Berawal dari kecintaan dengan dunia minimal invasive alias operasi dengan irisan kecil, dr. Relly Yanuari Primariawan, SpOG(K) dan dr. Hari Nugroho, SpOG ingin mengembangan teknologi ini di Indonesia, khususnya Surabaya. Mereka merasa bahwa penggunaan teknologi minimal invasive atau yang kita kenal juga sebagai operasi laparoskopi ini masih sangat rendah di Indonesia. Hampir semua kasus tumor kandungan yang sering terjadi, seperti myoma, kista ovarium dan endometriosis terpaksa dilakukan operasi secara konvensional alias irisan besar. Di negara-negara tetangga seperti Singapore, Malaysia, bahkan Vietnam, hampir 90% kasus tumor kandungan dioperasi menggunakan laparoskopi. Padahal keunggulan laparoskopi seperti perdarahan lebih sedikit, pemulihan lebih cepat, keluhan nyeri yang lebih jarang, perlekatan pasca operasi lebih ringan dan luka yang hanya 0,5-1cm saja selain lebih baik untuk estetika, juga memiliki keunggulan menurunkan angka kejadian infeksi. Berawal dengan pertemuan tidak sengaja di acara simposium internasional, kedua dokter kandungan diatas memutuskan membuat sebuah pusat layanan minimal invasive yang komprehensif dan berstandart internasional. Selain kesehariannya sebagai staf pengajar di Fakultas Kedokteran Unversitas Airlangga, kedua dokter diatas selain melakukan laparoskopi juga secara aktif melakukan riset dan publikasi mengenai laparoskopi. Mereka berharap laparoskopi di Indonesia semakin maju, semakin banyak dokter Indonesia belajar laparoskopi, semakin banyak masyarakat Indonesia dapat mendapatkan layanan laparoskopi yang berstandart internasional tanpa perlu pergi ke negara tetangga. Kini tim GMITS makin solid dengan bergabungnya dr. Henky Mohammad M., SpOG.
