31/10/2018
Diantra berbagai gambar yg beredar, Ilustrasi ini yg paling bikin nyesek hari ini.
Terutama ketika mengetahui sebagian korban khususnya pegawai kementrian keuangan adalah mereka yg menjalani Long distance Marriage (LDM) dan berada dalam perjalanan kembali ke tempat tugas.
Diantara para pejuang LDM dikenal istilah PJKA (pulang jumat kembali Ahad)
Jumat merupakan yg paling ditunggu karena hari itu, ketika jam kantor berakhir, adalah saat dimana bisa pulang ke rumah bertemu dg orang-orang terkasih. Menempuh jarak ratusan bahkan ribuan kilometer, Via darat ataupun udara. Berharap untuk bisa segera tiba.
Karena disana ada anak-anak yg sudah tidak sabaran menghitung hari, menunggu kapan hari jumat tiba. Hari dimana Ayahnya akan pulang meskipun bisa jadi sang Ayah tiba saat mereka sudah terlelap.
Dan ketika ahad sore/malam, mereka harus berangkat lagi ke tempat tugas. Jika memungkinkan, sebagian memilih kembali di hari Senin dg penerbangan pertama.
Karena bagi mereka yg menjalani LDM, beberapa jam atau bahkan beberapa menit berada dirumah, merupakan saat yang sangat berharga.
Meskipun dengan berat hati, mereka harus kembali ke tempat tugas karena ada amanah yg menanti. Meninggalkan anak istri dg harapan jumat berikutnya bisa bersua lagi.
Begitu juga dengan tatapan penuh harap dari mata anak-anak. Mereka yakin, terpisah hanya beberapa hari karena saat Jumat tiba sang Ayah akan kembali memeluk mereka.
Siapa sangka perpisahan pagi ini merupakan perpisahan yg berujung air mata kesedihan.
Pelukan di pagi-pagi buta bisa jadi merupakan pelukan perpisahan untuk selama-lamanya. Jumat depan tidak akan pernah sama lagi.
Ajal tidak pernah ada yg tau.
Tapi paling tidak, para pejuang LDM tersebut baru saja mengisi 'amunisi' semangat mereka.
Bisa jadi, pelukan hangat dari tangan kecil sang buah hati masih terasa saat pesawat yg mereka tumpangi mengalami lost contact
Masih sangat berharap semoga para penumpang dan awak pesawat diberi keselamatan.
Kalau pun Allah berkehendak lain, semoga mereka mendapat akhir yg baik.
*Ilustrasi by pak Bachtiar Arifianto
.