Jungkir Balik Pustaka

Jungkir Balik Pustaka Yayasan Jungkir Balik Pustaka Indonesia bergerak dalam bidang penerbitan buku kajian budaya dan sastra.

Simak ulasan FINKS: Bagaimana CIA Mengelabui Sastrawan Besar Dunia di situs web kombatan nan militan, Meta Ruang. B**g I...
05/09/2018

Simak ulasan FINKS: Bagaimana CIA Mengelabui Sastrawan Besar Dunia di situs web kombatan nan militan, Meta Ruang. B**g Ilham dengan ciamik membuat dongeng dukun santet kebudayaan pada masa Perang Dingin, yang cerita aslinya adalah pertempuran kebudayaan yang dituturkan oleh Joel Whitney.

http://metaruang.com/cia-ccf-dukun-santet-kebudayaan/

Bergerak, mengakar, kritis.

Today we are delighted to announce PRESSENT: The Pilot Edition 2018 list of participants, we have more than 30 confirmed...
20/07/2018

Today we are delighted to announce PRESSENT: The Pilot Edition 2018 list of participants, we have more than 30 confirmed contributors from local artist/designer/publisher/record label and zine-maker to make the pilot edition much more exciting. Thank you so much for your support and participation, we’ll see you on 21 - 22 July at Sunset Limited Cafe. Stay tuned for more updates from , Cheers!

17/02/2018

Diskusi buku FINKS bersama Muhammad al-Fayyadl dan Herry Sutresna

Sementara pada tahun '60-an di Indonesia terjadi perdebatan budaya sengit--yang dampaknya masih terasa sampai sekarang, ...
16/02/2018

Sementara pada tahun '60-an di Indonesia terjadi perdebatan budaya sengit--yang dampaknya masih terasa sampai sekarang, di luar negeri terjadi juga hal serupa, dalam lingkup yang lebih luas, dalam perang yang lebih besar. Bahkan, perdebatan budaya yang terjadi di Indonesia itu dipengaruhi juga oleh peperangan itu. Peperangan itu dibahas dalam Finks: Bagaimana CIA Mengelabui Para Sastrawan Besar Dunia karya Joel Whitney. Dan buku bernas yang menyebut-nyebut CIA, Hemingway, Garcia Marquez, Neruda, Che Guevara, sampai Soekarno itu akan dibahas di acara ini.

Bersama Muhammad Al-Fayyadl dan Herry Sutresna kita akan bersama menguak benang merah antara sastra dan politik kebudayaan!

Sabtu, 17 Februari 2018
Pukul 15.00--18.00
IFI, Bandung

Gotong Royong LiterasiDiskusi & Peluncuran BukuJumat 16 Feb: "Perempuan Berkepang Kenangan" karya Sinta Ridwan (penerbit...
15/02/2018

Gotong Royong Literasi

Diskusi & Peluncuran Buku

Jumat 16 Feb: "Perempuan Berkepang Kenangan" karya Sinta Ridwan (penerbit Ultimus)

Musik oleh:

Bob Anwar
Paraudara
Mukti Mukti

Sabtu 17 Feb: "FINKS: Bagaimana CIA Mengelabui Para Sastrawan Besar Dunia" karya Joel Whitney (penerbit Jungkir Balik Pustaka)

Musik oleh:

Senartogok
Gitar Kopong

IFI Bandung, Jl. Purnawarman 32 | 15:00 - selesai

Seiring rilis album "Nyanyian Anak Bintang" kemarin. Untuk mengenalkan lebih jauh tentang album ini, sekaligus bagian da...
14/01/2018

Seiring rilis album "Nyanyian Anak Bintang" kemarin. Untuk mengenalkan lebih jauh tentang album ini, sekaligus bagian dari apresiasi dan diskusi santai berkaitan dengan perkembangan musik anak secara umum mengadakan acara "Sesi Dengar Dan Diskusi Album Nyanyian Anak Bintang"
_
Minggu, 14 Januari 1018
Pukul 15.00 - selesai
Co-op Space Jl. Menjangan No.6 Cimbuleuit Bandung (dekat UNPAR)
Bersama: - .official
-
- Idhar Resmadi
Moderator: Audry Rizki Prayoga

Apa yang kalian pikirkan dan rasakan bahwa karya macam Love in the Time of Cholera-nya Gabo, Doctor Zhivago milik Boris ...
14/01/2018

