20/08/2017
CAHAYA ITU BERNAMA PAK BUDIMAN...
Pak Budiman namanya....seperti namanya...beliau memang orang yang berbudi mulia. Khususnya bagi anak yatim piatu, kaum duafa dan para jompo. Sekilas cerita tentang beliau dari seorang teman membuat saya penasaran ingin bertemu dan berkunjung kerumahnya.
Semenjak turun dari mobil di depan rumahnya, saya sudah berdoa memohon agar Allah menahan air mata saya supaya tak tumpah. Ya bagaimana tidak...rumah tipe 27 dengan luas tanah 70m2 ...meski skr sudah dibangun tiga lantai...tapi bisa dibayangkan bagaimana sesaknya jika dihuni oleh 55 anak yatim dan duafa beserta beliau dan ketiga anaknya.
"Maaf bu intan...seadanya..ya beginilah kami" Kata beliau dengan wajah teduh dan senyum lembutnya mempersilahkan saya duduk di ruang tamu merangkap dapur dan juga kamar tidur jika malam tiba. Saya tercekat tak bisa berkata apa2. "Maaf pak...apa saya bisa numpang shalat?".Saya bertanya. Pak Budiman mempersilahkan dan mengantar saya naik ke lantai tiga...memaksa saya memandang perlengkapan sederhana di rumah tsb. "Lantai dua untuk tidur anak putri...lantai tiga untuk mushola dan tempat tidur anak putra" Jelas beliau. "Lalu bapak dan anak istri tidur dimana". Tertawa kecil pak Budiman berkata "Ya kami tidur bareng sama anak2 semua bu...tdk ada kamar khusus, bahkan kasarnya untuk mencium istri saya saja saya tak punya tempat". Tertawa ringan beliau menjawab...
Lalu saya shalat dhuhur bersama putri beliau, bbrp anak yatim dengan imam anak yatim yg masih SMP yg bacaan serta doanya sangat fasih. Akhirnya menderaslah air mata saya sepanjang shalat dan berdoa...antara perasaan kasihan...malu...dan bahagia karena Allah sudah mempertemukan dengan orang-orang bercahaya ini...
Selesai shalat...berceritalah pak Budiman tentang kes**aannya mengasuh anak yatim dan duafa. Ternyata kes**aan itu sdh ada sejak beliau masih bujangan dan berstatus tentara. Waktu itu beliau sdh punya belasan anak asuh yatim dan anak jalanan. Tidak ada yang tahu kegiatan beliau itu...sampai menikahpun sang istri juga tidak tahu. "Saya takut riya" begitu kilahnya. Setiap tiga bulan sekali...jatah beras 50 kg dari kantor separuhnya ia jual untuk tambahan biaya anak2 asuhnya dan separuhnya untuk dimakan mereka. Bertahuntahun dilakukan sampai akhirnya sang istri tahu juga dari orang lain. "Tadinya saya dikira selingkuh...akhirnya saya mengakui bhw saya mmg selingkuh...inilah selingkuhan saya ..anak2 yatim dan kaum duafa". Semburat bahagia memancar dari mata beliau..
Merasa se visi...sang istri yg juga anak yatim mulai bahu membahu mengasuh puluhan hingga ratusan anak yatim kaum duafa dan juga jompo. Rasanya mungkin tak dapat dinalar...bagaimana dengan gaji tentara dan istri yg hanya berjualan baju batik bersepeda bisa menghidupi begitu banyak orang. "Memang kalau dihitunghitung rasanya ga mungkin bu...tapi alhamdulillah..Allah mencukupkan semuanya...sampai hari ini, belum pernah kami kelaparan...anak2 juga bisa bersekolah bahkan kuliah".
Pak budiman bercerita banyak tentang keajaiban dalam hidupnya. Salah satunya ketika beliau ingin naik haji. Berbekal tabungan selama bertahuntahun sebesar 600 ribu, beliau nekat memdaftarkan dia dan istrinya ke sebuah bank. Tentu dengan uang segitu tidak cukup untuk membuka rekening haji berdua. Tapi pak budiman nekat dan yakin bisa. Setelah menjelaskan kondisi keuangannya pada petugas...beliau dipersilahkan untuk menunggu...beberapa waktu kemudian petugas mengatakan bhw buku tabungan
Sudah bisa dibuat untuk berdua dan...ajaibnya katanya ada transfer yang langsung melunasi biaya haji mereka berdua...Masya Allah...dan sampai skrpun pak budiman tidak pernah tahu siapa yg telah mengirimkan uang itu kepadanya...
