubuh si Kecil tidak mendapatkan serat yang cukup. Jadi, pastikan Ibu memenuhi kebutuhan Serat si Kecil dengan memberinya sayur dan buah-buahan setiap hari sesuai porsinya
6. Tidak Tumbuh Sesuai Usia
Selain berhubungan dengan berat badan, kekurangan asupan nutrisi juga bisa memperbesar risiko stunting. Bila ini terjadi, si Kecil akan sulit untuk tumbuh sesuai usianya. Kemungkinan si Kecil mengalami gangguan kesehatan lain juga akan semakin besar. Untuk mengecek apakah si Kecil tumbuh sesuai usianya atau tidak, Ibu bisa berpedoman pada k***a pertumbuhan WHO (World Health Organization).
Ternyata ada banyak ya Bu, tanda-tanda malnutrisi yang bisa Ibu perhatikan secara kasat mata. Jika si Kecil mengalami ciri anak kurang gizi di atas, coba untuk mulai lebih perhatikan asupan nutrisi hariannya atau konsultasikan dengan dokter gizi ya, Bu. Semoga si Kecil menjadi anak yang cepat tangkap, aktif bergerak, dan tumbuh sesuai usianya dengan asupan nutrisi yang cukup!

Memantau Perkembangan Bayi Usia 5 Bulan, Simak Yuk..Usia bayi 5 bulan, menandakan waktu MPASI akan segera tiba. MPASI me...
20/02/2021

Memantau Perkembangan Bayi Usia 5 Bulan, Simak Yuk..

Usia bayi 5 bulan, menandakan waktu MPASI akan segera tiba. MPASI menjadi begitu penting bagi bayi karena terkait erat dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi yang meningkat saat ia berusia 6 bulan kelak.

Terlambat memberikan MPASI dikhawatirkan dapat mengganggu tumbuh kembang si kecil, dan dalam kasus jangka panjang yang ekstrem, tidak terpenuhi kebutuhan nutrisi bayi bisa membuatnya kekurangan gizi dan meningkatkan risiko stunting.

Kembali lagi pada si kecil yang berusia 5 bulan, GenBest tentu penasaran soal tumbuh kembangnya. Nah, berikut beberapa pencapaian bayi 5 bulan yang bisa dicocokkan dengan tumbuh kembang si kecil di rumah:

1. Panjang (tinggi) dan berat badan
Berat badan bayi laki-laki 6—9,2 kg dan bayi perempuan 5,5—8,7kg. Sedangkan untuk tinggi/panjang bayi perempuan rata-rata 60—68 cm dan bayi laki-laki adalah 62—70 cm.

2. Perkembangan motorik anak
Salah satu perkembangan yang paling terlihat pada usia 5 bulan adalah kemampuan bayi untuk berguling dari posisi telentang ke tengkurap, atau sebaliknya. Selain berguling, si kecil juga sudah mampu meraih benda-benda di sekitarnya. Kemampuan menggenggam bayi yang meningkat memungkinkan si kecil untuk belajar memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lain atau melempar benda.
Bayi juga sudah bisa duduk dengan tegak beberapa detik. Tapi kalau si kecil masih perlu ditopang dengan bantal atau penyangga lainnya, itu pun normal.

3. Kemampuan bicara
Biasanya anak akan mengucapkan kata pertamanya pada usia 12-15 bulan. Namun ada satu perkembangan kemampuan berbicara yang cukup penting di usia 5 bulan, yakni babbling atau mengoceh. Meski yang terdengar di telinga kita hanya ‘ba ba ba’, ‘da da da’, atau semacamnya, babbling sangat penting untuk fase bahasa selanjutnya karena babbling merupakan bentuk pembelajaran pertama bayi mengenai bahasa.

4. Interaksi bayi
Salah satu hal yang juga perlu diperhatikan pada bayi usia 5 bulan adalah kemampuan sosialnya. Si kecil mulai sadar, jika kita memanggil namanya atau membicarakan dirinya. Bayi juga sudah bisa mengeluarkan isyarat untuk meminta sesuatu, seperti mengangkat tangan saat ingin digendong.

Jika sebelumnya anak hanya mampu menangis, tersenyum, dan tertawa, bayi usia 5 bulan sudah bisa menjerit. Bayi juga kerap tertawa ketika melihat ekspresi atau hal yang dianggapnya lucu. Salah satu perkembangan sosial terbesar bayi usia 5 bulan adalah kemampuannya untuk mengenali orang-orang terdekatnya. Termasuk GenBest sebagai orang tuanya.