Apa yang kalian pikirkan dan rasakan bahwa karya macam Love in the Time of Cholera-nya Gabo, Doctor Zhivago milik Boris Pasternak serta nama-nama yang tak asing seperti Ernest Hemingway, William Faulkner, T.S Eliot, Vladimir Nabokov, Samuel Beckett, VS Naipaul dan Philip Roth dikaitkan dengan badan intelijen asal Amrik? Ya, kalian mungkin ada yang sadar atau tak sadar atau bodo amat sajalah kalau badan intelijen asal Amrik bernama CIA dapat ditemui di berbagai negara termasuk Indonesia, negeri kesayangan Pentoel.

Pentoel mendapatkan buku ini setelah Pentoel asik berselancar dan mendapatkan artikel menarik yang luhur. Di artikel itu, Pentoel jadi tahu atau sok tahu atau pura-pura tahu bahwa karya-karya sastra yang dimuat dalam majalah The Paris Review ternyata seperti ada udang di balik bakwan. Enak di tenggorokan dan kenyang di usus 12 jari atau berapa jari terserah kalian.

Di majalah itu kerap memuat wawancara beberapa nama sastrawan dunia seperti yang sudah Pentoel sebutkan di atas. Pentoel pun sepakat ini buku penting untuk dibaca penikmat sastra atau sebenarnya tak penting-penting amat dibandingkan kehabisan bensin dan pulsa atau genteng bocor. Buku ini judulnya FINKS: Bagaimana CIA Mengelabui Para Sastrawan Besar Dunia. Gagah betul, bukan?

Buku nonfiksi dengan penuturan ala seribu satu malam ini diterbitkan oleh Yayasan Jungkir Balik Pustaka. Progresif betul bukan? Diterjemahkan oleh Muhammad Al Mukhlishiddin. Melalui Finks, Joel Whitney mengungkap daftar panjang berisi penulis-penulis yang terlibat aktif mengubah citra Amerika menjadi lebih positif, terutama di negara-negara yang sudah dibikin rusuh dengan kudeta, pembunuhan, dan intervensi Amerika lainnya. Penggambaran positif itu dilakukan, salah satunya, melalui karya sastra Ya, mirip-mirip dengan almarhum Wijaya Herlambang dengan warisannya untuk kita semua: Kekerasan Budaya Pasca 1965: Bagaimana Orde Baru Melegitimasi Anti-Komunisme Melalui Sastra dan Film.

Pentoel pun sebenarnya mafhum, nama-nama yang disebut itu ikut terseret CIA di kala umurnya masih di awal kepala dua. Ya, semacam Pentoel gini. Masih berapi-api, kalau kata pedangdut yang namanya tak mau disebut dan kini beralih jadi petugas partai itu. Nah, coba kalian bayangkan bagaimana nanti CIA bisa baca Pesan Whatsapp kalian ke gebetan kalian? Atau bagaimana nanti ide-ide kalian yang sudah ada di draf surel ternyata disadap oleh mereka? Tak mau kan kalian direnggut kebebasannya? Atau mungkin kita harus galakkan hoaks membangun? Duh, kok Pentoel rasanya sekarang ingin berak.

Baca selengkapnya di https://penakota.id/cemilan/71/Bagaimana-Sir-Pentoel-Memilih-Buku-dan-Merekomendasikan-ke-Warganet/

Kami menambahkan opsi pemesanan melalui nomor WA untuk memeduhkan kawan-kawan sekalian yang merasa ribet untuk langsung ...
02/01/2018

Kami menambahkan opsi pemesanan melalui nomor WA untuk memeduhkan kawan-kawan sekalian yang merasa ribet untuk langsung memesan di website kami.

Silahkan pesan di nomor berikut: 089602146978 (WhatsApp: Helmi Afan Fahmi)
Dengan format: Nama - Jumlah Pesanan - Alamat Lengkap

Lakukan konfirmasi pembayaran ke rekening kami berikut,

an. Jungkir Balik Pustaka Indonesia
0573863566
Bank BNI cabang Perguruan Tinggi Bandung, Jatinangor.