Begitulah....bertahuntahun pak Budiman dan keluarga hidup bersama dengan anak yatim piatu dan duafa...tanpa banyak yang tahu....tidak juga tetangga, dan sahabat...semua dilakukan sendiri tanpa pernah mengeluh atau meminta pertolongan pada siapapun....
Kecintaan pak budiman kepada anak yatim dan duafa mmg luar biasa. Bahkan mengalahkan kecintaan pd anak2nya sendiri. "Jika membelikan sesuatu untuk anak yatim dan duafa selalu saya belikan yg paling baik...buku, baju, laptop atau lainnya selalu saya belikan yg baru...anak2 saya malah saya belikan yg bekas atau fotocopy. Anak istri dulu sering protes...tapi saya selalu bilang...nanti kalau kita sayang pada mereka akan diganti berlipatlipat di surga....
Pak Budiman...malu hati saya mendengar ceritamu. Secara ekonomi mgk saya lebih baik...tapi saya sll menahan harta saya untuk kebutuhan dan kesenangan saya semata...baru sisanya ..sebagian kecil...untuk bayar zakat dan sedekah. Malu hati saya ketika menyumbang masih mencantumkan nama...mendapat sertifikat...sedangkan engkau...sampai tetangga bahkan sahabat dekat saja tadinya tidak tahu apa yg kau kerjakan...itulah mengapa mereka yg bertahuntahun dekat denganmu...menangis sesenggukan ketika baru tahu apa yg kau lakukan..."Saya takut riya..."...
Bahkan bbrp bulan ini setelah rahasiamu terkuak...semua sumbangan kau titipkan pada seseorang...agar dicatat dan dikelola...."Saya takut...nanti setan menggoda saya...dan apa yg saya lakukan selama ini menjadi tak berarti".
Membangunkan puluhan anak yatim jam 3 pagi..mengajak tahajut...zikir pagi...baca Quran, shalat shubuh...mempersiapkan kue2 untuk dijual anak2 (agar mereka juga punya tabungan kata beliau), memasak untuk sekian puluh mulut, mencarikan uang untuk transport dan bayar spp...mengajarkan anak2 rebana dg mendatangkan guru les...menghadapi kenakalan2 mereka...belum kalau mereka sakit, memberi mereka kasih sayang...tentunya bukan pekerjaan mudah. Tapi dengan senyum yg ikhlas dan tatapan lembut...engkau selalu merasa bahagia...Melihat anak2 makan dengan lahap setampah bersamasama..melihat mereka berbinar memakai seragam seperti anak2 yg lain, bisa melanjutkan sekolah bahkan kuliah...melihat mereka khusyu dalam berharap pada Allah, itulah kebahagiaan terbesarmu. " Saya justru sering menangis kalau mereka pamit p**ang ke keluarganya....ada sesuatu yg hilang dari diri saya...".
Sudah lebih dari 180an anak yg sudah dientaskan. Ada yg menjadi sarjana..ada yang sudah bekerja...ada yang masih mengingatnya ..tak sedikit p**a yang melupakannya entah kemana mereka. Baginya tak mengapa...semua itu tak menyurutkan diri beliau untuk terus menerus mengabdikan diri agar menjadi manusia yang bermanfaat. Menolong anak2 yatim dan kaum duafa bahkan orang jompo yang tak berdaya...memberi mereka secercah harapan.. Engkau bekerja dan berkarya dalam diam...ikhlas...tak perlu hingar bingar...tak perlu berteriak minta bantuan pada siapapun...tak perlu pamer riya telah berbuat sesuatu....karena bagimu itu adalah urusanmu dengan Allah....
Pak budiman namanya...seperti namanya ia memang berhati mulia....tak hanya menolong kaum yatim, duafa dan jompo...tapi ia juga menolong saya membeningkan diri....menggosok kerak2 hati saya yang penuh keduniawian dan mengeras, serta membuat saya tuli buta dan juga jumawa...
Terima kasih pak Budiman...untuk pelajaran hidup yang hebat hari ini.... Semoga Allah memberkahi setiap tetes dan langkah hidupmu...menjadikanmu cahaya bagi kaum yatim piatu dan duafa, dan menjadi cahaya juga bagi gelapnya hati hati kami yang beku....
Jaten-Surakarta,
Agustus 2015
-Intan Novela-