07/07/2025
Judul: Gaun Pengantin Bulan Suro
Di sebuah desa di pesisir selatan Jawa, hiduplah seorang gadis bernama Mirna Wati, anak sulung dari pasangan Haji Karim dan Bu Sulastri. Mirna dikenal sebagai wanita cerdas, cantik, dan memiliki pemahaman keagamaan yang kuat. Ia lulusan pesantren modern dan dikenal aktif dalam kajian-kajian keislaman. Oleh karenanya, Mirna cukup kritis terhadap mitos dan tradisi Jawa yang menurutnya bertentangan dengan syariat Islam.
Salah satu keyakinan yang ia tentang keras adalah larangan mengadakan pernikahan di bulan Suro.
> “Bulan Suro itu bulan Muharram dalam kalender Hijriyah. Bulan yang mulia, bukan bulan sial. Tidak ada dalil yang melarang nikah di bulan itu!” ucap Mirna tegas dalam sebuah pengajian ibu-ibu muda.
Beberapa warga desa menganggapnya terlalu kaku. Tapi Mirna tidak peduli. Ia justru memilih melangsungkan pernikahan dengan kekasihnya, Rifky, seorang dokter muda, tepat pada 1 Suro, atau malam Jumat Legi, yang bagi kalangan Jawa dikenal sebagai waktu “keramat”, saat para makhluk halus merayakan malam pesta gaib.
Persiapan Pesta Pernikahan
Pernikahan itu akan dilaksanakan di pantai selatan, tempat di mana keluarga besar Mirna punya vila pribadi. Mirna ingin konsepnya intimate wedding by the beach, dengan latar laut lepas dan hamparan pasir putih. Pesta ini dianggap unik karena akan menggabungkan nuansa Islami dengan suasana pantai.
Namun saat pengumuman itu tersebar, banyak tetua desa menyampaikan kekhawatiran. Bahkan Mbah Karsinem, dukun sepuh desa, datang langsung ke rumah Haji Karim.
> “Nak Mirna, ojo sembrono! Aja nabrak adat leluhur. Pantai kidul iku alasane keraton Ratu Nyi Roro Kidul. Gaun pengantinmu putih ijo kae, warnane kinasih ratu laut kidul. Bahaya le… bahaya…”
Mirna hanya tersenyum, tak menggubris.
> “Kita muslim, Mbah. Kita hanya takut kepada Allah.”
Keluarga pun tidak kuasa menolak kemauan Mirna. Haji Karim yang awalnya ragu akhirnya luluh demi kebahagiaan putrinya.
Hari Naas Tiba
Tanggal 1 Suro tiba. Langit mendung sejak pagi. Ombak di pantai selatan mengganas. Namun rombongan keluarga tetap berangkat menuju vila dengan kapal sewaan, melewati jalur laut karena jalan darat sedang diperbaiki.
Mirna memakai gaun pengantin hijau zamrud, hasil rancangan desainer terkenal. Gaun itu panjang menjuntai, dengan renda emas dan selendang batik kuno peninggalan nenek buyutnya. Anehnya, gaun itu ditemukan dalam lemari tua di gudang vila saat mereka survei lokasi. Sejak awal, gaun itu membuat Bu Sulastri merinding.
> “Ini... seperti baju keramat zaman dulu...”
Tapi Mirna s**a dan bersikeras memakainya.
Saat kapal melaju di tengah ombak, mendadak cuaca berubah drastis. Awan hitam menutupi langit, angin berputar kencang. Salah satu saksi mata, tukang kapal bernama Pak Sulam, sempat berteriak:
> “Itu di atas air... ada wanita berkebaya hijau berdiri di atas ombak!”
Lalu ombak setinggi pohon kelapa menghantam kapal. Kapal terbalik. Semua penumpang terlempar. Jeritan panik membahana. Gaun pengantin Mirna tampak mengambang sesaat, lalu tenggelam ditelan gelombang.
Dari 27 anggota keluarga dan kerabat dalam kapal, hanya satu orang selamat — Pak Sulam. Tubuhnya ditemukan tiga hari kemudian terdampar di tepi pantai dengan luka memar di dada dan wajah pucat pasi. Ia hanya mengulang satu kalimat saat sadar:
> “Ratu kidul... ngundang pengantin... pengantin Suro...”
Misteri Gaun dan Doa yang Terlambat
Pencarian besar-besaran dilakukan oleh tim SAR. Namun tubuh Mirna dan Rifky tidak pernah ditemukan. Anehnya, gaun pengantin hijau itu ditemukan tersangkut di karang, masih utuh, seolah tidak robek sedikitpun. Gaun itu lalu disimpan di dalam peti oleh warga dan dikunci di balai desa, namun setiap malam Jumat Legi, warga sekitar mendengar suara perempuan menangis dari dalam ruang penyimpanan.
Sejak tragedi itu, desa Mirna kembali memperketat adat larangan menikah di bulan Suro. Bahkan pihak KUA desa menolak pencatatan nikah jika diajukan pada bulan tersebut.
Ada yang bilang, roh Mirna masih gentayangan, tak diterima bumi maupun langit, karena membangkang adat dan menantang kekuatan laut kidul. Ada p**a yang percaya Mirna sekarang menjadi pengantin gaib dalam istana laut selatan, digandeng oleh Ratu Pantai Selatan sendiri untuk dijadikan simbol pengingat generasi pembangkang adat.
---
Penutup
Cerita ini bukan untuk menakut-nakuti, tetapi mengingatkan: di balik keyakinan modern, terkadang tersimpan kearifan leluhur yang perlu kita hormati. Adat tak selalu harus ditentang, tapi bisa dijadikan penuntun dalam hidup yang selaras dengan alam dan sejarah.
Apakah ini kutukan atau kebetulan? Wallahu a’lam. Tapi bulan Suro tetaplah bulan yang misterius…
---