Untuk info reseller: 081910143939 (WhatsApp: Kelana Wisnu)

Bagi yang yang sudah memesan di:

http://jungkirbalik.or.id/produk/finks-bagaimana-cia-mengelabui-para-sastrawan-dunia/

harap segera melakukan konfirmasi pembayaran dengan meneruskan nota pesanan disertai dengan bukti transfer (tangkap layar/foto). Terima kasih telah megambil keputusan untuk mendukung Jungkir Balik!
_______________________________________________

FINKS: Bagaimana CIA Mengelabui Para Sastrawan Dunia
Penulis: Joel Whitney
Penerjemah: Muhammad Al Mukhlishiddin
ISBN 978-602-61744-1-3
14 x 20,5 cm; 522 hlm

Apa hubungan antara politik dan sastra serta, pada umumnya, kebudayaan? Dalam Finks, Joel Whitney menjawabnya melalui sorotannya terhadap kelindan antara sastra dan politik pada masa Perang Dingin. Titik tolaknya adalah The Paris Review, sebuah majalah intelektual yang terkenal karena rubrik Art of Fiction yang memuat wawancara-wawancara bernas dengan beragam sastrawan dunia. Dia menyoroti peran The Paris Review dalam sebuah rangkaian peristiwa yang disebut Kasus Pasternak yang menjerat penulis Dokter Zhivago itu. Dia juga mengupas bagaimana hubungan kerja dan pribadi salah satu redaktur Paris Review dengan Hemingway berkaitan dengan kebijakan luar negeri Amerika Serikat terhadap Kuba. Pembahasannya lalu melebar sampai ke Congress for Cultural Freedom, sebuah lembaga yang bayang-bayangnya melingkupi The Paris Review. Dengan demikian, dia juga membahas majalah-majalah lain yang berafiliasi dengan CCF, seperti Encounter di Inggris sampai Mundo Nuevo di Amerika Latin. Mundo Nuevo sendiri adalah majalah yang punya andil dalam melejitkan para sastrawan El Boom. Maka, dalam Finks kita berkali-kali akan menjumpai nama Pablo Neruda dan Gabriel Garcia Marquez disebut. Bahkan, persengketaan di seputar karya tulis warisan Che Guevara tidak luput dari penelusurannya.

Tidak hanya Eropa dan Amerika yang dibahas dalam buku yang cara penyampaiannya seperti Kisah Seribu Satu Malam ini. Kerja politik budaya CIA di Asia juga dibahasnya; Dari India, Vietnam, sampai Indonesia. Lebih jauh lagi, di antara sekian banyak topik dalam buku ini kita juga bisa menemukan bagaimana politik identitas maupun politik budaya tertentu dimainkan untuk kepentingan politik praktis tertentu. Kata seorang pembaca, “membaca buku ini dan membandingkannya dengan keadaan kita di Indonesia pada masa kini, tidak henti-hentinya membuat saya berpikir,’Kok polanya mirip, ya?'”

"Secara keseluruhan isi buku ini adalah perpaduan mengagumkan antara sejarah politik, sejarah sastra, dan cara yang ditempuh Congress for Cultural Freedom di bawah naungan CIA, sebagaimana dinyatakan seorang profesor Yale, untuk "meyakinkan orang-orang gamang sedunia bahwa kita [Amerika] memiliki sesuatu yang jauh lebih baik daripada Komunisme." The New York Times

“Buku bertajuk 'Finks' menambah deretan bukti baru, bahwa raksasa sastra seperti Baldwin, Márquez, atau Hemingway dibujuk menjadi agen AS dalam Perang Dingin ranah kebudayaan.” Vice

"Dengarkan buku ini, karena buku ini sangat lancar berbicara tentang apa yang dibungkam" John Berger, pemenang Man Booker Prize

"Melalui Finks, Joel Whitney mengungkit kembali dengan jelas masa awal Perang Dingin, ketika para begawan sastra Amerika bersedia menuruti secara terselubung perintah para petinggi intelijen Amerika" James Risen, penulis Pay Any Price: Greed, Power And Endless War

Juga bisa dipesan di Berdikari Book.
31/12/2017

Juga bisa dipesan di Berdikari Book.

