19/09/2025
Salah satu kesalahpahaman yang sering beredar dalam dunia parenting adalah anggapan bahwa anak-anak harus “dibiarkan bebas” menentukan jalannya sendiri, tanpa arahan dan batasan orang tua, dengan alasan agar mereka “tidak tertekan” dan “menjadi diri sendiri.” Seakan-akan tugas orang tua hanya menyediakan fasilitas dan tidak ikut campur dalam pilihan hidup anak.
Padahal, pemahaman ini sangat bertolak belakang dengan apa yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya ﷺ. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka." (QS. At-Tahrim: 6)
Ayat ini menegaskan bahwa orang tua memiliki kewajiban aktif dalam mendidik dan mengarahkan anak, bukan sekadar memberi fasilitas hidup. Bahkan, Nabi ﷺ bersabda:
مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
"Tidaklah setiap anak dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi." (HR. Bukhari & Muslim)
Ini menunjukkan bahwa peran orang tua sangat menentukan arah hidup anak. Membiarkan anak bebas tanpa arahan justru berisiko besar merusak fitrah mereka, karena dunia luar penuh pengaruh buruk.
Lihatlah teladan para salafus shalih. Mereka tidak hanya mendidik anaknya dengan ilmu, tapi juga membiasakan mereka dengan adab, akhlak, dan ibadah sejak kecil. Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu bahkan pernah memukul anaknya karena tidak menjaga shalat berjamaah. Ini bukan kekerasan, tapi bentuk kasih sayang agar anak tidak jauh dari jalan kebenaran.
Kesimpulannya, mendidik anak bukan berarti membiarkan mereka mencari jalannya sendiri. Justru orang tua harus memberi arahan, menanamkan iman, membiasakan adab, dan membimbing mereka agar selamat dunia-akhirat. Karena parameter mendidik anak bukan perasaan zaman ini, tapi wahyu yang kekal sepanjang zaman.