Menunjang Perkembangan Bayi Usia 5 Bulan
Jika tadi ada perkembangan bayi usia 5 bulan yang bikin kita bangga sebagai orang tua. GenBest juga tetap harus memerhatikan beberapa hal lain guna meningkatkan tumbuh kembang anak pada usia 5 bulan ini. Apa saja yang harus kita perhatikan?

1. Jangan lupakan stimulasi
Bentuk stimulasi yang bisa dilakukan pada bayi usia 5 bulan, antara lain mengajaknya berbicara dan bernyanyi, membacakan buku, memberikan mainan pada anak, menimang dengan suara-suara lucu. GenBest juga bisa mengajak mereka bermain cilukba.

2. Penuhi kebutuhan nutrisi anak
Nah, aspek lain yang tidak kalah penting adalah asupan nutrisinya. Pastikan si kecil memperoleh ASI eksklusif.

3. Jam tidur berkualitas
Bayi usia 5 bulan membutuhkan tidur selama 11,5-14 j dalam sehari. Jika bayi sudah dapat berguling, waspada karena mereka bisa saja terjatuh dari tempat tidur.

Sumber: genbest.id

Idealnya, Ini Pertambahan Berat Badan Bayi Setiap BulanSeperti kebanyakan orang tua, GenBest mungkin selalu bertanya-tan...
20/02/2021

Idealnya, Ini Pertambahan Berat Badan Bayi Setiap Bulan

Seperti kebanyakan orang tua, GenBest mungkin selalu bertanya-tanya apakah tumbuh kembang si kecil normal dan tidak terancam stunting. Salah satu indikator tumbuh kembang anak adalah berat badan. Ini yang membuat GenBest selalu diminta untuk membawa si kecil kontrol rutin, agar berat badannya bisa ditimbang secara teratur. Biasanya bayi akan ditimbang sebulan sekali sampai berusia 6 bulan, lalu setiap 2 bulan sekali saat berusia 6-12 bulan, dan setiap 3 bulan setelah usia satu tahun.

Nah, di bawah ini informasi seputar pertambahan/pengurangan berat badan bayi sesuai dengan tahapan usianya: Semoga dengan membaca ini GenBest bisa mendapat gambaran tentang bagaimana penambahan berat badan bayi yang normal.

Berat lahir
Kebanyakan bayi baru lahir sehat cukup bulan memiliki berat antara 2,6 -3,8 kg. Disebut BBLR (bayi berat lahir rendah) bila kurang dari 2,5 kg pada masa kehamilan penuh, dan berat badan bayi dinyatakan lebih dari rata-rata kalau mencapai 4,0 kg.

Dua minggu pertama
Selama beberapa hari setelah lahir, normal bila berat badan bayi turun sekitar 5-10%. Namun dalam dua minggu, sebagian besar bayi sudah bisa kembali ke berat lahir mereka. Kenapa berat badannya turun? Bayi terlahir dengan cairan ekstra, jadi wajar jika beratnya turun beberapa ons saat kehilangan cairan itu setelah dilahirkan.

1-3 bulan
Ketika menginjak usia 1 bulan, kenaikan berat badan bayi sekitar 800 gram dari saat kelahirannya. Sedangkan pada usia 2 bulan, pertambahannya minimal 900 gram dari berat badan sebelumnya. Pada usia 3 bulan, berat badan si kecil minimal harus bertambah 800 gram.

4-6 bulan
Umumnya dalam 6 bulan pertama kenaikan berat badan bayi minimal 500 gram setiap bulan.

7-12 bulan
Berbeda dengan usia sebelumnya, pada usia 7-12 bulan pertumbuhan berat badan bayi mulai melambat, yakni sekitar 300 gram dalam sebulan. Umumnya ketika menginjak usia 12 bulan, berat badan bayi mencapai minimal 3 kali lipat dibandingkan beratnya saat lahir.

13-17 bulan
Buah hati GenBest, sudah melewati tahun pertamanya. Nah, di usia 13 hingga 17 bulan, penambahan berat badan bayi masih sama dengan usia sebelumnya, yakni 200 gram setiap bulan.

18-24 bulan
Di usia ini, si kecil hanya akan mengalami pertambahan berat badan minimal 200 gram tiap bulannya.

Cara Menjaga Berat Badan Bayi Agar Tetap Ideal
Berikut beberapa cara untuk menjaga berat badan bayi agar tetap ideal:

1. Berikan ASI
Menyusui adalah salah satu cara untuk menjaga berat badan bayi agar tetap ideal. ASI dirancang dengan sempurna untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi yang bisa diberikan kapan pun sesuai permintaan bayi tanpa perlu takut si kecil kelebihan berat badan, karena itu sangat jarang terjadi.

