24/10/2023
Akibat Suamiku Lemah Syahwat
19 Maret 2008 oleh Hafiz
Dia amat setia dan patuh pada keluargaku. Pengabdiannya pada keluargaku kalau dihitung sudah memasuki tahun yang ke 30 tahun.Dulunya ia diasuh oleh kakekku karena orangtuanya yang merupakan keturunan pendatang dari Pulau Nias. Keluarganya tergolong miskin dan hanya mengerjakan sawah dan kebun kami di kampung. Lalu setelah dewasa dan menikah dia diajak oleh ayahku yang telah mempunyai beberapa usaha dagang dan kontraktor. Dan selama itu sampai ia memiliki anak dan dewasa semua dia tetap kerja pada keluargaku.Sekarang usianya sudah menginjak 59 tahun,lebih tua 4 tahun dari usia ayahku. Ia juga telah memiliki tiga orang anak dan semuanya telah bekeluarga. Anaknya yang paling kecil pun seusia denganku 28 tahun. Anaknya itu ikut suaminya yang bekerja sebagai seorang guru di propinsi tetangga. Selama ia ikut dengan keluargaku,ia telah dianggap sebagai saudara angkat oleh ayah ibuku,mereka menempati rumah permanent yang berada di halaman belakang rumah kami.Dan disanalah mereka membesarkan anak-anaknya hingga dewasa.Dulu selalu aku ingat jika kesekolah kami selalu bersama sama diantar sopir,karena ayahku memasukkan kami pada sekolah yang sama.Hingga sampai lanjutan atas.Dan karena kemampuan akademis dan juga kesempatan yang aku peroleh,maka aku berhasil menempuh ke perguruan tinggi idamanku sedangkan ,anaknya masuk akademi saja.
Aku dan kedua kakakku juga telah mengganggap mereka adalah orangtuaku juga.Jika kedua orang tuaku keluar kota atau berkunjung ke daerah,maka yang menjaga kami adalah mereka.Orang tuaku selalu menjaga perasaan mereka dan anak-anaknya. Semua kebutuhan hidup dan sekolah anak-anaknya telah di tanggung orangtuaku,makanya mereka amat s**a bekerja dgn keluargaku.Begitu juga hingga dalam menikahkan anak mereka. Semuanya telah di tanggung ayahku. Aku dan kedua saudaraku juga sudah berumah tangga,kebetulan aku adalah anak paling bontot alias bungsu.Abangku yang pertama sekarang bekerja di Jakarta dan telah dikaruniai dua orang anak yang lucu-lucu. Sedangkan kakak keduaku yang kebetulan wanita juga telah menikah dan menetap di p**au dewata ikut suaminya.Abangku tidak mau melanjutkan usaha ayahku karena ia lebih s**a menjadi tenaga medis yang memang banyak dibutuhkan tenaga dan pikirannya.Jadi akulah yang di beri tanggung jawab oleh orang tuaku untuk melanjutkan usaha yang sudah dirintis bertahun tahun oleh ayahku.Sayang sekali jika usaha yang mereka bangun ini akan sia sia,itulah permintaan ayahku disaat aku telah menamatkan S2ku dibidang management.
Namaku Rianti Savitri, biasa dipanggil Riri. Usiaku saat ini sudah menginjak 28 tahun.Aku baru saja menikah setahun yang lalu dengan seorang pria yang dengan gigih menaklukan hatiku.Namanya Ardiansyah biasa dipanggil Ardi. Dia bekerja di pemerintahan dan berstatus PNS.Jadi sebagai kepala keluarga ia amat bertanggung jawab dan melindungi aku.Makanya tidak salah aku menerima cintanya karena kegigihannya dan kedewasaan sikapnya.Lagi p**a dari sekian banyak teman laki-laki yang aku kenal dan berusaha dekat dengan aku hanya Bang Ardilah yang sangat gigih dan dewasa,tidak seperti pemuda-pemuda lain yang amat memamerkan kekayaan orangtua dan jual tampang .Padahal semua itu aku tidak peduli,sebab aku tidak memandang harta mereka,lagi p**a aku juga tidak kekurangan harta sebab aku sudah terbiasa menjadi orang biasa saja karena didikan orangtuaku,meski mereka amat berada. Lagip**a bang Ardi juga tidak terlihat sikap sombong atau status keluarganya.Dia orangnya biasa saja padahal ia adalah putra seorang mantan pejabat yang amat disegani di daerahku.Namun semua itu tidak tercermin dalam sikapnya.Ia amat sederhana dalam kesehariannya.