PRE ORDER (Cetak Terbatas)
29 Des - 31 Jan 2018
FINKS: Bagaimana CIA Mengelabui Para Sastrawan Dunia
ㅤㅤ
“Dengarkan buku ini, karena buku ini sangat lancar berbicara tentang apa yang dibungkam” John Berger, pemenang Man Booker Prize
ㅤㅤ
Apa hubungan antara politik dan sastra serta, pada umumnya, kebudayaan? Dalam Finks, Joel Whitney menjawabnya melalui sorotannya terhadap kelindan antara sastra dan politik pada masa Perang Dingin. Titik tolaknya adalah The Paris Review, sebuah majalah intelektual yang terkenal karena rubrik Art of Fiction yang memuat wawancara-wawancara bernas dengan beragam sastrawan dunia. Dia menyoroti peran The Paris Review dalam sebuah rangkaian peristiwa yang disebut Kasus Pasternak yang menjerat penulis Dokter Zhivago itu. Dia juga mengupas bagaimana hubungan kerja dan pribadi salah satu redaktur Paris Review dengan Hemingway berkaitan dengan kebijakan luar negeri Amerika Serikat terhadap Kuba. Pembahasannya lalu melebar sampai ke Congress for Cultural Freedom, sebuah lembaga yang bayang-bayangnya melingkupi The Paris Review. Dengan demikian, dia juga membahas majalah-majalah lain yang berafiliasi dengan CCF, seperti Encounter di Inggris sampai Mundo Nuevo di Amerika Latin. Mundo Nuevo sendiri adalah majalah yang punya andil dalam melejitkan para sastrawan El Boom. Maka, dalam Finks kita berkali-kali akan menjumpai nama Pablo Neruda dan Gabriel Garcia Marquez disebut. Bahkan, persengketaan di seputar karya tulis warisan Che Guevara tidak luput dari penelusurannya. Tidak hanya Eropa dan Amerika yang dibahas dalam buku yang cara penyampaiannya seperti Kisah Seribu Satu Malam ini. Kerja politik budaya CIA di Asia juga dibahasnya; Dari India, Vietnam, sampai Indonesia. Lebih jauh lagi, di antara sekian banyak topik dalam buku ini kita juga bisa menemukan bagaimana politik identitas maupun politik budaya tertentu dimainkan untuk kepentingan politik praktis tertentu. Kata seorang pembaca, “membaca buku ini dan membandingkannya dengan keadaan kita di Indonesia pada masa kini, tidak henti-hentinya membuat saya berpikir,’Kok polanya mirip ya?'”
ㅤㅤ
Pemesanan: klik www.berdikaribook.red atau WA: 082136483766

"Buku bertajuk ‘Finks’ menambah deretan bukti baru, bahwa raksasa sastra seperti Baldwin, Márquez, atau Hemingway dibuju...
30/12/2017

"Buku bertajuk ‘Finks’ menambah deretan bukti baru, bahwa raksasa sastra seperti Baldwin, Márquez, atau Hemingway dibujuk menjadi agen AS dalam Perang Dingin ranah kebudayaan." Vice

[Pre-Order Dibuka]FINKS: Bagaimana CIA Mengelabui Para Sastrawan DuniaPenulis: Joel WhitneyPenerjemah: Muhammad Al Mukhl...
28/12/2017

[Pre-Order Dibuka]

FINKS: Bagaimana CIA Mengelabui Para Sastrawan Dunia
Penulis: Joel Whitney
Penerjemah: Muhammad Al Mukhlishiddin
ISBN 978-602-61744-1-3
14 x 20,5 cm; 522 hlm

Apa hubungan antara politik dan sastra serta, pada umumnya, kebudayaan? Dalam Finks, Joel Whitney menjawabnya melalui sorotannya terhadap kelindan antara sastra dan politik pada masa Perang Dingin. Titik tolaknya adalah The Paris Review, sebuah majalah intelektual yang terkenal karena rubrik Art of Fiction yang memuat wawancara-wawancara bernas dengan beragam sastrawan dunia. Dia menyoroti peran The Paris Review dalam sebuah rangkaian peristiwa yang disebut Kasus Pasternak yang menjerat penulis Dokter Zhivago itu. Dia juga mengupas bagaimana hubungan kerja dan pribadi salah satu redaktur Paris Review dengan Hemingway berkaitan dengan kebijakan luar negeri Amerika Serikat terhadap Kuba. Pembahasannya lalu melebar sampai ke Congress for Cultural Freedom, sebuah lembaga yang bayang-bayangnya melingkupi The Paris Review. Dengan demikian, dia juga membahas majalah-majalah lain yang berafiliasi dengan CCF, seperti Encounter di Inggris sampai Mundo Nuevo di Amerika Latin. Mundo Nuevo sendiri adalah majalah yang punya andil dalam melejitkan para sastrawan El Boom. Maka, dalam Finks kita berkali-kali akan menjumpai nama Pablo Neruda dan Gabriel Garcia Marquez disebut. Bahkan, persengketaan di seputar karya tulis warisan Che Guevara tidak luput dari penelusurannya.