2. Berikan MPASI bergizi
Setelah bayi siap mendapat MPASI berikan buah dan sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, ikan, daging, dan sebagainya. Intinya, berikan MPASI yang bervariasi yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin dan mineral. Gunakan waktu ini untuk mengenalkan berbagai rasa pada bayi. Umumnya ini bisa membantu mencegah perilaku pilih-pilih makanan.

3. Ajak anak tetap aktif
Kebiasaan ini harus dimulai sejak dini. Ciptakan tempat yang aman di rumah sehingga si kecil bisa merangkak, berjalan, berlari dengan lebih leluasa. Ajak mereka berjalan-jalan sekitar kompleks rumah. Banyak bergerak aktif akan membantu si kecil mencapai dan mempertahankan berat badan yang sehat.

4. Jaga porsi makan
Sesuatu yang berlebihan selalu tidak baik, bukan? Begitu juga dengan porsi makan bayi. Karena itu, kalau bayi sudah menujukkan tanda-tanda kenyang, sebaiknya selesaikan acara makannya saat itu. Kecuali kalau bayi memang kekurangan berat badan dan perlu makan lebih banyak, GenBest perlu berdiskusi dengan dokter untuk mencari solusinya.

5. Ajak anak makan di meja makan

Ketika memasuki usia 8-10 bulan atau begitu si kecil sudah bisa duduk di kursi makannya, cobalah untuk mengajak anak makan bersama di meja makan. Berusahalah menjadi panutan untuk selalu memilih makanan yang sehat sehingga anak pun memiliki pola makan yang juga baik hingga ia dewasa nanti dan menjauhkannya dari kelebihan berat badan.

Sumber: genbest.id

7 Makanan Penambah Berat Badan Anak dan Memacu PertumbuhanCoba dilihat lagi catatan  berat badan pada KMS (Kartu Menuju ...
20/02/2021

7 Makanan Penambah Berat Badan Anak dan Memacu Pertumbuhan

Coba dilihat lagi catatan berat badan pada KMS (Kartu Menuju Sehat) yang biasa GenBest dapat setiap membawa anak kontrol rutin di puskesmas atau rumah sakit. GenBest juga bisa memeriksa grafik berat badan si kecil. Kalau grafik anak tampak normal dan berat badannya ada dalam batasan yang ditentukan, si kecil yang “kurus” biasanya memang bawaannya begitu, tapi sebenarnya ia tumbuh dengan sehat.

Sebaliknya, bila pada grafik tampak berat badan anak terus turun atau stagnan, GenBest dapat segera berkonsultasi pada dokter untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan dan untuk mencegah sedini mungkin masalah tumbuh kembang, termasuk stunting.
Untuk membantu menambah berat badan anak, GenBest dapat lebih memerhatikan nutrisinya. Tujuh makanan yang dapat menambah berat badan bayi dengan lebih cepat ini bisa dicoba di rumah:

1. Pisang
Cocok untuk menambah berat badan bayi karena pisang memiliki kandungan kalori tinggi, kaya akan kalium, vitamin C, vitamin B6, dan karbohidrat. Berikan pisang sebagai MPASI si kecil dengan cara menghaluskannya. Agar berat badan bayi bertambah lebih cepat, GenBest bisa mencampur pisang yang telah dihaluskan dengan selai kacang.

2. Telur
Bukan hanya lemak, telur juga memiliki kandungan protein, vitamin A dan B12 yang penting untuk pertumbuhan bayi. Memasukkan telur sebagai salah satu menu MPASI dapat memaksimalkan peningkatan berat badan bayi.

3. Minyak zaitun
Dalam satu gram lemak nabati pada minyak zaitun terkandung hingga sembilan kalori. Untuk memberikannya pada si kecil, GenBest bisa menambahkan satu sendok teh minyak zaitun pada MPASI bayi. Kandungan lemak tersebut akan menambah berat badan si kecil secara signifikan. Selain minyak zaitun, beberapa minyak nabati lain seperti minyak kanola dan minyak kelapa (VCO) juga bisa menjadi pilihan.

4. Alpukat
Kandungan lemak tak jenuh pada alpukat sangat efektif menambah berat badan bayi. Selain itu, asam lemak omega-3 pada alpukat juga bermanfaat untuk menjaga kesehatan jantung dan mengoptimalkan perkembangan otak bayi.