Dengan tidak terlalu bertele-tele seperti kebiasaan yang diatur adat kami dari Minang ,maka kamipun menikah.Kedua keluarga kami amat bahagia,terlihat dari raut wajah ayah dan ibu juga mertuaku.Dan selesai acara pernikahan itu,maka malamnya pun kami tidak melewatkan saat saat yang biasa dilakukan pasangan lain yang telah menikah.Padahal saat itu aku masih merasa capai karena melakukan prosesi siang tadi,namun demi membahagiakan suami dan melaksanakan kewajiban sebagai seorang istri maka akupun menurut saja. Dimalam pertama itu,pun untuk pertama kalinya dalam hidupku aku sekamar dengan seorang laki-laki lain.Ia adalah suamiku.Sebelumnya aku mandi air panas agar tubuhku segar dan untuk menghapus segala make up juga pernak pernik yang menempel di sekujur tubuhku.Begitu juga dengan suamiku ia mandi juga,setelah berpakaian tidur barulah kami beranjak ke ranjang pengantin kami.Dengan hati yang berdebar debar aku menerima perlakuan Bang Ardi padaku.Awalnya ia ciumi kening,lalu..kedua p**iku,lalu bibirku.Aku menurut saja saat itu.Maklumlah aku sedang melaksanakan kewajibanku sebagai istri.Kemudian jari-jariku ia ciumi,aku sempat menutupkan mata menunggu saat saat yang amat mendebarkan ini.Tidak lama kemudian iapun mulai melepaskan baju tidurku satu persatu hingga yang tersisa hanya bra dan celana dalamku saja.Syukurlah malam itu lampu kamar itu telah di setel meredup.Jadi rasa grogi dan takutku tidak terlalu terlihat bang Ardi.Bang Ardipun terus dengan tindakannya karena memang itu adalah haknya pada tubuhku.Ia akan mengambil haknya sebagai suamiku malam itu.Dengan nafas yang berdebar debar aku menunggu apa yang akan ia perbuat padaku.
Ciuman dan rabaannya pada wilayah sensitif di tubuhku seakan menjadi cambuk untuk terus menaikkan gairahku.Memang selama ini aku belum pernah merasakan yang namanya telanjang atau raba rabaan dengan laki-laki lain. Selama pacaranpun aku hanya pernah di cium p**i dan genggam tangan saja.Malam itu aku pasrah, aku tidak kuasa untuk membalasnya,aku kuatir nanti di bilang agresif oleh suamiku,padahal ini adalah malam pertama kami.Aku ingin meberikan hal yang terbaik padanya. Selama ia meraba dan merangsangi aku,membuat tubuhku panas dingin,bulu-bulu roma di tengkuk dan tanganku seakan berdiri semua, pori-poriku merinding, perasaan malu,nikmat dan gairah datang silih berganti.Hingga akhirnya bra dan celana dalamku lepas meninggalkan tubuhku dan terlempar ke lantai kamarku.Keringat dingin mulai membasahi tubuhku dan tubuh bang Ardi.Yang terdengar hanya lenguhan dan rintihan aku malam itu.Kain sprei sudah kusut disana sini karena gerakan tubuh aku dan suamiku.Saat itu aku hanya sempat meremas kain sprey saja juga terkadang rambut suamiku disaat ia menjilati belahan payudaraku,juga memilinnya dengan mulutnya.Ia seakan sama persis seperti bayi yang ingin menyusu pada ibunya.Namun aku sudah amat kewalahan.Sampai2 aku merasakan ada rasa basah di celah kewanitaanku.Lalu Bang Ardi terus melakukannya dengan intens menurun kearah perutku yang basah oleh keringat. Sedangkan kedua tangannya tetap terus meremas kedua payudaraku.
