13/08/2024
Kita seringkali disibukkan dengan berbagai kegiatan yang telah kita rancang untuk masa depan. Kadang saking sibuknya, kita lupa untuk memberikan kasih sayang, waktu, dan perhatian terhadap orang-orang terdekat yang hadir dalam keseharian kita.
Kita baru mengingat pentingnya seseorang ketika tiba saatnya berpisah. Berpisah dari sahabat di sekolah, berpisah dari teman dekat ketika berpindah rumah, berpisah dari keluarga ketika memulai berpasangan, hingga berpisah dari orang terdekat karena kematian.
Perpisahan bukanlah hal yang tidak wajar, semua orang pasti pernah mengalami, namun setiap kali terjadi perpisahan rasanya selalu menyisakan luka di hati. Menyesal, mungkin salah satu kata yang paling menggambarkan isi kepala saat berpisah.
Menyesal tidak menghabiskan waktu sebaik mungkin, menyesal kurang memberikan perhatian, menyesal kurang menunjukkan kasih sayang. Kita baru menyadari bahwa waktu yang telah dilewati bersama ternyata sangat berharga. Penyesalan karena perpisahan dapat menimbulkan perasaan bersalah, kesedihan mendalam, bahkan kecemasan. Kata-kata “seandainya” kemudian berputar di kepala dan membuat kita terjebak dalam pola pikir negatif yang berulang-ulang.
Hal ini akan menambah beban emosional serta mengganggu kemampuan kita untuk berfungsi secara efektif dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengatasi dampak negatif akibat penyesalan karena perpisahan, penting untuk kita merenung dan memproses perasaan dengan cara yang sehat. Terlibat dalam terapi atau dukungan emosional dapat membantu kita mengidentifikasi pola pikir yang tidak produktif, membangun mekanisme koping yang lebih baik, dan belajar untuk menerima dan bergerak maju dari pengalaman tersebut.
Belajar dari penyesalan karena perpisahan, kita dapat menciptakan hubungan yang lebih sehat di masa depan. Kemudian yang terpenting adalah maksimalkan waktu dan ciptakan momen berharga dengan siapapun yang masih ada di sekitar kita. Jangan tunggu nanti, agar kita tidak menyesal lagi.