5. Kentang
Kentang berukuran sedang memiliki kandungan karbohidrat hingga 26 gram. Jadi tidak mengherankan jika makanan yang satu ini masuk dalam salah satu makanan yang sangat disarankan untuk menambah berat badan bayi. Selain rasanya yang enak, kentang juga cocok dijadikan menu MPASI karena kaya akan mineral, vitamin, dan berbagai fitokimia; seperti karotenoid dan fenol alami.

6. Ikan salmon
Salmon memiliki kandungan lemak sehat yang baik untuk menaikkan berat badan bayi. Dalam 200 gram salmon terkandung 250 kalori yang efektif untuk menambah berat badan bayi. Salmon juga ideal sebagai menu MPASI karena memiliki kandungan protein dan omega-3 yang baik untuk perkembangan otak bayi.

7. Daging merah
Daging merah tanpa lemak sangat cocok sebagai menu penambah berat badan bayi karena kandungan kalorinya yang tinggi. Selain itu, daging merah juga bermanfaat untuk membangun otot bayi, lho. GenBest bisa mengolah daging dengan cara mencincang halus atau diblender.

Sumber: genbest.id

Ini Panduan Makan Seafood untuk Ibu HamilSeafood adalah sumber protein berkualitas tinggi dan nutrisi penting lainnya, s...
20/02/2021

Ini Panduan Makan Seafood untuk Ibu Hamil

Seafood adalah sumber protein berkualitas tinggi dan nutrisi penting lainnya, seperti asam lemak omega-3, yang dapat membantu tumbuh kembang janin menjadi optimal dan menjauhkannya dari risiko stunting. Tetapi beberapa jenis seafood mengandung lebih banyak merkuri daripada yang lain dan bisa menimbulkan bahaya selama kehamilan.

Namun ini bukan berarti, bumil harus menghilangkan seafood dari meja makan. Karena bumil tetap bisa berstrategi untuk dapat menikmati seafood dan memperoleh semua manfaatnya.

Apa saja sebenarnya manfaat seafood untuk ibu hamil?

1. Mengoptimalkan tumbuh kembang anak
Seafood menjadi salah satu makanan dengan sumber protein, zat besi, dan zinc yang dapat berperan penting dalam mengoptimalkan pertumbuhan serta perkembangan janin.

2. Mencegah anemia
Ibu hamil sangat rentan terkena anemia. Tidak hanya sekedar mudah lelah, anemia pada ibu hamil berisiko menyebabkan kelahiran prematur, bayi lahir berat badan rendah, berisiko stunting, hingga kematian pada ibu dan bayi. Makanan tinggi zat besi dan vitamin B12, seperti seafood, dapat membantu bumil mencegah anemia.

3. Mengoptimalkan perkembangan otak janin
Seafood mengandung protein dan asam lemak omega-3 yang cukup tinggi. Kandungan tersebut bisa membantu mengoptimalkan perkembangan otak janin dan mencegah risiko cacat pada saraf dan otak bayi.

Panduan Makan Seafood untuk Ibu Hamil
Nah, siap makan seafood untuk mendapat semua manfaat itu? Eiiit tunggu dulu, agar ibu hamil dan janin sehat, ada beberapa aturan saat bumil makan seafood. Ini dia aturan itu:

1. Porsi seafood
Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat, Environmental Protection Agency (EPA), dan Pedoman Diet Amerika 2015-2020 merekomendasikan agar ibu hamil makan berbagai makanan laut yang rendah merkuri setidaknya 340 gram atau sekitar 2-3 porsi seminggu.

2. Pilih seafood yang tepat
Pastikan seafood yang dipilih tidak tinggi merkuri. Kadar merkuri yang tinggi dalam tubuh ibu hamil bisa berisiko menghambat pertumbuhan janin dan perkembangan otaknya.
Ada beberapa jenis seafood rendah merkuri yang bisa GenBest coba, seperti salmon, ikan kembung, ikan nila, sarden, ikan lele, udang atau ikan tuna kalengan. Bagaimana dengan kepiting? Boleh, asal dibatasi. Setidaknya, dalam seminggu cukup enam ons kepiting untuk mencegah penumpukan merkuri. Pastikan telah memasaknya hingga matang, ya.

3. Jangan makan seafood mentah
Selama masa kehamilan, hindari makan ikan atau seafood mentah, seperti tiram, sushi, atau sashimi. Seafood mentah dikhawatirkan mengandung bakteri berbahaya, seperti listeria. Infeksi listeria bisa menimbulkan berbagai masalah kesehatan bagi bumil, seperti keguguran, bayi lahir prematur, atau bahkan meninggal.