Tanpa aku duga suamiku menuju kearah kewanitaanku dan dengan kedua tangannya ia buka kedua pahaku.Aku menduga saat itu ia akan melakukan coitus .Namun aku salah kira.Ia lalu menjilat liang kewanitaanku.Aku kaget dan merapatkan kembali pahaku.Aku sempat melarangnya.Sebab bagiku itu amat menjijikan,Namun ia bilang padaku bahwa itulah saat-saat seorang suami ingin membahagiakan istrinya katanya..Aku tetap berusaha agar ia jgn sampai melakukan itu, sebab aku amat menghormatinya sebagai suami,namun ia tetap tidak mau menuruti kata-kataku.Akhirnya dengan persaan malu,takut dan aku tidak tahu mau bilang apa,ia lalu menjilati liangku setelah sebelumnya ia telah membuka kedua pahaku kembali.Beberapa saat ia memas**an lidahnya dan menghirup liang kewanitaanku.Aku serasa terbang kelangit.Rasa geli,nikmat,dan rasa ada yang akan keluar membuatku menghentak hentak dan merapatkan pahaku yang aku saat itu masih ada kepala suamiku di sana.Dan tanpa bisa aku cegah lagi aku orgasme.Di celah kewanitaanku mengalir air cintaku ,namun suamiku tidak berhenti ia tetap disana.Dan yang membuat aku merasa amat salut dan takhluk padanya adalah ia menghirupnya dan menelannya hingga tandas.Aku tidak kuasa melarangnya,sebab saat itu tubuhku seakan lemas,dan tak ada bobot lagi untuk menggerakkan badanku.Dan itulah yang pertama kali selama hidupku aku merasakan orgasme untuk yang pertama kalinya oleh suamiku.Ada berjuta juta rasa yang keluar dari tubuhku saat itu, jika mengingat orgasme yang aku alami ini.Pantas saja semua pasangan ingin selalu melakukan hal ini jika bersama pasangannya.Dan alangkah indah rasanya.Saat itu aku seakan terlambat,kenapa tidak dari dulu-dulu aku menikah, jika rasanya seperti saat ini.Padahal saat itu suamiku belum melakukan coitus pada kewanitaanku.Begitu saja sudah membuatku menggelepar gelepar apalagi jika coitus telah terjadi.
Sensasi yang aku rasakan seolah membuatku kehausan,lalu aku minta izinnya untuk beristirahat sebentar.Suamiku mengizinkan dan ia juga merasakan haus.Lalu ia mengambil air minum yang tersedia di meja kecil dekat kaca riasku.Lalu ia bantu aku meneguk air minum,air itu aku minum sampai tandas,hingga kemudian suamiku menambah air lagi lalu meminumnya sendiri.Aku lihat didada masih banyak keringat.Hingga akupun mengelapnya dengan handuk kecil yang tersedia didekat pintu kamar mandi di kamar aku ini.Sedangkan saat itu aku masih bertelanjang bulat dan hanya menutupi tubuh putih mulusku dengan kain selimut yang ada di ranjangku.Padahal suamiku masih mengenakan celana dalam.Ia belum melepas celana dalamnya.Masih sempat aku lihat kemaluannya yang belum bereaksi.Biasanya dari buku yang aku baca selama ini,kalau laki-laki yang sedang atau akan melakukan hub s*x pasti kemaluannya akan tegang atau berdiri namun aku tidak melihat kepunyaan bang Ardi seperti itu.