Tidak hanya Eropa dan Amerika yang dibahas dalam buku yang cara penyampaiannya seperti Kisah Seribu Satu Malam ini. Kerja politik budaya CIA di Asia juga dibahasnya; Dari India, Vietnam, sampai Indonesia. Lebih jauh lagi, di antara sekian banyak topik dalam buku ini kita juga bisa menemukan bagaimana politik identitas maupun politik budaya tertentu dimainkan untuk kepentingan politik praktis tertentu. Kata seorang pembaca, “membaca buku ini dan membandingkannya dengan keadaan kita di Indonesia pada masa kini, tidak henti-hentinya membuat saya berpikir,’Kok polanya mirip, ya?'”

"Secara keseluruhan isi buku ini adalah perpaduan mengagumkan antara sejarah politik, sejarah sastra, dan cara yang ditempuh Congress for Cultural Freedom di bawah naungan CIA, sebagaimana dinyatakan seorang profesor Yale, untuk "meyakinkan orang-orang gamang sedunia bahwa kita [Amerika] memiliki sesuatu yang jauh lebih baik daripada Komunisme." The New York Times

“Buku bertajuk 'Finks' menambah deretan bukti baru, bahwa raksasa sastra seperti Baldwin, Márquez, atau Hemingway dibujuk menjadi agen AS dalam Perang Dingin ranah kebudayaan.” Vice

"Dengarkan buku ini, karena buku ini sangat lancar berbicara tentang apa yang dibungkam" John Berger, pemenang Man Booker Prize

"Melalui Finks, Joel Whitney mengungkit kembali dengan jelas masa awal Perang Dingin, ketika para begawan sastra Amerika bersedia menuruti secara terselubung perintah para petinggi intelijen Amerika" James Risen, penulis Pay Any Price: Greed, Power And Endless War

Keterangan:

Masa PO: 29 Desember 2017 - 18 Januari 2018

Pesan di sini: http://jungkirbalik.or.id/produk/finks-bagaimana-cia-mengelabui-para-sastrawan-dunia/

Kami mencetak buku ini dalam jumlah terbatas, jika kuota (yang tertera di situs web) habis maka masa Pre-Order di situs web kami akan otomatis ditutup.

Harap segera menyelesaikan pembayaran dalam 2x24 jam setelah bukti pemesanan diterima di email Anda (cek folder "spam" jika email bukti pemesanan tidak ada di folder kotak masuk, tandai email kami sebagai "bukan spam"). Pesanan dianggap gugur jika dalam batas waktu tersebut proses pembayaran belum diselesaikan. Harap maklum.

Untuk info reseller: 081910143939 (WA: Kelana Wisnu) / pemasaranjungkirbalik@gmail.com

Holy Market adalah Pasar Murah Menjual Karya Seni & Barang-barang artistik yang Eksentrik. Pasar murah ini menjual berba...
24/12/2017

Holy Market adalah Pasar Murah Menjual Karya Seni & Barang-barang artistik yang Eksentrik. Pasar murah ini menjual berbagai art-works, pernak-pernik cantik, Juga kaos, tas, buku, band merchandise, CDs, kaset, toys, poster, komik, kamera, pajangan, memorabilia, koleksi barang-barang antik plus beraneka barang second-hand, dan benda-benda antah-brantah lainnyah.

Mari datang dan temui kami di sini.
hall B1
Gudang Sarinah Ekosistem





Kapan Nick Drake mulai dikenal atau didengar, bagaimana wacana tentangya masuk, apakah karyanya pernah dirilis di Indone...
18/11/2017

Kapan Nick Drake mulai dikenal atau didengar, bagaimana wacana tentangya masuk, apakah karyanya pernah dirilis di Indonesia? Mari kita simak bagaimana perjalanan B**g Samack dalam mencari Nick Drake di Indonesia.

https://www.minumkopi.com/mencari-jejak-nick-drake-di-indonesia/

Di Indonesia, Nick Drake masih sulit ditelusuri riwayatnya. Siapa musisi lawas Indonesia yang terpengaruh atau setidaknya mengaku doyan mendengarkan Nick Drake?