4. Olah seafood dengan benar
Hindari mengolah seafood dengan cara dibakar karena biasanya tidak matang sempurna. Kebanyakan makanan laut harus dimasak dengan suhu 63 derajat Celcius. Ikan matang, dagingnya akan mudah terurai. Untuk udang masak sampai dagingnya berwarna kemerahan, sedangkan masak kerang, remis, dan tiram sampai cangkangnya terbuka. Buang yang tidak terbuka.

Sumber: genbest.id

Faktor Risiko Stunting, Ibu Muda Wajib TahuPrevalensi balita mengalami stunting pada 2019, menurut Badan Pusat Statistik...
20/02/2021

Faktor Risiko Stunting, Ibu Muda Wajib Tahu

Prevalensi balita mengalami stunting pada 2019, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), memang menurun dibandingkan 2018, yaitu dari 30,8% menjadi 27,7%. Meskipun menurun, tetapi angkanya masih cukup tinggi karena 28 dari 100 balita mengalami stunting. BPS juga menjelaskan, prevalensi balita mengalami stunting Indonesia masih tinggi, jika dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan menengah lainnya.

Stunting adalah masalah gizi kronis pada balita yang ditandai dengan tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya. Anak yang menderita stunting akan lebih rentan terhadap penyakit dan ketika dewasa berisiko untuk mengidap penyakit degeneratif. Dampak stunting tidak hanya pada segi kesehatan tetapi juga mempengaruhi tingkat kecerdasan anak. Bisa dibayangkan, bagaimana kondisi sumber daya manusia Indonesia di masa yang akan datang jika saat ini banyak anak Indonesia yang menderita stunting.

Itulah mengapa pencegahan stunting menjadi begitu penting, termasuk menyadari faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko stunting: Ini beberapa di antaranya:

Ibu hamil alami anemia
Selama kehamilan, tubuh membutuhkan lebih banyak darah untuk mendukung pertumbuhan bayi yang masih dalam kandungan. Jika ibu hamil tidak mendapatkan cukup zat besi lalu menderita anemia, tubuh tidak dapat menghasilkan jumlah sel darah merah yang dibutuhkan untuk membuat darah tambahan ini. Sel darah merah yang sehat juga memiliki fungsi penting untuk membawa oksigen ke jaringan tubuh ibu dan bayi

Anemia dapat membuat ibu hamil merasa mudah lelah dan terus merasa lemas. Jika tidak diobati lantas anemia semakin menjadi parah, kondisi ini dapat meningkatkan risiko komplikasi serius, salah satunya stunting.

Data dari Studi Status Gizi Balita di Indonesia (SSGBI) dan Riskesdas 2018 mencatat, sebanyak 48,9 persen ibu hamil mengalami anemia atau setara dengan 5 dari 10 ibu hamil. Salah satu cara untuk mengatasi anemia adalah dengan memperbaiki gizi makanan sehari-hari dibantu dengan konsumsi tablet tambah darah.

Hamil di usia remaja
Remaja di bawah 20 tahun sebenarnya belum siap untuk hamil karena secara psikis dan fisik masih mengalami pertumbuhan. Berdasarkan data survei Susenas tahun 2017, sebesar 54,01% dari perempuan usia 15-49 tahun, hamil pertama kali pada usia > 20 tahun. Data ini menunjukkan bahwa setengah dari perempuan Indonesia menjalani kehamilan pertama di usia muda atau remaja.
Usia kehamilan ibu yang terlalu muda (< 20 tahun) berisiko melahirkan anak BBLR atau Berat Bayi Lahir Rendah. BBLR memberikan risiko sekitar 20% pada kejadian stunting pada anak.

Jarak kehamilan terlalu dekat
Dampak jarak kehamilan terlalu dekat yang paling dikhawatirkan adalah kelahiran prematur. Selain itu, pertumbuhan dan perkembangan janin selama berada dalam kandungan juga bisa terhambat karena ibu kesulitan memenuhi kebutuhan nutrisi selama hamil. Inilah yang meningkatkan risiko stunting

Lalu berapa sebenarnya jarak kehamilan yang ideal? Ini tentu bergantung pada beberapa hal. Namun, umumnya 18 bulan dinilai cukup aman untuk ibu kembali hamil, asalkan kehamilan sebelumnya berjalan normal, ibu baru sekali menjalani operasi caesar, dan tidak memiliki faktor risiko tertentu yang bisa menimbulkan komplikasi saat kehamilan kelak.