Aku lalu kembali ke ranjang dan menarik tangan suamiku untuk naik ke ranjang kembali.Iapun menurut,lalu ia masuk kedalam selimut yang aku pakai menutupi tubuh telanjangku.Dengan naluri kelelakiannya iapun meraba raba titik titik sensitive di tubuhku.Aku saat itu,tahu akan keinginannya yaitu melakukan coitus.Aku kembali bergairah.Ini terasa saat ada lelehan lendir di liang kewanitaanku,juga payudaraku kembali mengeras oleh rabaan dan pilinan jari jari suamiku.Aku kembali mendesis dan melenguh.Lalu ia buka kedua kakiku,saat itu aku merasakan kemaluan suamiku mulai tegak karena gesekan dengan kulit pahaku.Akupun menurut dengan isyaratnya yang membuka pahaku.Suamiku lalu memposisikan kedua kakinya diantara pahaku yang terbuka.Ia lalu mengarahkan kemaluannya yang aku rasa saat itu mulai mengeras,liang sanggamaku.Aku menurut dan hanya memicingkan mataku.Mataku mulai berair,ada rasa sedih,juga rasa pengabdian pada suami yang beberapa saat lagi akan merubah statusku yang perawan menjadi seorang istri yang berbakti pada suami.Lelehan air mataku mulai membasahi p**iku dan bercampur keringat karena gairah nafsu yang mulai datang.
Perlahan suamiku mulai meretas jalan bagi kemaluannya memasuki diriku.Namun beberapa kali gagal,namun ia terus saja berusaha membobol benteng pertahananku.Namun disaat yang dia dan aku impikan itu,belum juga menampakkan hasil.Suamiku sekuat tenaga berusaha masuk,akupun terus memberinya jalan agar dengan mudah dimasukinya.Namun tanpa aku dan suamiku duga sebelumnya.Tiba tiba saja disaat kepala kemaluannya baru menyentuh bibir liang kemaluanku terjadi yang tidak kami inginkan.Aku sudah berusaha agar ia mendapatkan haknya saat itu. Namun diluar semua itu,gagal…Kemaluannya begitu menyentuh bibir kewanitaanku,tiba tiba saja,mengeluarkan sperma dan membasahi rambut-rambut halus di sekitar bibir kemaluanku.Juga aku rasakan kemaluan suamiku tiba-tiba mengecil dan melemah.Ia terlihat shock dan kecewa,aku juga merasakan hal yang sama dengannya.Padahal malam itu kami ingin sekali mereguk sepuasnya malam pengantin yang indah seperti yang dibilang oleh teman-temanku.Untuk menutupi rasa kecewaku malam itu,aku bilang pada suamiku mungkin ia amat kecapaian karena ,siangnya telah melaksanakan acara yang cukup membuat tubuh capai.Hingga staminanya terkuras dan membuatnya gagal pada malam pengantin kami.Suamikupun berpikiran begitu,akupun menghiburnya agar besoknya kami berbulan madu ke tempat rumah peninggalan kakekku di dekat Danau Maninjau yang terkenal dengan hawa dan pemandangan yang indah itu.Suamiku menyetujuinya. Dan malam itupun kami lewati dengan berbagai pertanyaan dalam benakku apa yang sesungguhnya terjadi.Suamikupun tidur sambil memeluk tubuhku yang masih basah oleh keringat kami berdua.