17/11/2017

Esok pada tanggal 25 November adalah hari mangkatnya Nick Drake. Setelah itu kabar kematiannya menjadi mitos bahwa ia mati bunuh diri karena depresi akut. Tapi kita ingat bahwa bergaungnya kembali nama Nick Drake adalah karena namanya sering disebut-sebut sebagai pengaruh para musisi setelahnya. Dan Patrick Humphries lewat penelusurannya yang cukup panjang menjungkirbalikkan mitos bunuh diri Nick Drake agar kita melihat kisah Nick Drake sewajarnya.

Mari kita ingat kembali jenius folk itu bersama lantunan lagunya, Place To Be yang dinyanyikan Oscar Majid pada saat pesta rilis buku biografi Nick Drake di Kineruku, Bandung. Bagi kawan-kawan yang belum mendapatkan bukunya, sila datang ke Kineruku. Buku Nick Drake: Sebuah Biografi bisa kalian dapatkan di toko-toko buku daring dan independen kesayangan kalian.

Kredit Video: Kukila Production

Nick Drake juga menjadi penghuni  , temui dia segera!
07/10/2017

Nick Drake juga menjadi penghuni , temui dia segera!

15/09/2017

"Sebenarnya musik folk adalah genre musik yang asik untuk dikembangkan. Jethro Tull membawakan folk dengan gaya progresif, Gogol Bo****lo, The Pogues, Violent Femmes dengan Punk yang urakan, Beck mencampur-campur dengan entah apa itu sampai Nick Drake yang pernah menggabungkan folk Americana dan Inggris dengan cocktail jazz yang ringan. Jadi sejatinya folk, sebagaimana genre lainnya, bisa dimainkan gimana saja. Kalau kembali ke selera, saya sangat senang dengan folk bergaya lama (mengacu ke American Folk Revival dulu, Pete Seeger, Dylan dan kawan-kawannya). Musik akustik yang tidak muluk-muluk, sederhana tetapi kaya. Disitulah lirik berperan sangat penting. Ditengah kesederhanaan melodinya, lirik dan cara menyanyikannya akan jauh memperkaya musiknya. Saya tidak ingin munafik, tetapi saya ingin p**a mencoba gaya-gaya folk yang lebih baru seperti yang saya sebutkan tadi." Oscar Majid

Malam ini kami membuka lapak buku Nick Drake di pesta rilis album Oscar Lolang, Drowning In Shallow Water di Toko Misteri di Jalan Falatehan No. 68, Jakarta. Sampai Jumpa.

Simak wawancara Oscar dengan Muhammad Hilmi dari Whiteboard Journal di tautan berikut:

https://www.whiteboardjournal.com/focus/37544/oscar-lolang-dan-folk-americana/

Kabar terbaru dari kawan-kawan Depok:Pada bulan ini kami mendatangkan tamu dari penerbit Jungkir Balik Pustaka yang belu...
13/09/2017

Kabar terbaru dari kawan-kawan Depok:

Pada bulan ini kami mendatangkan tamu dari penerbit Jungkir Balik Pustaka yang belum lama ini melakukan tur buku terbitan mereka mengenai biografi Nick Drake. Banyak pertanyaan mengenai musisi yang satu ini, seperti siapakah Nick Drake, mengapa kita perlu tahu tentang Nick Drake, mengapa Nick Drake menjadi istimewa untuk dibahas dan mungkin masih banyak lagi pertanyaan dari teman-teman mengenai Nick Drake yang belum terjawab.

Untuk itu kami mengundang teman-teman hadir dalam obrolan kedai kopi pada bulan September ini.

Sampai bertemu di pada hari Rabu nanti ☺

Address

Jalan Kolonel Syam, Komplek Puri Indah B1 No. 7, Kel. Sayang, Jatinangor
Sumedang

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Jungkir Balik Pustaka posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Practice

Send a message to Jungkir Balik Pustaka:

Share

Share on Facebook Share on Twitter Share on LinkedIn
Share on Pinterest Share on Reddit Share via Email
Share on WhatsApp Share on Instagram Share on Telegram