Namun, kalau ibu hamil memiliki riwayat komplikasi saat hamil sebelumnya, pernah menjalani operasi caesar lebih dari sekali, atau memiliki riwayat kesehatan tertentu yang bisa memengaruhi kehamilan, disarankan untuk menunggu 4 bulan untuk hamil kembali.

Sumber: genbest.id

Ini Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk yang Wajib DiketahuiMerujuk hasil Survei Status Gizi Balita (SSGBI) 2019, angka pr...
20/02/2021

Ini Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk yang Wajib Diketahui

Merujuk hasil Survei Status Gizi Balita (SSGBI) 2019, angka prevalensi (jumlah kasus penyakit pada suatu waktu tertentu di suatu wilayah) stunting di Indonesia sebesar 27,67 persen. Angka ini turun 30,8 persen dari tahun sebelumnya.

Meski demikian, angka tersebut belum bisa membuat pemerintah bernapas lega. Pasalnya, batas maksimal angka stunting berdasarkan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah 20 persen.

Selain tingkat stunting yang masih di bawah standar, pemahaman masyarakat tentang stunting pun masih terbilang minim. Salah satu indikasinya adalah stunting yang kerap diartikan sebagai gizi buruk di tengah masyarakat awam.

Baca juga: Berat Badan Anak Susah Naik, Benarkah Gagal Tumbuh?

Lantas apa perbedaan antara stunting dan gizi buruk? Berikut penjelasannya.

1. Ciri-ciri

Anak dengan gizi buruk biasanya memiliki ciri-ciri kulit yang kering, lemak di bawah kulit berkurang, dan otot mengecil. Jika telah mencapai tahap lanjut, ada kemungkinan perut anak menjadi buncit.

Sementara itu, ciri anak yang mengalami stunting adalah pertumbuhannya yang melambat. Hal itu dapat dilihat dari tubuh yang lebih pendek dan tampak lebih muda dibanding teman-teman seusianya. Pubertas pada anak dengan kasus stunting pun kerap terlambat.

2. Faktor penyebab

Pada dasarnya, gizi buruk disebabkan oleh kekurangan asupan gizi dalam waktu yang relatif singkat ketimbang stunting. Kekurangan asupan nutrisi dalam jangka waktu tertentu membuat berat badan anak turun dan memicu timbulnya gizi buruk.

Baca juga: Mengapa Anak Stunting Memiliki IQ Lebih Rendah? Ini Faktanya

Sedangkan anak dengan kasus stunting, umumnya diakibatkan kekurangan gizi dalam jangka panjang, terutama di masa 1.000 hari pertama kehidupan anak. Di samping itu, ada faktor lain seperti tingginya frekuensi sakit anak dan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yang tidak tertangani dengan baik.

3. Dampak

Anak dengan gizi buruk akan mudah mengalami infeksi karena kekebalan tubuhnya rendah. Selain itu, anak dengan gizi buruk juga memiliki intelligence quotient (IQ) atau tingkat kecerdasan rendah.

Pada jangka panjang, gizi buruk dapat mengakibatkan pertumbuhan anak berhenti sebelum waktunya. Lebih jauh lagi, gizi buruk dalam jangka panjang akan menyebabkan anak kurus (wasting) dan stunting.

Sementara itu, stunting pada anak akan berdampak pada gangguan metabolisme, rendahnya kekebalan tubuh, dan ukuran fisik tubuh yang tidak optimal.

Baca juga: Anak Gemuk Berisiko Mengalami Stunting, Kok Bisa?

Stunting dalam jangka panjang dapat menyebabkan anak gagal tumbuh. Selain itu, kemampuan kognitif dan motorik anak pun akan terhambat.

Cara mencegah

Cegah gizi buruk dan stunting dengan memperhatikan asupan nutrisi anak sejak dini. Selain itu, kecukupan nutrisi ibu hamil dan saat menyusui pun perlu diperhatikan.

Salah satu upaya yang penting untuk dilakukan adalah dengan memberi air susu ibu (ASI) eksklusif hingga anak berusia enam bulan.

Setelah anak mencapai usia enam bulan, Anda bisa mulai mengenalkan makanan pendamping ASI (MPASI). Anda pun perlu terus memberikan ASI hingga anak berusia dua tahun.

Baca juga: Bahaya Pernikahan Dini Sebagai Penyebab Stunting

Menginjak usia satu tahun, anak bisa mulai menikmati makanan keluarga. Pada masa ini, upayakan untuk memberikan makanan sehat dan seimbang yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.

