02/01/2018
Kami menambahkan opsi pemesanan melalui nomor WA untuk memeduhkan kawan-kawan sekalian yang merasa ribet untuk langsung memesan di website kami.
Silahkan pesan di nomor berikut: 089602146978 (WhatsApp: Helmi Afan Fahmi)
Dengan format: Nama - Jumlah Pesanan - Alamat Lengkap
Lakukan konfirmasi pembayaran ke rekening kami berikut,
an. Jungkir Balik Pustaka Indonesia
0573863566
Bank BNI cabang Perguruan Tinggi Bandung, Jatinangor.
Untuk info reseller: 081910143939 (WhatsApp: Kelana Wisnu)
Bagi yang yang sudah memesan di:
http://jungkirbalik.or.id/produk/finks-bagaimana-cia-mengelabui-para-sastrawan-dunia/
harap segera melakukan konfirmasi pembayaran dengan meneruskan nota pesanan disertai dengan bukti transfer (tangkap layar/foto). Terima kasih telah megambil keputusan untuk mendukung Jungkir Balik!
_______________________________________________
FINKS: Bagaimana CIA Mengelabui Para Sastrawan Dunia
Penulis: Joel Whitney
Penerjemah: Muhammad Al Mukhlishiddin
ISBN 978-602-61744-1-3
14 x 20,5 cm; 522 hlm
Apa hubungan antara politik dan sastra serta, pada umumnya, kebudayaan? Dalam Finks, Joel Whitney menjawabnya melalui sorotannya terhadap kelindan antara sastra dan politik pada masa Perang Dingin. Titik tolaknya adalah The Paris Review, sebuah majalah intelektual yang terkenal karena rubrik Art of Fiction yang memuat wawancara-wawancara bernas dengan beragam sastrawan dunia. Dia menyoroti peran The Paris Review dalam sebuah rangkaian peristiwa yang disebut Kasus Pasternak yang menjerat penulis Dokter Zhivago itu. Dia juga mengupas bagaimana hubungan kerja dan pribadi salah satu redaktur Paris Review dengan Hemingway berkaitan dengan kebijakan luar negeri Amerika Serikat terhadap Kuba. Pembahasannya lalu melebar sampai ke Congress for Cultural Freedom, sebuah lembaga yang bayang-bayangnya melingkupi The Paris Review. Dengan demikian, dia juga membahas majalah-majalah lain yang berafiliasi dengan CCF, seperti Encounter di Inggris sampai Mundo Nuevo di Amerika Latin. Mundo Nuevo sendiri adalah majalah yang punya andil dalam melejitkan para sastrawan El Boom. Maka, dalam Finks kita berkali-kali akan menjumpai nama Pablo Neruda dan Gabriel Garcia Marquez disebut. Bahkan, persengketaan di seputar karya tulis warisan Che Guevara tidak luput dari penelusurannya.
Tidak hanya Eropa dan Amerika yang dibahas dalam buku yang cara penyampaiannya seperti Kisah Seribu Satu Malam ini. Kerja politik budaya CIA di Asia juga dibahasnya; Dari India, Vietnam, sampai Indonesia. Lebih jauh lagi, di antara sekian banyak topik dalam buku ini kita juga bisa menemukan bagaimana politik identitas maupun politik budaya tertentu dimainkan untuk kepentingan politik praktis tertentu. Kata seorang pembaca, “membaca buku ini dan membandingkannya dengan keadaan kita di Indonesia pada masa kini, tidak henti-hentinya membuat saya berpikir,’Kok polanya mirip, ya?'”
"Secara keseluruhan isi buku ini adalah perpaduan mengagumkan antara sejarah politik, sejarah sastra, dan cara yang ditempuh Congress for Cultural Freedom di bawah naungan CIA, sebagaimana dinyatakan seorang profesor Yale, untuk "meyakinkan orang-orang gamang sedunia bahwa kita [Amerika] memiliki sesuatu yang jauh lebih baik daripada Komunisme." The New York Times
“Buku bertajuk 'Finks' menambah deretan bukti baru, bahwa raksasa sastra seperti Baldwin, Márquez, atau Hemingway dibujuk menjadi agen AS dalam Perang Dingin ranah kebudayaan.” Vice
"Dengarkan buku ini, karena buku ini sangat lancar berbicara tentang apa yang dibungkam" John Berger, pemenang Man Booker Prize
"Melalui Finks, Joel Whitney mengungkit kembali dengan jelas masa awal Perang Dingin, ketika para begawan sastra Amerika bersedia menuruti secara terselubung perintah para petinggi intelijen Amerika" James Risen, penulis Pay Any Price: Greed, Power And Endless War