Besoknya kamipun berangkat ke rumah peninggalan kakekku di tepi danau maninjau yang indah itu.Jaraknya kira-kira 100km dari kota Padang dan hanya menempuh 2 sampai 3 jam perjalanan jika tidak macet atau longsor.Keluargaku memiliki rumah disana,namun jarang ditempati karena sekarang yang tinggal hanyalah ayahku yang masih hidup.Rumah itu terbuat dari kayu yang cukup kuat menampung 5 keluarga didalamnya. Masih banyak kamar kamar,juga halaman yang luas dan dipenuhi pohon-pohon dan sawah yang cukup luas.Namun rumah ini tidak ada yang merawatnya,yang membersihkannya paling sebulan sekali itupun dengan mengutus pak Ali,yang sekarang masih tinggal bersama orangtuaku.Dialah yang selalu merawat dan membersihkan rumah peninggalan ini setiap bulan.Ia memang ditugaskan ayahku ke kampung untuk merawatnya.Jadi pohon-pohon dan halamannya masih terlihat indah meskipun disana sini masih ada dedaunan yang berserakan.Rumah ini baru saja dibersihkan pak Ali minggu yang lalu karena aku bilang akan kesini setelah menikah. Disekitar rumah itu terlihat sepi. Tetangga-tetangga kami sudah tidak sebanyak dulu lagi. Sebab mungkin karena penghidupan yang mulai sulit di kampung maka mereka memilih merantau kebeberapa kota.Hingga kampung ini sangat sepi.Kaum mudanya banyak yang merantau,yang tinggal hanya orang orang yang berusia lanjut untuk menunggui rumah dan sawah juga ladang mereka.Tidak heran jika malam menjelang sangat sunyi dan yang terdengar hanya suara jangkrik dan kodok yang bersahut sahutan.
Memasuki rumah itu aku amat takjub karena amat bersih dan kamar-kamarnya juga bersih dan rapi. Hingga aku berencana suatu saat akan mengajak teman-teman atau keluarga berlibur ke kampung saja.Selain udaranya masih bersih,juga alamnya masih asli juga hamparan sawah dan pemandangan danau yang amat indahnya. Setelah menurunkan perbekalan yang aku bawa dari mobil untuk beberapa hari disini.Akupun mulai memasak makanan yang akan kami makan maklum perutku mulai kerocongan juga suamiku.Tidak lama kemudian kamipun makan berdua.Sehabis makan itu lalu kamipun berjalan jalan keliling rumah .Suamiku amat kagum atas keindahan dan suasana rumah itu.Setelah senja menjelang rasa capai karena berkeliling kampung dan bersilaturrahmi dengan tetangga yang kebanyakan lansia dan anak-anak kecil. Kamipun p**ang kerumah. Sampai dirumah kamipun lansung mandi.Suamiku sempat menganjurkan agar mandi berdua saja.Namun aku bilang jangan jangan dulu.Selain aku masih malu juga tidak enak hati jika tubuhku di sentuh suamiku.Lagian ini di kampung apa kata orang jika ada yang tahu,itu alasanku.
Suamiku maklum dan aku bilang jika di Padang tidaklah masalah kataku menerangkan.Selesai mandi,kami lalu makan lagi.Perut seolah lapar lagi sebab di daerah yang udaranya dingin ini,perut seringkali mudah lapar.Setelah perut terisi kamipun duduk-duduk berdua di ruang tengah sambil menonton televisi.Namun niat menonton itu seolah sarana saling mencumbu malam itu.Seakan tidak ada acara yang pantas ditonton selain berduaan dan bermesraan dengan suamiku.Maklum pengantin baru.Setelah mematikan tv dan memastikan pintu dan jendela terkunci,kamipun beranjak ke kamar.Di dalam kamar,kami saling melumat dan aku sudah berani membalas perlakuan dan rabaan suamiku.Kami lalu mulai naik keatas ranjang yang di tutupi oleh kelambu dan didalam kelambu diatas ranjang itulah akhirnya kami melanjutkan yang tertunda.Mungkin karena aku sudah tidak merasa canggung lagi,sebab dialah yang akan membimbing hidupku nantinya.Setiap cumbuan suamiku aku balas,ya meskipun masihagak pasif.Perlahan tapi pasti akhirya pakaian yang melekat di tubuh kami terlepas dari tubuh kami.Kamitidak lagi merasakan hawa dingin sebab,cumbuan dan rabaan jari tangan suamiku mampu membuat hangat tubuhku.