Di samping kecukupan nutrisi, kebersihan diri dan lingkungan pun perlu dijaga untuk mencegah gizi buruk dan stunting. Terapkan pola hidup bersih dan sehat ( PHBS), seperti cuci tangan pakai sabun dan menjaga kebersihan sanitasi lingkungan rumah.

Terakhir, pantau terus tumbuh kembang anak untuk mencegah gizi buruk dan stunting sejak dini. Patuhi juga jadwal imunisasi agar anak terhindar dari penyakit berat.

Gizi buruk atau yang dikenal sebagai kwashiorkor dalam dunia medis, merupakan salah satu bentuk malnutrisi. Malnutrisi i...
20/02/2021

Gizi buruk atau yang dikenal sebagai kwashiorkor dalam dunia medis, merupakan salah satu bentuk malnutrisi. Malnutrisi itu sendiri dapat dipahami sebagai kesalahan dalam pemberian nutrisi. Kesalahan bisa berupa kekurangan maupun kelebihan nutrisi.

Pada dasarnya kwashiorkor bisa diartikan sebagai kondisi dimana seseorang kekurangan asupan yang mengandung energi dan protein. Padahal protein dibutuhkan tubuh dalam proses pembentukan sel-sel baru. Selain itu, asupan ini juga turut membantu proses perbaikan sel-sel yang rusak.

Kwashiorkor kebanyakan menyerang anak-anak di negara-negara berkembang –termasuk Indonesia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sebanyak 54% kematian bayi dan balita disebabkan kondisi gizi buruk. Bahkan risiko kematian anak dengan gizi buruk 13 kali lebih besar dibandingkan dengan anak normal.

Komplikasi akibat gizi buruk atau kwashiorkor sangat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Bila komplikasi terjadi, anak dapat mengalami tahap-tahap perkembangan menjadi lebih lambat dibanding anak normal seusianya. Selain itu anak juga dapat mengalami kesulitan belajar, mudah terserang penyakit berat, gangguan berbagai macam organ, hingga dapat terjadi kematian.

Diagnosis gizi buruk atau kwashiorkor dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan terhadap riwayat kesehatan anak. Kekurangan asupan makanan bergizi bisa dilihat dari kebiasaan makan anak.

Selain itu, adanya gejala dan tanda-tanda kwashiorkor akan membantu dokter dalam mendiagnosis. Untuk membedakannya dengan jenis gizi buruk lainnya seperti marasmus, dokter akan memastikan apakah penderitanya memiliki gejala yang diserta pembengkakan tubuh (edema).

Kadang, pada anak dengan gizi buruk atau kwashiorkor juga turut terdiagnosis penyakit lainnya. Penyakit yang paling sering terdeteksi adalah penyakit infeksi akibat kekebalan tubuh yang rendah.

Pemeriksaan penunjang bisa saja dilakukan. Misalnya pemeriksaan laboratorium hingga radiologi yang sesuai untuk mendiagnosis penyakit infeksi penyerta tersebut.

Gejala gizi buruk atau kwashiorkor yang akan tampak adalah:

Pucat, kurus, perut cembung, dan kehilangan massa otot pada keempat anggota geraknya
Anak terlihat sering gelisah
Terjadi gangguan pertumbuhan meliputi berat badan dan tinggi badan
Rambutnya menjadi mudah tercabut, tampak kusam, kering, dan sering terjadi perubahan warna
Dapat p**a terjadi perubahan pada kulit, kulit menjadi bersisik, terdapat bercak-bercak putih dan merah muda dengan tepi kehitaman
Anak juga akan menderita anemia akibat kekurangan nutrien seperti zat besi dan vitamin B kompleks.
Pengobatan Gizi Buruk
Untuk mengatasi gizi buruk atau kwashiorkor dibutuhkan asupan nutrisi berupa kalori dan protein yang mencukupi. Namun, pemberian nutrisi tersebut harus dilakukan secara bertahap.

Pada tahap awal harus diberikan asupan kalori untuk memenuhi kebutuhan energinya tanpa melibatkan asupan protein terlebih dahulu. Jika kebutuhan kalori sudah tercukupi, barulah asupan protein nisa mulai diberikan.

Pemberian protein dapat dilakukan dari kadar yang rendah yang secara bertahap terus ditambah. Hal ini dilakukan supaya saluran cerna penderita tidak kaget bila langsung diberi asupan tinggi kalori tinggi protein.

Penanganan dirumah bisa dilakukan dengan mencukupkan kebutuhan gizi seimbang bagi anak. Makanan yang dikonsumsi harus lengkap mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral.

Namun ingatlah untuk memberikannya secara perlahan dan terkontrol. Untuk tahap awal, pastikan Anda melibatkan bantuan dokter dalam mengontrol kondisi anak dengan gizi buruk atau kwashiorkor yang Anda rawat.

Untuk mencegah terjadinya gizi buruk atau kwashiorkor pada anak Anda, berikanlah makanan dengan gizi yang seimbang. Cukupi kebutuhan karbohidrat, lemak dan proteinnya.

Sumber protein yang bernilai tinggi bisa didapatkan dari produk hewani seperti susu, keju, daging, telur, dan ikan. Anda juga bisa juga memanfaatkan protein nabati yang didapat dari kacang hijau dan kacang kedelai

Penyebab gizi buruk atau kwashiorkor adalah karena anak tidak memeroleh makanan dengan kandungan energi dan protein yang cukup. Umumnya hal ini sering dikaitkan dengan tingkat perekonomian yang rendah.

Itulah sebabnya kasus gizi buruk atau kwashiorkor banyak terjadi di negara berkembang. Selain dikarenakan rendahnya tingkat perekonomian, kurangnya pengetahuan orangtua akan nutrisi yang diperlukan tubuh anak juga turut memengaruhi.

Pada dasarnya gizi buruk atau kwashiorkor bukanlah gangguan yang terjadi secara mendadak. Kondisi ini berlangsung secara perlahan. Karena itu penting untuk mencegah agar anak tidak mengalami kondisi ini dengan cara memberikan asupan makanan cukup gizi.

Gizi Buruk di Indonesia Jadi Sorotan UnicefBadan PBB untuk anak-anak (UNICEF) memperkirakan dampak pandemi COVID-19 terh...
20/02/2021

Gizi Buruk di Indonesia Jadi Sorotan Unicef

Badan PBB untuk anak-anak (UNICEF) memperkirakan dampak pandemi COVID-19 terhadap kasus kurang gizi di Indonesia cukup besar.

Hal ini membuat penanganan juga harus memperhatikan aspek ini.

Perwakilan UNICEF untuk Indonesia, Debora Comini, pernah mengatakan sebelum terjadi pandemi, ada sekitar 2 juta anak menderita gizi buruk dan lebih dari 7 juta anak di bawah usia lima tahun mengalami stunting di Indonesia.

UNICEF juga memperkirakan jumlah anak yang mengalami kekurangan gizi akut di bawah 5 tahun bisa meningkat 15 persen secara global pada 2020 jika tidak ada tindakan. Menurut Deborah, peningkatan jumlah anak kekurangan gizi di Indonesia lantaran banyak keluarga kehilangan pendapatan akibat pandemi sehingga tidak mampu membeli makanan sehat dan bergizi.

"Jika tidak segera meningkatkan layanan pencegahan dan perawatan untuk anak-anak yang mengalami masalah gizi, kita berisiko melihat peningkatan penyakit dan kematian anak terkait dengan masalah ini," kata Comini dalam keterangan resminya beberapa waktu lalu.

Presiden Joko Widodo juga telah menekankan bahwa program penanganan pandemi COVID-19 tidak boleh menghentikan program penting nasional lain, termasuk penanganan stunting. Apalagi, Kementerian Kesehatan, khususnya Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat dan Direktorat Gizi, dinilai lamban dalam upaya mengantisipasi naiknya prevalensi stunting dan masalah kurang gizi anak Indonesia p***a pandemi.

Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 29 Tahun 2019 Tentang Penanggulangan Masalah Gizi Bagi Anak Akibat Penyakit mulai diberlakukan pada 29 Agustus 2019. Namun, untuk pelaksanaan Permenkes ini, Kemenkes harus mengeluarkan Petunjuk Teknis (Juknis) atau Petunjuk Pelaksanaan (Juklak).

Sumber: kabar24.bisnis.com

Address

Jalan Canon No. B-02, Pondok, Condongcatur, Kec. Depok, Kabupaten Sleman
Sleman
55282

Opening Hours

Monday 08:00 - 21:00
Tuesday 08:00 - 21:00
Wednesday 08:00 - 21:00
Thursday 08:00 - 21:00
Friday 08:00 - 21:00
Saturday 08:00 - 20:00
Sunday 09:00 - 16:00

Telephone

+6281339273976

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Keluarga Sehat Indonesia posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Practice

Send a message to Keluarga Sehat Indonesia:

Videos

Share